Jakarta, CNN Indonesia -- Perkembangan teknologi kini semakin memudahkan kehidupan, termasuk mendapatkan makanan. Kini, memesan makanan tidak perlu mengantre di restoran namun hanya tinggal dengan sentuhan jari.
Tren ini pula yang menggerakkan William Susilo menciptakan usaha katering daring Gorry Gourmet. Melalui laman yang ia buat sendiri, William meraup untung dari laparnya penduduk kota akan makanan sehat namun tidak punya waktu untuk membuat sendiri.
"Saya pernah melakukan riset kecil-kecilan soal kebiasaan makan, hasilnya 65 persen orang Jakarta memilih makan di luar kantor untuk mendapatkan waktu berkualitas sebagai
refreshing," kata William saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com, Selasa (17/1), di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski mengetahui banyak yang ingin makan di luar sebagai bagian dari rehat, William mengaku tidak tertarik membuat sebuah restoran sendiri dalam bentuk nyata. Alasannya, ia menilai lebih baik modal yang ada diinvestasikan dalam bentuk teknologi.
Selain itu, ia memilih menjalankan usaha kuliner secara '
online' karena keputusannya menyediakan makanan bagi mereka yang berkebutuhan khusus.
William menyediakan makanan sehat yang terukur dari segi kalori dan bahan. Ribuan menu yang dimiliki William ditujukan bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan, mengonsumsi makanan bebas karbohidrat, membentuk otot, dan memiliki kebutuhan khusus.
Dengan menspesialisasikan diri, William yakin membuka restoran maya adalah pilihan terbaik.
"Karena setiap pelanggan saya sudah pasti memiliki kebutuhan berbeda dan khusus, serta mereka tidak memiliki waktu jalan, atau harus di rumah atau kantor karena sibuk," kata William.
Kini, William sudah memiliki konsumen lebih dari 100 ribu orang dengan lima persennya adalah pelanggan tetap. Sejak berdiri pada 2014, William mencatat rata-rata pelanggannya membeli tiga hingga empat kali produk tersebut setiap tahun.
William juga memiliki 70 karyawan yang bertugas membuat pesanan makanan sebanyak 600 hingga tiga ribu porsi per hari. Per porsi, William mematok Rp85 ribu hingga Rp125 ribu, artinya setidaknya Wiiliam mendapat Rp51 juta per hari dari laparnya penduduk kota.
"Bahkan ada pelanggan kami yang memesan untuk setahun penuh, kira-kira 500 orang. Ada yang memesan untuk siang saja, atau malam, atau gabungan," kata William.
"Pendapatan kami sejak berdiri terus tumbuh, kini sudah 35 kali lipat dari dahulu pertama berdiri," lanjutnya.
Bantu ibu-ibuBukan hanya William yang mencecap kenyangnya berbisnis kuliner di dunia maya. Andree Wijaya dan teman-temannya juga merasakan hal yang sama. Andree mendirikan Masaku,
platform penyedia jasa kuliner.
Dalam menjalankan Masaku, Andree tidak memasak makanannya sendiri. Dia bekerja sama dengan 600 penjual makanan di Surabaya, dan Andree menjadi penghubung antara penjual dan pembeli dengan sistem bagi hasil.
Andree mengaku meski baru setahun berdiri, ia sudah memiliki 4500 pelanggan dengan seribu di antaranya adalah kostumer tetap. Dia mengaku mendapatkan Rp15 hingga 20 juta per bulan.
"Rata-rata pelanggan pesan satu sampai dua porsi hingga Rp50 ribu, satu porsi sendiri harga rata-rata Rp25-30 ribu," kata Andree saat berbincang dengan
CNNIndonesia.com, Selasa (17/1), di Jakarta.
"Konsumen pada umumnya pekerja kantoran yang bosan dengan menu makan siang yang selalu sama setiap hari. Kami menawarkan penjual yang membuka pre-order unik dan tidak bisa ditemukan setiap hari," kata James Junianlie, pendiri Masaku lainnya.
Andree dan James mengaku standar kualitas dan rasa masih menjadi tantangan lantaran berasal dari penjual yang berbeda-beda. Namun mereka mengatakan, setidaknya dapat membantu para ibu-ibu yang menjadi mitra bisnis mereka.
(end/ard)