Mengubah Tenun Jadi Busana Harian Siap Pakai

Puput Tripeni Juniman | CNN Indonesia
Jumat, 03 Feb 2017 14:06 WIB
Ulos biasanya hanya digunakan untuk upacara adat. Namun jenis kain yang berat membuat kain ini biasanya tak jadi pilihan untuk busana sehari-hari.
ilustrasi: ulos kini diubah menjadi bahan yang lebih ringan dengan menggunakan benang tipis. (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)
Jakarta, CNN Indonesia -- Penggunaan kain tenun asal Sumatera Utara alias ulos masih hanya sebatas pada ritual adat saja. Jenis kain yang berat, membuat tenun itu sulit diaplikasikan menjadi baju siap pakai.

Tapi kini, desainer tekstil Torang Sitorus mengolah ulos menjadi bahan yang ramah digunakan untuk busana jadi.

Dia menyiasati kain tradisional itu ditenun menggunakan benang pabrik yang lebih halus dan pewarna sintetis.
Jika sebel umnya penenun menggunakan jenis benang katun tebal dan juga polyester, kini mereka menggunakan  katun tipis 40/2. Hasilnya ulos menjadi lebih ringan dan harga yang lebih murah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau kain tradisional dipotong menjadi baju kan sayang, jadi kami sekarang memproduksi bahan yang lebih ringan dan harganya terjangkau," kata Torang kepada CNNIndonesia.com di sela-sela kegiatan Indonesia Fashion Week 2017, Kamis  (2/2).

Penggunaan benang yang halus itu, menurut Torang, tidak mengubah pakem dan kesakralan yang dimiliki ulos. Pasalnya, ulos masih mengikuti dan mempertahankan motif aslinya. Dia hanya mengubah ukuran benang tenun menjadi lebih tipis.

Hanya saja, Torang mengaku kesulitan mengubah kebiasaan ibu-ibu penenun yang biasa menggunakan benang yang tebal. Menurut Torang, penenun itu sudah menggunakan benang yang tebal sejak belasan bahkan puluhan tahun lalu. Ulos memang sengaja dibuat cenderung keras untuk kebutuhan acara adat agar memberikan kesan tebal dan kuat.

Melalui proses pendekatan dengan menjelaskan tujuan pembuatan ulos untuk industri fashion yang lebih besar, beberapa penenun bisa diajak bekerjasama menggunakan bahan yang lebih ringan.

"Saya jelasin ulos mau dialihkan ke industri fesyen. Mereka harus bisa berubah, kalau tidak hanya berputar-putar di adat, sementara ada industri yang lebih besar," ucapnya kepada CNNIndonesia.com.

Bahan yang ringan ini dijual lebih mahal dua kali lipat ketimbang ulos biasa karena pembuatan yang lebih lama. "Untuk membuat benang tipis, helaian benangnya harus dipintal berkali-kali."

Kain dengan benang halus sehelainya dibanderol Rp1,5 juta sementara kain ulos biasa seharga Rp800 ribu.

Torang menyebut saat ini, penenun sudah mulai menenun secara halus agar lebih fleksibel dan ringan. Dengan mengolah tenun menjadi busana siap pakai, Torang ingin membuat tenun tak hanya digunakan pada acara adat saja.

"Kalau hanya berputar di adat kapan majunya? Ada banyak sekali penenun, sehingga kami mulai angkat dan gali terus menjadi baju siap pakai," ujar Torang.

Dalam karyanya yang dipamerkan di runaway Indonesia Fashion Week 2017, Torang kepincut dengan kecantikan Ulos Pinuncaan saat berkunjung ke Danau Toba. Ulos itu merupakan ulos dengan harga jual paling tinggi karena dibuat dari lima tenun yang disatukan.

Melihat berkembangnya gaya busana hijab di Medan, Torang pun memberanikan diri untuk merancang busana muslim berbahan tenun. Dia mengaku lebih berhati-hati dalam menerapkan tenun pada busana muslim karena harus tertutup.

"Ini pertama kali mendesain busana muslim, sebelumnya saya memproduksi kain jadi. Berat sih, bagaimana mengombinasikannya dengan tradisi kami, seperti bertudung ikat kepalanya, macam-macam," kata Torang.

Torang pun berhasil menampilkan ikat kepala khas Batak dari Ulos menjadi gaya hijab yang bisa diterapkan sehari-hari.

Torang menggunakan motif artistik dengan warna-warna lembut seperti beige, burgundy, maroon, dan abu-abu tua dalam koleksi busananya. Busana itu dihargai mulai dari Rp2,5 juta hingga Rp10 juta. (chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER