Penjelasan Kemenpar soal Jumlah Kunjungan yang 'Meleset'

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Kamis, 16 Feb 2017 20:07 WIB
Berbeda dengan klaim Kemenpar, BPS sebelumnya menyatakan bahwa target kunjungan wisatawan mancanegara tidak tercapai.
Ilustrasi. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menyatakan bahwa jumlah kunjungan ratusan ribu wisatawan mancanegara (wisman) yang “meleset” dari data versi Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan data dari Januari sampai September 2016 yang belum dimasukkan.

Sebelumnya, BPS mencatat jumlah kedatangan wisman sepanjang tahun lalu hanya sebanyak 11,5 juta orang, atau “meleset” sekitar 500 ribuan orang, dari target dan hasil yang diklaim Kemenpar mencapai 12 juta orang.

Dalam keterangan resmi Kemenpar pada Kamis (15/2), disebut pula bahwa BPS telah menambahkan bahwa data tersebut tidak dimasukkan karena belum mendapatkan rekomendasi oleh FMS (Forum Masyarakat Statistik).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“BPS sebenarnya sudah setuju dengan ekstrapolasi Januari-September 2016 sebesar 500 ribuan itu dan sudah dipresentasikan di depan FMS pada 8 Februari 2017. Hanya saja FMS belum merekomendasi angka itu untuk dimasukkan. Tetapi BPS maupun FMS mempersilakan Kemenpar menggunakan angka 12 juta untuk kepentingan pariwisata,” jelas I Gde Pitana, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Mancanegara Kemenpar.

Pitana, dalam rilis yang sama justru mengklaim bahwa pihaknya sedang fokus mencapai target kunjungan wisman selanjutnya pada tahun ini, yaitu sebanyak 15 juta orang.

“Kalau situasi ekonomi kondusif baik ekonomi, sosial, budaya dan politik bagus maka angka 15 juta wisman itu sangat mungkin kita capai," kata Pitana.

Menurut Pitana, tak tercapainya target pemerintah bisa saja terjadi karena adanya faktor eksternal dan internal.

Dari sisi eksternal, kondisi perekonomian kebanyakan negara asal wisman masih melambat. Dari sisi internal, situasi keamanan menjadi perhatian.

"Jumlah wisman setelah ada demonstrasi naik atau turun? Jadi banyak sekali faktor yang mengurangi pencapaian target,” ujarnya.

Pitana optimis kalau tahun ini perekonomian negara asal wisman “langganan” makin membaik, seperti Austaralia, Singapura, China, India dan beberapa negara di Eropa.

"Kecuali Jepang yang perekonomiannya mengalami stagnasi, kemudian Malaysia yang juga mengalami stagnasi," kata Pitana.

Demi meningkatkan jumlah kunjungan wisman, Kemenpar juga akan aktif melakukan pemasaran secara digital.

Hal itu salah satunya dilakukan dengan menggandeng berbagai situs yang kerap dikunjungi oleh wisman untuk mencari informasi terkait pariwisata.

"Kami yakin, dengan pendekatan ini pemasaran bisa lebih baik karena berbagai data menunjukkan, lebih dari 70 persen calon wisatawan itu mencari informasi dari media digital," ujar Pitana.

Wisman Rogoh Kocek Lebih Dalam

Seiring dengan kenaikan jumlah kunjungan wisman, Pitana juga berharap pengeluaran mereka selama berwisata di sini setidaknya meningkat sebanyak 10 persen dibandingkan tahun lalu.

Sepanjang 2016, rata-rata pengeluaran wisman selama berada di Indonesia adalah US$1.218 (sekitar Rp16,2 jutaan) per kunjungan, naik tipis dari tahun sebelumnya yang masih berkisar US$1.200 (sekitar Rp15,9 jutaan) per kunjungan.

Menurut Pitana, pengeluaran wisman yang meningkat sejalan dengan perbaikan fasilitas di berbagai tempat wisata. Hal itu akan membuat wisman semakin nyaman untuk beraktifitas dan membelanjakan uangnya.

Selain itu, meningkatnya pengeluaran wisman juga disebabkan oleh “rayuan” untuk tinggal lebih lama, mengingat pemerintah tengah mengembangkan 10 destinasi pariwisata baru selain Bali.

"Katakanlah orang Australia, setelah lima hari di Bali, dia melanjutkan ke Lombok, ke Pulau Komodo, atau ke 10 destinasi wisata lainnya di luar Bali," ujar Pitana.

Seperti diberitakan sebelumnya, sepuluh destinasi wisata baru itu antara lain Danau Toba di Sumatra Utara, Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, Candi Borobudur di Jawa Tengah, Mandalika (Pulau Lombok) di Nusa Tenggara Barat, dan Pulau Belitung di Bangka-Belitung.

Selanjutnya, Tanjung Lesung di Banten, Kepulauan Seribu di DKI Jakarta, Bromo-Tengger-Semeru di Jawa Timur, Wakatobi di Sulawesi Tenggara, dan Morotai di Maluku.

(ard/stu)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER