Jakarta, CNN Indonesia -- Ternyata, tidak semua orang merasa senang saat mendengar kisah pengalaman berwisata orang lain. Apalagi, orang yang mendengarkan tidak pernah mendapat kesempatan melakukannya, misalnya belum memiliki dana yang cukup atau tidak mendapat jatah cuti yang sama panjangnya.
Fakta tersebut ditemukan dalam studi ilmiah yang dimuat dalam jurnal
Psychological Science, seperti yang dikutip dari
Travel and Leisure pada Kamis (16/2).
Dalam studi tersebut disebutkan bahwa orang yang mendengarkan cerita pengalaman berwisata orang lain berisiko merasa tertekan, karena akan membandingkannya dengan pengalaman berwisata mereka, terutama yang belum pernah mendatangi tempat wisata yang dikisahkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Studi tersebut dilakukan dengan metode menceritakan ulang kisah dalam video pendek kepada orang yang belum menontonnya dan telah menontonnya.
Hasilnya, orang yang telah menonton video pendek itu lebih tertarik mendengarkan dibandingkan yang belum.
Peneliti mengatakan kalau kondisi tersebut bukan terjadi karena ada unsur iri hati, yang selama menjadi asumsi.
Hanya saja, orang yang belum pernah mengalami pengalaman yang sama merasa lelah, karena harus mendengarkan sekaligus menerka-nerka bentuk nyata situasi yang diceritakan.
“Pendengar lebih senang mendengar pengalaman yang mereka juga pernah alami. Mereka lebih memahami karena tak perlu lagi menebak-nebak,” tulis penjelasan dalam jurnal tersebut.
“Contohnya, pendengar akan lebih antusias saat mendengar pengalaman mengunjungi kakek dibandingkan pengalaman saat berwisata,” lanjut jurnal tersebut.
Tapi, selalu ada cara agar tak kehilangan teman hanya karena menceritakan pengalaman berwisata.
Salah satu caranya ialah menceritakan pengalaman yang membuat orang merasa terhibur dan ingin mencoba pengalaman berwisata yang sama.
“Pendengar lebih suka mendengar cerita yang membuat mereka tergugah dan menambah wawasan baru. Tentu saja yang dituturkan secara perlahan dan rinci,” tulis penjelasan dalam jurnal tersebut.
(ard)