Jakarta, CNN Indonesia -- Peraturan larangan perjalanan kepada tujuh negara mayoritas Muslim yang dinyatakan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ternyata membuat banyak penduduknya yang membatalkan rencana perjalanan wisata ke Meksiko.
Dilansir dari
Travel Weekly pada Kamis (18/2), pembatalan tersebut sebagian besar dilatarbelakangi oleh alasan keamanan.
Hal itu diketahui dari survei yang dilakukan oleh 166 agen perjalanan wisata yang tergabung dalam Asosiasi Agen Perjalanan Wisata (MAST Travel Network).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam surveinya, diketahui kalau enam persen agen perjalanan mengaku kalau calon wisatawan melakukan pembatalan dan mengatur ulang rencana perjalanan wisata ke tempat lain.
Sedangkan 52 persen agen perjalanan mengaku kalau calon wisatawan tidak mau melakukan perjalanan wisata ke Meksiko.
Sementara itu 49 persen agen perjalanan mengaku kalau calon wisatawan malah tak mau melakukan perjalanan wisata ke luar negeri.
“Ada banyak isu mengenai imigrasi, tembok pemisah dan lain sebagainya. Hal itu membuat banyak calon wisatawan berpikir dua kali untuk mengunjungi Meksiko jika mereka merasa tidak diterima,” kata ketua MAST, John Werner.
“Seharusnya calon wisatawan tak harus merasa seperti itu, tapi nyatanya banyak yang berpikir demikian,” lanjutnya.
Menurut MAST, sampai saat ini Meksiko masih menjadi salah satu tujuan wisata yang populer.
“Saya merasa kalau bisnis wisata akan sangat terpengaruh oleh isu tersebut,” ujar Werner.
“Tentu saja kami akan berusaha menanggulangi kondisi ini,” lanjutnya.
Salah satu hal yang sudah dilakukan MAST ialah mengirimkan surat kepada legislator di AS mengenai dampak politik ke industri pariwisata negara.
MAST juga meminta agar agen perjalanan dapat meyakini calon wisatawan agar datang ke Meksiko, salah satunya dengan kampanye wisata ‘Mengapa Harus Datang ke Meksiko.’
(ard)