Jakarta, CNN Indonesia -- Lombok dikenal sebagai daerah pariwisata popular di Indonesia. Pantai pasir putih dan keindahan taman lautnya membuat pulau ini menjadi tujuan utama para peselancar mancanegara.
Sayangnya, kehidupan anak usia bawah lima tahun (balita) di Lombok justru berbanding terbalik dengan keindahan alamnya. Lombok menyimpan angka kematian balita yang cukup tinggi di tahun 2014 dan 2015. Pada 2014, kematian balita mencapai 1134 jiwa dan tahun 2015 mencapai 1152 jiwa.
Pneumonia menjadi penyebab utama kematian di Lombok, sekitar 77,26 persen di tahun 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tidak hanya itu, Lombok Timur juga menjadi penyumbang kematian terbesar pada balita Indonesia dengan pneumonia, yakni 44,38 persen.
Menurut Wiji Johar Santoso, perwakilan LSM Mitra Samya yang berlokasi di Lombok, kebiasaan perilaku masyarakat dan kondisi lingkungan dapat menjadi penyebab terpaparnya seseorang terhadap pneumonia.
Dari hasil penelusurannya, sebanyak 70,75 persen penduduk NTB memilih untuk tinggal di Pulau Lombok.
"Umummya, kasus pneumonia banyak ditemukan di lingkungan pemukiman padat dan kumuh, tidak lepas juga dari masalah ekonomi dan sumber daya masyarakatnya," ujarnya saat ditemui di Menteng, Jakarta Pusat.
Johar mengatakan, masyarakat Lombok masih belum menyadari pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat yang seharusnya dilakukan.
Penduduk kurang menjaga kebersihan, air minum dan makanan yang tidak diolah dengan benar, sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik, limbah cair yang dibiarkan, tidak ke posyandu secara rutin, kurang memperhatikan gizi, merokok dalam rumah dan budaya menitipkan anak pada nenek.
"Masalah juga terjadi saat kemarau di mana sebagian wilayah kekeringan dan lingkungan berdebu. Kekurangan air bersih saat musim hujan di beberapa wilayah yang rawan banjir," ucapnya.
Menurut Johar, untuk mengurangi angka kematian pada balita maka perlu dilakukan penyuluhan, peningkatan sistem pendataan dan fasilitas pengolahan sampah serta sarana infrastruktur dan pelayanan kesehatan masyarakat.
"Vaksin terhadap balita dan bayi juga perlu dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut," tuturnya.
(sys)