Depresi Akibat Masalah Sinus Ganggu Produktivitas

Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Senin, 13 Mar 2017 18:46 WIB
Orang yang depresi karena sinusitis kronis berakibat kurang atau bahkan hilang produktivitas kerja. Pekerja dengan sinus kerap absen 12 hari dalam setahun.
Kurang tidur dan hidung tersumbat tidak jadi alasan absen di sekolah atau tempat kerja (CNN Indonesia/Astari Kusumawardhani)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sinus merupakan rongga kecil berisi udara yang terletak di belakang tulang pipi dan dahi. Sinus menghasilkan lendir atau mukus yang berfungsi membantu mengendalikan suhu dan kelembaban udara yang masuk ke paru-paru. Lendir kemudian mengalir ke hidung melalui saluran-saluran kecil.

Saluran-saluran kecil ini bisa terganggu bila sinus terinfeksi atau meradang. Dan ini disebut penyakit sinusitis. Selain infeksi virus yang timbul saat seseorang terkena flu, seperti yang dilansir dari Alo Dokter, sinusitis juga bisa timbul akibat infeksi jamur, infeksi gigi dan kebiasaan merokok. Pada anak-anak, sinusitis bisa terjadi karena kebiasaan minum sambil berbaring atau karena tinggal di lingkungan dengan paparan asap tinggi.


Berdasarkan studi yang terbit di Annals of Allergy, Asthma and Immunology, orang yang depresi karena sinusitis kronis bisa berakibat berkurang atau bahkan hilangnya produktivitas kerja.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peneliti menemukan mereka lebih besar kemungkinannya untuk tidak masuk kerja atau sekolah, dibanding dengan mereka yang terkena chronic rhinosinusitis (CRS) tetapi tidak merasa depresi. Ilmuwan mengatakan penemuan mereka bisa mengarahkan pada terapi untuk membantu meningkatkan kualitas hidup secara menyeluruh.

"Kami menemukan bahwa semua gejala terkait CRS, depresi adalah faktor dominan seringnya pasien CRS tidak masuk kerja atau sekolah," kata peneliti senior Dr. Ahmad Sedaghat seperti dikutip dari Web MD.

CRS adalah penyakit yang umumnya menggangu pernafasan dan tidur. Para peneliti mengidentifikasi tiga masalah lain yang menurunkan kualitas hidup penderita CRS yakni penyumbatan hidung, telinga dan rasa sakit pada wajah, dan fungsi emosional.

Para peneliti meminta 107 orang penderita CRS untuk menjadi partisipan dalam survei tentang gejala CRS yang mereka alami. Yang dicek adalah kehadiran mereka di sekolah atau di tempat mereka bekerja.

Rata-rata, partisipan berkata mereka absen selama tiga hari saat sekolah atau bekerja dalam tiga bulan, atau 12 hari dalam setahun. Studi ini menemukan masalah emosi, khususnya gejala depresi, adalah alasan utama ketidakhadiran mereka.

Para peneliti mengatakan mereka terkejut saat menemukan kurang tidur dan hidung tersumbat tidak jadi alasan absen di sekolah atau tempat kerja.

"Penemuan ini jadi kunci jika elemen spesifik CRS kemungkinan mengarah pada penyakit spesifik lain atau ada konsekuensi dari penyakit ini," kata Sedaghat. (sys)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER