Jakarta, CNN Indonesia -- Para pelaku usaha jasa perhotelan di Kota Timika, Papua, kini mulai merasakan dampak dari krisis yang menimpa PT Freeport Indonesia. Manajer Hotel Noken Timika, Wisnu Aji, mengatakan tingkat hunian hotel-hotel di kotanya kini menurun drastis, bahkan hingga 30 persen.
Jika krisis yang menimpa Freeport Indonesia terus berlanjut, maka bisa dipastikan banyak hotel di Timika yang akan 'gulung tikar.'
"Tingkat hunian di Hotel Noken Timika biasanya 60 sampai 70 persen. Tapi mulai pertengahan Februari, menurun drastis sampai 30 persen. Gonjang-ganjing yang terjadi di Freeport sangat memengaruhi usaha perhotelan," kata Wisnu, seperti yang dikutip dari Antara pada Senin (20/3).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wisnu mengatakan, selama ini tamu yang menginap di hotelnya yang bertarif mulai dari Rp400 ribuan per malam itu sebagian besar merupakan karyawan Freeport maupun karyawan perusahaan-perusahaan subkontraktornya.
"Kondisi seperti ini bukan hanya kami yang merasakan tapi mungkin semua hotel di Timika. Kalau periode Desember-awal Januari biasanya tamu hotel berkurang karena mereka pulang ke daerah asal. Nanti kembali ramai mulai pertengahan Januari," ujar Wisnu.
"Tapi begitu masuk Februari terjadi gejolak di Freeport, di mana imbasnya sangat berat buat kami," lanjutnya.
Selama ini, Wisnu dan seluruh pelaku usaha pariwisata di Timika merasa tak pernah mendapat perhatian khusus, baik dari Pemerintah Kabupaten Mimika dan organisasi pelaku usaha pariwisata di Indonesia, seperti Perhimpunan Hotel & Restoran Indonesia (PHRI) dan Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA).
Padahal, dijelaskan Wisnu, ada banyak potensi wisata yang bisa dipromosikan demi menarik minat wisatawan, selain karyawan Freeport, untuk datang ke kotanya. Beberapa di antaranya seperti Puncak Cartensz, Taman Nasional Lorentz, Desa Amungme, Desa Kamoro, sampai wisata perairan di sepanjang pesisir Mimika.
"Selama delapan tahun kami membuka usaha perhotelan di Timika, terkesan selama ini kami jalan sendiri-sendiri, alias cari hidup masing-masing. Kalau mau jujur, Pemkab Mimika hanya berkepentingan dengan perhotelan saat menarik pajak saja, di luar itu sama sekali tidak ada," kata Wisnu.
“Jadi kami sangat butuh perhatian dan pembinaan untuk mengatasi kondisi ini,” pungkas Wisnu.
(ard)