Jakarta, CNN Indonesia --
Asosiasi Biro Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) turut mengomentari naiknya peringkat daya saing pariwisata Indonesia dari ranking 50 ke ranking 42 dunia. Ketua Umum ASITA meyakini strategi dan kebijakan Kementerian Pariwisata di bawah naungan Arief Yahya sudah ada di koridor yang tepat dan akan berujung pada kebangkitan sektor pariwisata Indonesia.
“Ini pertanda akan bangkitnya pariwisata Indonesia. Ini patut disyukuri dan harus dijaga oleh semua elemen Pentahelix, ABCGM (Academician, Business, Community, Government, Media). Saya salut dengan komitmen Presiden Jokowi dan Menpar Arief Yahya. Kalau pemimpin negara seperti ini, saya yakin pariwisata Indonesia akan maju bersama masyarakatnya,” ujar Ketua Umum ASITA Asnawi Bahar, Minggu (9/4/2017).
Asnawi yang sudah lama malang melintang di bisnis pariwisata ini meyakini kebijakan Pemerintah yang menggenjot sektor pariwisata secara masif dan komprehensif. Ini menjadi awal kebangkitan sektor pariwisata Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak awal, Menpar Arief Yahya sudah memperlihatkan kinerja yang impresif.
Branding kokoh yang dibangun sebagai strategi pariwisata mampu melampaui
ranking Thailand dan Malaysia.
Country branding Wonderful Indonesia melesat lebih dari 100 peringkat menjadi ranking 47. Posisi itu mengalahkan Truly Asia Malaysia di ranking 96 dan Amazing Thailand di ranking 83.
“Setelah itu, Menpar langsung mengkalibrasi 14 pilar yang menjadi kriteria dan menentukan peringkat dunia tersebut, yang minus langsung diperbaiki dengan standar internasional. Langsung diimplementasikan," katanya.
Menpar Arief Yahya makin kencang berlari mengejar kemajuan pariwisata Indonesia setelah berhasil meningkatkan
ranking branding Wonderful Indonesia. Sebanyak 14 pilar yang dinilai masih lemah langsung diperbaiki.
Komplain di media sosial dalam pelayanan wisatawan yang masuk via imigrasi langsung dicari solusinya. Rata-rata keluhan tersebut datang dari wisman asal China dan Timur Tengah.
Selanjutnya lahirlah MoU dengan Kemenkumham dan Dirjen Imigrasi. Bersama Kementerian Pariwisata, dua instansi tersebut berkomitmen mengawal persoalan ini secara bersama-sama.
“Kerja sama itu menjadi salah satu solusi yang cerdas. Petugas imigrasi merupakan
first impression dari wisman. Para petugas itu adalah
public relation negara dalam melayani wisman. Melayani
costumers dengan cara yang baik akan menciptakan kesan baik pula," ujar Asnawi.
Selain itu, bidang kesehatan dan kebersihan juga ikut diperbaiki. "Kesehatan dan kebersihan sangat penting. Kalau kita tidak melakukan itu, maka kita tidak akan bisa bersaing. Yang saya tahu, Menpar Arief Yahya selalu ingin mengetahui posisi kita ada di mana? Harus berbuat apa? Kapan dan darimana?" katanya.
Infrastruktur transportasi udara sebagai sektor yang masih tertinggal jauh, sudah mulai diurai masalah krusialnya. Untuk itu dilakukan berbagai
roadshow ke perusahaan
airlines, Angkasa Pura I dan II, hingga AirNav.
Hal utama yang menjadi pembahasan tentu saja menambah
direct flight dari negara-negara asal ke destinasi wisata di Indonesia. “Jadi saya tidak heran kalau Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) 2017 yang dikeluarkan secara resmi oleh World Economic Forum (WEF) pada 6 April 2017 mengungkapkan indeks daya saing pariwisata Indonesia naik delapan peringkat. Semua pilar dibenahi. Hanya dengan memperbaiki 14 pilar itulah Indonesia bisa bersaing,” ujar Asnawi.
Asnawi percaya dengan program yang sedang dijalankan Menpar Arief Yahya, termasuk pengembangan destinasi dan industri pariwisata yang semakin gencar dan cepat. Promosi ke mancanegara dengan berbagai saluran komunikasi juga dilakukan besar-besaran untuk menancapkan
brand Wonderful Indonesia. Dengan begitu, semua target pasti akan tercapai.
“Saya lihat, progres pembangunan untuk memperkuat sektor pariwisata ini sudah makin kuat. Respons pasar juga sangat positif. saya yakin ini akan berakhir fantastis,” katanya.