Penumpang Untung Rp146 Juta dari Pembatalan Penerbangan

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Selasa, 11 Apr 2017 16:55 WIB
Maskapai berhak menurunkan penumpang. Dari penerbangan yang tertunda itu, penumpang pernah untung sampai Rp146 jutaan.
Ilustrasi. (REUTERS/Kim Hong-Ji/Illustration)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ada penumpang yang ingin penerbangannya tertunda. Namun, jika maskapai sudah menetapkan aturan untuk menurunkan penumpang, tak ada yang bisa diperbuat.

Menurunkan penumpang memang menjadi hak maskapai penerbangan, apalagi jika dirasa pesawat telah kelebihan beban, ada awak pesawat yang harus segera bekerja, atau ada petugas berwajib yang harus segera bertugas.

Setelah diturunkan, maskapai akan memberikan kompensasi kepada penumpang, mulai dari tiket penerbangan selanjutnya sampai voucher menarik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari Travel and Leisure pada Senin (10/4), pengalaman itu pernah dirasakan oleh penumpang maskapai Delta Airlines.

Dari pengalaman menyebalkan itu, sang penumpang yang bernama Laura Begley Bloom malah mendapat keuntungan sebesar US$11.000 (sekitar Rp146 jutaan).

Awalnya, Laura bersama keluarganya ingin menumpang Delta Airlines untuk penerbangan dari New York ke Florida pada Jumat (7/4).

Mereka membeli tiket seharga US$650 (sekitar Rp8,6 jutaan) per orang.

Ternyata, pesawat kelebihan penumpang, sehingga keluarga Laura harus diturunkan, bersama belasan penumpang lainnya.

Delta Airlines membuat pengumuman, kalau penumpang yang diturunkan akan mendapat kompensasi sebesar US$900 (sekitar Rp11,9 jutaan) per orang.

Mendengar hal itu, suami Laura langsung menghubungi pihak penjualan tiket, dan mengatakan kalau mereka baru mau diturunkan jika diberi kompensasi sebesar US$1.500 (sekitar Rp19,9 jutaan) per orang.

Setelah bernegoisasi, pihak penjualan tiket lalu menawarkan keluarga Laura kompensasi sebesar US$1.350 (sekitar Rp17,9 jutaan) per orang, yang disebut sebagai batas maksimal nilai kompensasi sesuai hukum yang berlaku di Amerika Serikat.

Keesokan harinya, ketika datang ke bandara, ternyata keluarga Laura kembali mendapat pembatalan penerbangan.

Dari pembatalan kedua itu, mereka mendapat kompensasi sebesar US$1.300 (sekitar Rp17,2 jutaan) per orang.

“Saya langsung melirik suami saya dan tersenyum,” kata Laura.

“Mereka juga memberikan kami kompensasi untuk makan siang dan uang taksi per orang,” lanjutnya.

Pihak penjualan tiket masih berusaha untuk memesankan tiket untuk keluarga Laura, namun Laura mendengar dari penumpang lain kalau pesawat masih penuh hingga Selasa (11/4).

Keluarga Laura pun mengajukan penundaan penerbangan hingga mereka tak lagi mendapat pembatalan.

Delta Airlines kembali memberikan mereka kompensasi atas keputusan tersebut.

Dari tiga pembatalan tersebut, secara total keluarga Laura mendapatkan kompensasi sebesar US$11.000 (sekitar Rp146 jutaan) beserta voucher menarik lainnya.

Meski mendapat banyak kompensasi, namun Laura masih tetap merasa menyesal karena rencana liburan keluarganya tertunda.

“Saya merasa menyesal, namun saya juga merasa telah berbuat yang terbaik, yaitu memberikan bangku saya untuk penumpang yang lebih membutuhkan,” kata Laura.

Pada Sabtu (15/4), keluarga Laura kembali mendatangi bandara untuk memberikan makan siang gratis kepada staf Delta Airlines yang bekerja lembur.

“Kami merasa harus berbuat baik kepada mereka, yang telah berusaha sedemikian rupa untuk mengatur penumpang dan penerbangan,” ujar Laura.

Dalam aturan Departemen Transportasi AS, maskapai harus membuat perkiraan mengenai penumpang yang bisa diturunkan.

Orang tua dengan anak bayi, manula dan penyandang cacat, merupakan penumpang yang menjadi pilihan terakhir untuk diturunkan.

Kalau tak ada penumpang yang mau diturunkan, maskapai berhak untuk memaksa penumpang yang dipilihnya untuk turun.

Dari data Departemen Transportasi AS, sepanjang 2015 sebanyak 46.000 penumpang pesawat telah diturunkan secara paksa.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER