Rhenald Kasali Ajak Pelaku Wisata Kenali Disrupsi Digital

Advertorial | CNN Indonesia
Jumat, 19 Mei 2017 14:32 WIB
Rhenald Kasali yang dikenal sebagai ahli bedah bisnis turut memecahkan masalah pariwisata.
Jakarta, CNN Indonesia -- Rhenald Kasali yang dikenal sebagai ahli bedah bisnis turut memecahkan masalah pariwisata. Dia berbicara tentang disrupsi atau pengacau di pariwisata.

Pernyataan Rhenald tersebut disampaikan di Rakornas II Pariwisata 2017 bertema ‘Homestay Desa Wisata Indonesia Incorporated: 20 Ribu Homestay untuk 2017’ di Ballroom Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (18/5/2017). Ia membedah pariwisata lewat konsep disrupsi digital.

Komisaris Utama PT Angkasa Pura II ini menjelaskan disrupsi yang merupakan pengacau atau pengganggu. Jika dikaitkan dengan dunia digital, maka disrupsi merupakan hal yang datang setelah era digital dan mengganggu kestabilan bisnis yang tidak menggunakan internet dan teknologi digital sebagai nilai tambahnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Zaman sekarang sudah berubah. Pada 2010 kita bicara soal transformasi. 2015 Kita omongin disruption, ada perubahan yang lebih dahsyat lagi. Tanpa disadari saat ini, banyak orang sudah kehilangan pekerjaannya, seperti teller di bank,” papar Rhenald.

Hal ini terjadi dikarenakan medan tempurnya bergeser ke model bisnis. Jika dulu orang selalu berpikir untuk membeli, memiliki, dan menguasai, maka kini perspektifnya bergeser memanfaatkan kekosongan atau kapasitas yang kosong milik orang.

"Hantu pengusaha sekarang adalah fixed cost. Gaji, listrik, operasional, dan lainnya. Karena itu, sistem penggajian pun berubah secara mendasar," ujarnya.

Begitu pula dengan perubahan pemikiran dalam hal lain. Misalnya dulu seseorang takut kehilangan barang berharga miliknya. Namun karena kini teknologi makin canggih, maka setiap barang berharga dilengkapi password. Kini orang jadi takut kehilangan password.

Itulah contoh disrupsi digital.  Sebuah inovasi menggantikan seluruh sistem lama dengan cara-cara baru. Disrupsi berpotensi menggantikan pemain-pemain lama dengan yang baru.

Disrupsi juga menggantikan teknologi lama yang serba fisik dengan teknologl digital yang menghasilkan sesuatu yang benar-benar baru dan lebih efisien, juga lebih bermanfaat.

Mau tak mau, suka tidak suka, cara lama harus ditinggalkan. Orang pun tak lagi harus memiliki aset untuk bisa berbisnis.

Rhenald menyontohkan transportasi online, seperti Grab Taxi, Uber dan Go-Jek. “Konsumen sudah berubah. Kalau bisnis Anda masih bertahan dengan pola lama, maka akan ditinggalkan,” tukasnya.

Kini trennya orang-orang menggunakan kemajuan teknologi untuk mengembangkan usahanya. Dampaknya yakni efisiensi dan biaya operasional yang tak besar.

“Taksi konvensional misalnya. Operasionalnya begitu besar. Harus punya pul sendiri, punya sopir sendiri, gaji satpam banyak, beli tanah banyak. Bandingkan dengan yang saat ini, mereka tidak butuh itu semua. Mereka nggak repot. Yang diperlukan hanya gadget. Sekarang ini murah sekali cost-nya,” ujarnya.

Munculnya disrupsi ini disebabkan beberapa hal. Antara lain IT yakni direct big interactive, munculnya generasi C atau generasi baru, berubahnya demografi, dan terjadinya urbanisasi, megakota, dan cyber palaces hingga ramainya demokratisasi.

Pertarungan bisnis turut  berubah drastis. Di abad 21 ini pertarungan antara model bisnis seperti itu marak terjadi.

“711 adalah salah satu bentuk business model. Dia tidak sama dengan Indomaret atau Alfamart. AirBnB adalah business model. Produk-produk destinasi dikolaborasikan dengan hotel dan tiket pesawat. Jadi kompetisi zaman sekarang adalalah business model,” paparnya.

Pemaparan Rhenald ini sangat cocok dengan permasalahan yang sedang dihadapi Kementerian Pariwisata (Kemenpar) dalam pembangunan homestay desa wisata. Menurut Rhenald, homestay harus dipasarkan secara digital.

“Saran saya, Kemenpar merekrut lebih banyak anak muda karena mereka membawa masa depan ke saat ini,” tegasnya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER