LANCONG SEMALAM

Jatuh Cinta dengan Kota Pelabuhan Rotterdam

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Minggu, 28 Mei 2017 18:45 WIB
Rotterdam memang bukan kota wisata, tapi di kota pelabuhan terbesar di Eropa ini Anda bisa bisa jatuh cinta dengan ketenangan dan kenyamanannya.
Rumah Kubus di Rotterdam (CNN Indonesia/Christina Andhika Setyanti)
11.00 - Stadsdriehoek:

Usai mengagumi gereja, di tengah udara dingin, saya terus berjalan kaki menuju ke halte bis. Jaraknya mungkin cukup jauh, tapi dengan lalu lintas yang tergolong sepi, serta pengendara mobil dan sepeda yang sangat menghormati pejalan kaki, berjalan santai terasa menyenangkan.

Mobil-mobil yang awalnya melaju kencang langsung menurunkan kecepatannya dan berhenti saat melihat ada pejalan kaki yang ingin menyeberang. Tak berapa lama, saya sampai di halte bus. Sudah ada bus yang menunggu penumpang.

"Busnya tidak akan jalan kalau waktu berangkatnya belum tiba, walaupun hanya kurang satu menit saja. Mereka sangat tepat waktu, kalau tidak penumpang bisa ngamuk," kata Endang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Benar saja, di bagian depan bus terdapat layar yang menunjukkan arah serta jam keberangkatan. Informasi jam tiba dan berangkat ini juga bisa ditemukan di papan informasi halte.

Biaya bus ini biasanya dibayar dengan menggunakan kartu prabayar. Bisa juga membayar langsung di dalam bus, namun harganya akan jauh lebih mahal. Jadi pastikan Anda memiliki kartu transportasi sebelum berkeliling Belanda.

kartu transportasiFoto: CNN Indonesia/Christina Andhika Setyanti
kartu transportasi
Dengan perjalanan sekitar 30 menit, bus ini membawa saya berkeliling kota menuju ke Stadsdriehoek atau pusat kota.

Nama Stadsdriehoek berarti segitiga kota. Alasannya karena kawasan ini dibatasi oleh tiga kawasan yang membentuk segitiga, yaitu Coolsingel dan Schiedamsevest, Goudsevest, dan Nieuwe Mass.

Di area ini ada banyak ikon kota Rotterdam yang bisa dikunjungi, salah satunya adalah rumah kubus yang berada tepat di dekat Stasiun Kereta Bawah Tanah Blaak.

Rumah kubus ini merupakan rancangan karya desainer Piet Blom dan terletak di sebelah Gedung Pensil, Het Potlood.

Blom sendiri membuat rumah ini dengan derajat kemiringan 45 derajat dan membuatnya menjadi bentuk heksagonal. Desain rumah kubus ini mencerminkan desa di tengah kota, dengan tiap Rumah Kubus menggambarkan pohon sehingga membentuk hutan.

Hanya saja tujuan utama pembuatan Rumah Kubus ini adalah untuk mengoptimalkan luas lahan yang terbatas.

Rumah Kubus ini bukanlah mainan. Di dalamnya benar-benar ada orang yang tinggal.

Namun, karena penghuni 38 rumah kubus ini sering terganggu oleh kedatangan pengunjung, maka akhirnya dibuatlah sebuah Museum Kubus, di mana tamu bisa melihat dan merasakan hidup di dalam kubus.

Tepat di belakang Rumah Kubus terdapat pelabuhan tua Oude Haven. Di pelabuhan tua yang masih banyak kapal beroperasi ini terdapat jajaran kafe yang asik dijadikan tempat kongko.

Dari sini, Anda bisa melihat Witte Huis atau Gedung Putih. Tentunya bukan Gedung Putih Amerika, melainkan gedung tertinggi pertama di Eropa. Tapi itu dulu, kini ketinggiannya sudah tergantikan oleh gedung lainnya.

12.00 - Markthal:

Suasana di sekitar Rumah Kubus sudah sangat ramai, Koningsdag yang menjadi hari libur nasional membuat banyak wisatawan dan warga lokal berbaur di Stadsdriehoek.

Usai melihat Rumah Kubus, perut sudah mulai terasa lapar. Tapi sebelum makan siang, lebih baik menikmati berbagai camilan unik yang ada di kota ini.

Di sini, saya bertemu dengan seorang kawan lagi, Annie Parwati. Bersama Annie dan Endang, saya mulai menuju ke Markthal. Gedung unik berbentuk huruf 'n' ini diresmikan pada Oktober 2014 oleh Ratu Maxima.

Awalnya, gedung ini adalah bangunan kantor, namun di bawahnya adalah sebuah pasar. Di dalam pasar modern ini, Anda bisa menemukan berbagai makanan, kafe, restoran, penjual keju, bunga, dan lainnya.

Jatuh Cinta dengan Kota Pelabuhan Terbesar Eropa, Rotterdam(CNN Indonesia/Christina Andhika Setyanti)

Penjual keju di dalam Markthal terlihat diserbu banyak wisatawan. Tentu saja, siapa yang mau melewatkan keju saat ada di Belanda?

Toko keju ini menjual beragam keju misalnya De Rotterdamsche Oude, Kleine Boeren Kaasjes, dan lainnya. Tak hanya satu jenis keju, mereka menjual keju aneka rasa, seperti cabai, kelapa, bawang putih dan lainnya.

Namun yang menarik perhatian saya adalah adanya Kue Cannoli. Camilan ini sebenarnya bukanlah makanan khas Belanda, melainkan dari Sisilia, Italia.

Cannoli disebut juga sebagai tabung kecil karena bentuknya yang mirip. Tabung kecil kulit kue ini dipanggang sampai renyah, kemudian di bagian tengahnya diisi dengan krim keju, vanila, atau cappucino. Satu Cannoli ini jual seharga 1 Euro (sekitar Rp14.000).

12.30 - Stad:

Setelah puas berkeliling bagian dalam Markthal, Endang dan Annie mengajak saya berkeliling lagi. Mereka berdua membawa saya berkeliling pusat perbelanjaan di Stad. Kawasan ini benar-benar memanjakan mata karena keindahan arsitektur kotanya.

Namun yang menarik perhatian adalah adanya mobil kotak musik. Mobil kotak musik antik yang masih diputar manual dengan tenaga manusia pun memainkan musiknya. Di bagian depan musiknya diberi hiasan boneka kayu dengan busana tradisionalnya.

13.00 - Saint-Laurenskerk:

Petualangan kami berlanjut ke Rotterdam Central Station. Di sana saya membuat janji untuk bertemu dengan salah satu warga lokal Rotterdam, food blogger, sekaligus penulis buku panduan wisata Rotterdam, 'Discover My City Rotterdam', Guido Leurs.

"Dalam 14 tahun belakangan, saya melihat kota ini berkembang sangat signifikan. Rotterdam punya banyak petualangan baru yang ditawarkan untuk wisatawan," kata Guido pada saya.

Usai sebentar bercakap-cakap, kami melanjutkan perjalanan di area Rotterdam Central Station. Area yang semalam belum sempat saya jelajahi seluruhnya.

"Di area ini semua bangunan baru kecuali gereja dan balai kotanya," kata Annie.

"Saat Perang Dunia II, seluruh bangunan di sini terkena bom dan hancur. Hanya dua bangunan itu saja yang bertahan dan masih dipertahankan seperti aslinya sampai sekarang. yaitu balai kota dan Gereja Saint-Laurenskerk.

Gereja ini dibangun antara tahun 1449 dan 1525 dan didesain oleh Hendrick de Kayser. Gereja Laurenskerk merupakan bagian dari saksi sejarah PD II pada 1940.

Gereja tersebut sempat mengalami rusak berat dan ingin dihancurkan, namun ini dicegah oleh Ratu Wilhemina. Akhirnya gereja direstorasi pada 1950. Gereja Protestan ini merupakan basilika pertama yang dibangun dengan batu di Rotterdam.

13.30 - Coolsingel:

Jatuh Cinta dengan Kota Pelabuhan Terbesar Eropa, Rotterdam(CNN Indonesia/Christina Andhika Setyanti)

Usai kilas balik sejarah Perang Dunia II di Sint-Laurenskerk, perjalanan pun dilanjutkan ke bangunan ke-dua yang selamat dari PD II, balai kota. Untuk menghemat waktu, kami menggunakan kereta bawah tanah dan berjalan melalui Karel Doormanstraat menuju Coolsingel, salah satu jalan tersibuk di Rotterdam.

Di Belanda, balai kota disebut sebagai Stadhuis. Stadhuis berada di pinggir jalan area Coolsingel. Gedung bergaya Eropa yang penuh arsitektur megah khas Eropa, lengkap dengan menara utama yang berwarna tosca. Gedung besar dengan banyak jendela dan terbuat dari bata ini menjadi pusat pemerintahan kota Rotterdam.

"Buat saya ini adalah salah satu gedung dengan eksterior terindah di Rotterdam. Detail gedung dan fakta bahwa gedung ini berdiri tegak sejak sebelum PD II menarik perhatian saya," kata Guido.

"Prof. Dr. Evers, yang membuat gedung ini terinspirasi dari beaux-arts dengan byzantine, romanesque dan art-deco."

14.00 - Hema:

Terlalu senang melihat berbagai hal di Rotterdam ternyata sempat membuat kami lupa untuk mengisi perut. Akhirnya, kami memutuskan untuk sejenak istirahat dan makan.

Karena perut sudah terlalu lapar, akhirnya kami memutuskan untuk mencari restoran terdekat untuk makan. Restoran makanan cepat saji Hema jadi pilihan.

Restoran ini menghadirkan beragam makanan internasional, termasuk makanan Belanda, Inggris, sampai Indonesia.

Mereka menyajikan nasi goreng sampai rendang. Ada juga stamppot dan fish and chips.

Karena suka dengan sajian yang garing dan renyah, warga Belanda biasanya menggoreng ikan untuk menu Fish and Chips sampai warna yang nyaris terlalu pekat alias gosong. Untungnya lapisan tepung ini ternyata tak membuat daging ikan di dalamnya jadi terlalu matang.

15.30 - Pulang:

Sayangnya, petualangan di Rotterdam harus berakhir. Saya segera menuju ke Rotterdam Airport untuk melanjutkan petualangan selanjutnya di Eropa, menuju ke kota wisata Barcelona di Spanyol. 

Dalam semalam, Rotterdam mengubah anggapan kecewa saya. Di luar dugaan, saya kekecawaan saya berubah jadi kesenangan dan pengalaman tak terlupakan. Meski bukan kota tujuan wisata utama di Belanda, namun kota ini berhasil memberikan kenyamanan dan ketenangan bagi yang jengah dengan kota besar dan mendambakan liburan yang benar-benar liburan. 

(chs/ard)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER