Jakarta, CNN Indonesia -- Manfaat ganja masih menjadi pro dan kontra di kalangan masyarakat. Hal tersebut karena ganja masih dinilai sebagai salah satu jenis narkoba yang peredarannya ilegal.
Namun, sejumlah peneliti menemukan manfaat ganja yang berguna untuk penderita epilepsi. Manfaat ganja tersebut terdapat pada salah satu senyawa ganja yang disebut cannabidiol (CBD).
CBD ini memiliki sifat berbeda dengan senyawa lainnya dalam ganja, yang disebut tetrahydrocannabinol (THC) dimana senyawa ini merupakan bahan kimia psikoaktif utama dalam ganja. Senyawa THC inilah yang dapat membuat pengisapnya merasakan euphoria atau yang lebih dikenal dengan 'giting'.
Dilansir dari
Fox News, penelitian tersebut dilakukan selama 14 minggu terhadap 60 anak-anak dan remaja yang menderita epilepsi parah atau dravet sindrom. Setelah diberika dosis CBD, kejang-kejang bulanan mereka turun dari 12 menjadi enam kali.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahaya kejang-kejang pada penderita dravet sindrom bisa menyebabkan ia kehilangan nyawanya jika tertawa atau bahagia yang berlebihan.
Makalah penelitian ini telah dipublikasikan dalam New England Journal of Medicine. Salah satu peneliti, Orrin Devinsky dari Pusat Epilepsi Komprehensif NYU merupakan peneliti yang fokus pada penggunaan CBD sejak tahun 2015.
Dalam prosesnya, CBD biasa diberikan dalam bentuk minyak. Senyawa itu pun bekerja dan berinteraksi dengan reseptor pada saraf.
Dari penelitian itu disebutkan jika tiga pasien mendapati kejang mereka telah berhenti. Meski demikian, ada efek samping yang dialami ketiga pasien ini seperti muntah dan diare setelah mendapat minyak ini.
Hal tersebut berbanding terbalik dengan anak-anak yang mengonsumsi plasebo (obat kosong). Sebanyak 34 persen perawat mengatakan, 14 orang masih mengalami 15 kali kejang setiap bulannya.
Meski demikian, Devinsky mengatakan, seseorang tidak boleh bebas menggunakan ganja hanya karena ada manfaat dalam salah satu senyawa yang baik untuk kesehatan. Artinya, ganja hanya diperbolehkan untuk menangani kesehatan dan itu pun dalam jumlah yang terbatas.
Dilansir juga dari
Live Science, tahun 2013 seorang gadis berusia 8 tahun dari Colorado menjadi sorotan publik karena menderita sindrom dravet. Meski demikian, gadis itu menunjukkan perkembangan yang luar biasa usai menggunakan CBD.
Berawal dari kasus inilah, banyak peneliti yang tertarik untuk mengetahui manfaat CBD lebih jauh terhadap penyakit epilepsi.
(sys)