Ultherapy Siap Geser Kepopuleran Botox dan Filler

Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Rabu, 07 Jun 2017 13:20 WIB
Botox dan filler dipilih para wanita untuk menghilangkan kerutan tetapi teknologi baru Ultherapy siap geser kepopuleran dua prosedur kecantikan ini.
Ultherapy akan menggeser kepopuleran botox. (Thinkstock/Kharichkina)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wajah dianggap sebagai aset penting penampilan. Ketika masalah kulit khususnya pada kulit wajah datang, orang seakan mengerahkan segala cara untuk mengatasinya.

Kemunculan tanda-tanda penuaan seperti kerutan-kerutan pada wajah jadi salah satu masalah kulit. Salah satunya adalah munculnya tanda-tanda penuaan.

Kulit wajah segar dan nampak muda memang jadi dambaan, maka tanda penuaan misal garis-garis halus juga kerutan jadi masalah tersendiri. Botulinum toxin atau botox dan filler sering jadi pilihan untuk mengatasi hal ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Belum lama ini, ahli estetik dan antipenuaan dokter Olivia Ong kembali dari Monte Carlo, Monako. Di sana ia mengikuti Aesthetic and Anti Aging Medicine World Congress ke-15 atau kongres internasional terbesar yang membahas estetik dan antipenuaan.

Dalam kongres, dokter Olivia menemukan, botox dan filler memang tetap jadi tren di dunia estetik. Kedua terapi ini populer untuk mengatasi masalah kulit, khususnya kemunculan tanda-tanda penuaan yang dirasa mengganggu penampilan.

Namun, rupanya tak hanya botox dan filler, kini ultherapy pun menyaingi kepopuleran mereka.

"Botox dan filler tetap tren banget dari dulu, sama ultherapy," kata dokter Olivia di sela acara buka puasa bersama di kliniknya, Jakarta Aesthetic Clinic, Jakarta Selatan, Selasa (6/6).

Botox berfungsi untuk mengurangi kerutan di wajah, menaikkan alis, koreksi bentuk rahang dan mengurangi produksi keringat berlebih. Ia disuntikkan pada bagian tertentu di wajah, kemudian melemahkan otot, sehingga otot tidak berkontraksi sehingga tak timbul kerutan.


Sedangkan filler lebih berfungsi untuk mengisi cekungan yang timbul akibat kerutan yang semakin dalam. Misal pada garis senyum di wajah.

Ultherapy merupakan terapi dengan menggunakan teknologi ultrasound atau gelombang suara ultrasonik. Ultrasound ditembakkan pada wajah dengan sasaran rumah kolagen, sehingga ia terangsang untuk memproduksi kolagen.

Kolagen sendiri adalah protein pembangun yang sangat penting untuk menjaga elastisitas dan regenerasi kulit dan rambut. Produksi kolagen normal pada tubuh memakan waktu hingga enam bulan. Namun, dengan ultherapy, cukup 2-3 bulan efeknya sudah bisa dirasakan.

Dokter Olivia menuturkan, ultherapy punya beberapa keunggulan dibanding terapi lain seperti terapi aman dilakukan karena terdapat visualisasi penampang kulit wajah pada monitor.

Hal ini membuat pasien dapat melihat sendiri bahwa alat menyasar pada rumah kolagen. Namun ada bagian-bagian tertentu pada wajah yang tidak tersentuh alat seperti dekat bibir, pelipis, tulang pipi dan pada leher, area jakun dihindari.

"Terapi ini non bedah dan suntik, jadi tidak ada rasa sakit. Hanya ada sensasi seperti cekit-cekit atau menggelitik di dalam kulit. Ultherapy juga tidak meninggalkan bekas di permukaan kulit. Ini satu-satunya yang mendapat pengakuan FDA (cleared skin lifting)," tambahnya.

Body is the New Face

Dalam kongres yang berlangsung April lalu, dokter Olivia mengaku terkejut karena kini perhatian masyarakat dunia terhadap tubuh melebihi wajah. Padahal, wajah selama ini digadang-gadang sebagai sasaran terapi estetika. Wajah pun seakan sebagai aset penting penampilan.

"Saya rasa sekarang itu body is the new face," katanya.

Temuan mengejutkan juga muncul saat ia mengikuti Applied Anatomy Workshop di Singapura pada akhir Maret lalu. Masyarakat Asia meletakkan bentuk tubuh sebagai prioritas pertama tampilan luar, menyusul kualitas kulit, mata dan bentuk wajah.

Sehingga tak heran jika berbagai terapi untuk memperbaiki bentuk tubuh makin banyak diminati, salah satunya coolsculpting.

Berbeda dengan liposuction atau sedot lemak, terapi ini merupakan terapi non bedah atau lipolisis. Coolsculpting menggunakan alat yang mampu menciptakan suhu dingin sehingga sel-sel lemak membeku, terkristalisasi lalu mati.

Terapi ini memungkinkan sel-sel lemak berkurang hingga 20 persen saat sekali terapi. (sys)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER