Jakarta, CNN Indonesia -- Tak bisa dipungkiri jelang Ramadan merupakan momentum meningkatnya kebutuhan akan
modest wear. Seakan menjawab kebutuhan pasar sekaligus meningkatkan kompetensi produk para label dan desainer busana muslim, Indonesia Fashion Chamber (IFC) dan Gandaria City kembali menggelar pekan peragaan busana Ramadan in Style.
Selain itu, menurut penasehat IFC Taruna K. Kusmayadi, lewat gelaran ini, desainer dapat memasarkan produknya serta mengetahui gejala pasar.
"Desainer yang ada punya butik sendiri ada yang punya konter, ada juga yang nggak punya keduanya. Atau mereka mau dapat penjualan yang lebih. Kita bantu memasarkan produk juga tahu gejala pasar seperti apa," ujarnya di sela-sela pembukaan Ramadan in Style, di Gandaria City, Jakarta, pada Jumat (9/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Gelaran yang memasuki tahun kedua penyelenggaraan ini dibuka dengan fashion show enam desainer lokal, yakni Eugeneffectes, Alphiana Chandrajani, Sofie, Dana Duriyatna, Sad Indah Ambarwati dan Nuniek Mawardi. Masing-masing desainer menampilkan enam look berbeda.
Dimulai dari Eugeneffectes yang mengangkat karakter boneka Jepang. Ia mengambil warna tanah dan 'ditabrakkan' dengan kerudung berwarna ungu tua. Kesan Jepang begitu terasa pada siluet busana yang tumpuk-tumpuk dan loose. Namun ia juga menghadirkan busana simpel dengan bawahan celana panjang.
Berbeda dengan Alphiana Chandrajani atau Alphiana C, ia bermain dengan warna lawas dan warna alam seperti coklat muda dan hijau. Namun warna hijau khususnya dull green mendominasi beberapa look. Kesan rileks ia tonjolkan dengan siluet busana yang longgar. Tak hanya menggunakan material batik, busana juga menyematkan kain tenun polos.
Sofie lebih banyak menggunakan kain dengan warna solid seperti hijau, abu-abu, hitam dan biru. Beberapa look menggunakan bawahan bermotif kotak-kotak, baik celana longgar maupun rok. Kerudungnya pun tidak 'neko-neko', penggunaan warna hitam tetap menonjol, tapi ada pula look dengan kerudung garis hitam putih.
 Sofie. (Foto: CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari) |
Tiga desainer telah menampilkan warna 'aman' dan giliran Dana Duriyatna yang seakan keluar dari zona aman. Warna cerah seperti krem dan kuning juga paduan gradasi warna coklat dan biru mengingatkan kita pada permainan gradasi warna pada batik Pekalongan. Namun bila diperhatikan, Dana mengambil motif batik jumput. Namun motif ini juga mirip dengan motif sasirangan khas Banjarmasin. Tak banyak bermain dengan outer, justru kesan chic dapat melekat berkat legging motif yang cantik.
Kesan bold langsung terasa saat penampilan koleksi dari Sad Indah Ambarwati. Warna merah, hijau, ungu dan abu-abu makin menonjol dengan penggunaan weaven choth, duchess dan tafeta. Kesan Timur Tengah menonjol pada penggunaan kerudung yang ditumpuk dengan kain mirip turban.
 Sad Indah. (Foto: CNN Indonesia/Elise Dwi Ratnasari) |
Kalem, satu kata yang mampu menggambarkan koleksi Nuniek Mawardi kali ini. Warna-warna soft pastel seperti krem dan biru mendominasi koleksi. Selain itu, Nuniek menyematkan kain bermotif buketan atau bunga-bunga. Gaya victorian terlihat dari material yang digunakan seperti kain dengan banyak kerutan dan missing embroidery atau kain dengan lubang-lubang.
Gelaran Ramadan in Style berlangsung mulai 7 Juni hingga 18 Juni 2017. Pengunjung bisa berbelanja busana dari desainer-desainer lokal tanah air seperti Sofie, Deden Siswanto dan Errin Ugaru, juga menikmati fashion show, tilawah, tausiyah dan hiburan berupa musik.
Fashion show digelar pada 10, 11, 16, 17 dan 18 Juni. Deretan desainer dan label lokal yang turut meramaikan antara lain Linasukijo, Hannie Hananto, Najua Yanti, Irna LaPerie, Erwin Ibrahim, L.tru, dan Neera Alatas.
"Total ada 40 booth, ada sekitar 15-20 desainer yang ikut. Namun, tahun ini fashion show lebih banyak," tutup Taruna.
(rah)