Banyuwangi Kemas Jejak Tradisi Jadi Atraksi Wisata Menarik

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Minggu, 18 Jun 2017 19:33 WIB
Banyak sejarah yang sempat menjejak di Banyuwangi, mulai dari kerajaan Hindu sampai pasar tajil. Semuanya dikemas jadi atraksi wisata menarik.
Masjid Cheng Hoo di Banyuwangi. (CNNIndonesia/Adhi Wicaksono)
Suasana Ramadan di Banyuwangi tak jauh berbeda dengan hari-hari biasa. Petani masih berangkat ke sawah, tukang becak masih mengangkut penumpang. 

Baru menjelang buka puasa, semuanya mengerubungi jalanan tempat penjual makanan berbuka puasa atau tajil berdagang. 

Salah satu kawasan yang paling ramai ialah Jalan Brigjen Katamso, yang berada tak jauh dari Kantor Bupati Banyuwangi.  Di sana terdapat puluhan pedagang tajil yang menjajakan makanan dan minuman khas berbuka puasa. Kolak Pisang dan Es Kelapa bukan satu-satunya menu yang dijual di sana.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menu berbuka puasa yang khas di Banyuwangi adalah Petulo, Percet dan Kolak Roti.

Petulo mirip dengan Kue Putu Mayang. Dalam satu kemasan terdapat dua kue, berwarna hijau dan merah muda serta satu bungkus santan.

Percet sedikit mirip Biji Salak, namun dibuat berulir kecil seperti mie, yang direndam gula jawa.

Sedangkan Kolak Roti merupakan roti yang direndam santan manis dan ditambahi candil lalu dibungkus daun pisang. 

Harga ketiga menu tersebut masing-masing sebesar Rp5000. Namun, untuk mencarinya, harus sering-sering melongok ke meja penjual, karena tak semuanya masih menjajakan menu lokal tersebut.

Selain Petulo, Percet dan Kolak Roti, para pedagang juga menjajakan beragam es, gorengan dan menu makan malam dengan harga yang luar biasa terjangkau.

Rizki, bapak beranak dua yang menemani istrinya membeli tajil mengatakan kalau setiap tahun pasti datang ke kawasan ini. 

“Sebenarnya, ada banyak pedagang di sekitar rumah, tapi di sini lebih banyak pilihannya,” kata Rizki yang mengaku sedang “mengidam” minuman Es Kelapa Duren. 


Tak hanya warga Muslim, banyak juga warga beragama lain yang memenuhi badan jalan untuk berbelanja.

“Mumpung Ramadan, di sini juga ada yang jual menu makan malam, jadi setiap hari tidak perlu bingung memikirkan pilihan menu makan malam,” ujar Ririn, warga keturunan China yang membeli Ikan Pepes dan Tempe Orak Arik. 

Selain Barong Ider Bumi, Pasar Tajil, setiap Ramadan juga dilaksanakan Pawai Patrol, yaitu pawai keliling kota yang dilakukan setelah salat Tarawih hingga menjelang sahur.
Tahun ini, Pawai Patrol dilaksanakan selama dua hari, pada 12-13 Juni kemarin.

Warga yang ikut iring-iringan Pawai Patrol akan membunyikan segala macam alat musik yang terbuat dari bambu, mulai dari suling sampai gendang, 

Di bawah pimpinan Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, ritual dan tradisi suku atau keagamaan dikemas sebagai atraksi wisata yang dimasukkan ke dalam agenda acara wisata tahunan untuk menarik kunjungan wisatawan dan mempromosikan wisata halal di kotanya. 

“Banyuwangi bukan milik suku atau agama tertentu. Di sini banyak sekali keberagaman. Keberagaman merupakan hal yang unik, yang menjadi “nilai jual” sebuah daerah. Saya yakin, keunikan macam itu akan membuat wisatawan semakin tertarik untuk berkunjung,” kata Anas kepada CNNIndonesia.com saat diwawancara pada Selasa (6/6).

Tahun ini, Banyuwangi memiliki puluhan kegiatan wisata hingga akhir tahun. Jadwal lengkapnya bisa disimak melalui situs resmi www.banyuwangikab.go.id.

(ard)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER