Jakarta, CNN Indonesia -- Pelaku usaha yang bergerak di industri pariwisata Kuba mengabaikan kebijakan baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memperketat perjalanan wisata warganya ke negara tersebut.
Melissa Ramirez, direktur salah satu biro perjalanan wisata Kuba menuturkan para pengusaha wisata di negaranya sudah mengantisipasi perubahan kebijakan AS akibat peralihan pucuk pimpinan negara dari Barack Obama ke Trump.
"Usaha kami bergantung pada pelancong AS. tapi sejak kami mendengar ancaman Trump, kami langsung memulai perundingan dengan operator pariwisata Eropa," kata Ramirez, dikutip dari
Xinhua, Selasa (20/6).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sepanjang tahun lalu, jumlah wisatawan asing yang berlibur ke Kuba mencapai 4 juta orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 265 ribu orang merupakan warga AS. Sementara sepanjang lima bulan pertama di tahun ini saja, jumlah pelancong AS yang masuk ke Kuba jumlahnya telah mendekati 265 ribu orang.
 Jumlah wisatawan AS yang berlibur ke Kuba sempat melonjak sepanjang 2016 dan di awal tahun ini. (REUTERS/Stringer) |
Jumlah warga AS yang berlibur ke Kuba terus meningkat, sejak mantan Presiden AS Barack Obama memulihkan kerja sama perdagangan dengan Pemerintah Kuba awal 2016 lalu.
Obama juga mengizinkan warganya untuk plesir ke Kuba melalui 12 jenis perjalanan yang diizinkan pemerintah AS. Namun akhir pekan lalu kesepakatan yang dibuat Obama kandas, pasca keputusan Trump membatasi lagi kerja sama dengan Kuba.
"Sekalipun AS berhenti mengirimi kami wisatawan, kami akan bertahan hidup," tegas Ramirez.
Jorge Delgado, pemilik galeri seni di ibukota Kuba, Havana mengaku tidak takut kebijakan Trump bakal merugikan para pengusaha kecil seperti dirinya.
"Saya tidak memiliki rasa takut. Kami telah melalui lebih dari 50 tahun revolusi, dan kami telah bertahan hidup selama masa penghukuman sebelumnya oleh Pemerintah AS," kata Delgado.
Meski mengakui belakangan banyak pembeli karya seni di tokonya adalah pelancong dari AS, namun Delgado sudah memiliki pelanggan tetap dari Eropa dan Amerika Latin karena ia memulai bisnis tersebut dua dasawarsa silam. Jauh sebelum Obama melonggarkan kebijakan dagang dan lalu lintas orang.
Namun ternyata tidak semua pelaku usaha kecil di Kuba yang mengabaikan kebijakan baru Trump tersebut. Para pengusaha kuliner yang memiliki restoran dan cafe di Havana mulai khawatir omzetnya merosot jika turis AS tidak lagi liburan ke negaranya.
Salah satu restoran lokal yang meramal bakal terdampak aturan Trump adalah Super Burger.
Arlena Acosta, salah satu pelayan Super Burger menyebut manajemen restorannya dengan cepat menambah daftar menu baru setelah mendengar rencana Trump membatasi kerja sama dengan Kuba.
"Kami menawarkan jenis makanan baru dan menambah daftar menu untuk menarik warga negara lain seperti Perancis atau China yang kini jadi target utama," kata Acosta.