Yogyakarta, CNN Indonesia --
Pernah mendengar lirik lagu 'Jogja Istiwema'? Bila belum, segera browsing dan dengarkan lagunya. Lirik lagu itu seakan menjadi mantra bagi warga Yogyakarta untuk menghadirkan sesuatu yang istimewa.
Salah satu hal istimewa itu misalnya, menggelar kegiatan Ramadan yang berbeda dengan kota lainnya di Indonesia. Di bulan Ramadan ini, Yogyakarta pun menggelar acara bernama 'Ramadan Istimewa Ing Malioboro'.
Acara ini digelar di Halaman Parkir Barat Komplek Kepatihan, Malioboro. Keistimewaannya, ada pertunjukan pentas seni dan
ngabuburit yang dimulai sejak pukul 13.00 hingga 17.30 WIB.
Ngabuburit ini diakhiri dengan acara Buka Bersama di sepanjang jalan Malioboro.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ribuan paket berbuka puasa pun disediakan panitia untuk masyarakat yang ingin mengikuti acara berbuka bersama. Sejumlah hotel dan toko di sepanjang jalan legendaris ini juga menyediakan kudapan berupa nasi kotak dan minuman. Para pengguna jalan Malioboro bisa mendapatkan menu berbuka secara cuma-cuma.
Tak hanya berhenti sampai di situ. Acara ini terus berlanjut dengan 'Ngaji Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng'. Kegiatan mengaji bareng selama empat jam dari pukul 20.00-24.00 WIB.
Kiai Mbeling ini tampil bersama kelompoknya, Kiai Kanjeng. Sejumlah warga tampak memadati arena. Mereka dengan serius menyimak paparan dari Cak Nun.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya pun mengapresiasi kreativitas warga Jogja yang sarat dengan budaya. Sampai-sampai Wagub DIY Paku Alam X dalam pertemuan di Gedung Sapta Pesona, Kemenpar saat peluncuran 10 Destinasi Branding lalu menyebut Jogja lebih sebagai Kota Budaya.
Menpar Arief menambahkan, bahwa budaya memang menjadi atraksi pariwisata paling kuat dan sustainable. "60% portofolio pariwisata itu karena budaya, 35% nature atau alam dan sisanya, 5% manmade. Yang termasuk
manmade adalah
sport event dan meetings, incentives, conferences, dan exhibitions (MICE)," jelas Arief.