Depok, CNN Indonesia --
Menteri Pariwisata Arief Yahya tidak hanya menggenjot promosi pariwisata, tetapi juga mengembangkan destinasi dan industri pariwisata, serta membangun kelembagaan dan SDM yang fundamental. Selain itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) kerap memberikan pembekalan leaderhip bagi para pemimpin di lingkungan kementerian.
"Pemimpin tidak pernah merasakan lelah sebelum berhasil mencapai mimpinya. Hanya energi yang besar dari seorang pemimpin yang dapat meng-
energize seluruh pasukannya,
If you empower people, you are also empowering yourself," ucap Arief saat memberikan ceramah pada acara Penutupan Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Kepemimpinan Tk III & IV Tahun 2017 di Wisma Hijau, Cimanggis, Depok, Jawa Barat, pada Kamis (13/7/2017).
Pelatihan itu dihadiri pegawai yang telah dan akan menduduki jabatan Eselon III dan IV. Jumlahnya 50 peserta. Semuanya berasal dari berbagai unit kerja di lingkungan Kementerian Pariwisata. Arief yang menjadi
keynote speaker tidak sungkan memberikan dukungan dan kunci sukses untuk menjadi pemimpin hebat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sekadar informasi, transformasi SDM Kemenpar menggunakan pendekatan budaya organisasi Solid, Speed dan Smart (3S) yang dinamakan dengan Wonderful Indonesia Way (WIN Way). Semua disampaikan dalam bahasa yang lugas tanpa basa-basi.
"Misi terbesar saya saat memimpin yakni membentuk sebuah perusahaan yang berkarakter dan memiliki daya saing global. The Corporate Culture menjadi pilar pembentuk karakter," ucap Arief.
Arief pun menggambarkan bahwa persaingan ke depan yaitu yang cepat memakan yang lambat. Bukan yang besar mengalahkan yang kecil. Jika para regulator masih lelet, maka daya saing negeri ini tidak akan sanggup berkompetisi di level global.
"Dari situlah kita harus memperbaiki diri dengan membangun
corporate culture, mengubah kebiasaan lama yang buruk," jelasnya.
Menurut Arief, solusinya dengan WIN-Way atau Wonderful Indonesia Way. WIN-Way bisa menjadi jurus atau budaya kerja untuk memenangi kompetisi.
"Yakni dengan Solid, Speed, Smart, 3S," terang Arief yang menyebut semua perusahaan besar punya budaya kerja yang menancap kuat di semua level.
Solid, untuk menegaskan agar sesama regulator itu harus kompak, bersatu, membangun Indonesia
Incorporated. Jangan karena berbeda kepentingan, masing-masing pihak saling mengunci, saling memvetop, dan saling bertengkar.
Hal itu yang membuat program tidak bisa
running. Jangan juga ada konflik kepentingan di
level regulator atau pemerintah.
Speed, dimaksudkan agar program itu berjalan dengan cepat. Aturan-aturan yang rumit harus disederhanakan agar bisa bergerak lebih cepat.
Sementara Smart merupakan cara bekerja yang cerdas. Lalu yang terbaik adalah
benchmark. "Bandingkan diri Anda dan organisasi Anda dengan yang lain. Para pesaing dan musuh atau rival Anda sudah bikin apa," ungkapnya.
Melalui WIN-Way diharapkan setiap insan Kemenpar bermental pemenang, bukannya pecundang. Setiap insan Kemenpar diharapkan mampu menciptakan ‘bukit-bukit kemenangan’ dan secara terus-menerus.
"Untuk menjadi pemenang, seorang pemimpin harus memiliki dua elemen dasar, yaitu Great Spirit dan Grand Strategy. Manajer akan membuat perusahaan menjadi baik! Sedangkan pemimpin akan menjadikan perusahaan Anda menjadi lebih hebat. Hal itu diharapkan dapat membuat perubahan bagi industri pariwisata," ucap Peraih The Best Achiever Minister in 1 Year, Men’s Obsession Awards 2016 itu.
Seirama dengan Arief, Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kemenpar, Ahman Sya menjelaskan,diklat untuk para pemimpin ini bertujuan membentuk karakter dan kompetensi pemimpin yang memiliki jiwa visioner.
Karakternya harus mampu melakukan koordinasi, kolaborasi, dan sinergi. Hal itu diperuntukan guna menghadapi berbagai tantangan isu strategis dalam organisasi.
"Pada akhirnya mampu melahirkan pemimpin yang bukan hanya memiliki kompetensi, tetapi juga menunjukkan kinerjanya dalam memimpin perubahan dan menjadi agen perubahan sebagaimana tertuang dalam Perka LAN nomor 19 tahun 2015 dan Perka LAN nomor 20 tahun 2015," ujar Ahman.
Ahman mengatakan, diklat pemimpin ini dibagi menjadi dua dengan Metode Pembelajaran On Off Campuss. Bagi diklat untuk pimpinan tingkat III telah dilakukan selama 91 hari dari 5 Maret-15 Juli 2017. Sementara bagi pimpinan tingkat IV dilakukan selama 97 hari dari 12 Maret-15 Juli 2017.
"Para pemimpin di tingkat III dan IV selain menjadi agen perubahan juga sebagai upaya untuk memenangkan kompetisi dan mencapai target pariwisata nasional. Kemenpar merasa perlu untuk menyiapkan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) demi tercapainya target 20 juta wisman pada 2019," ucap Ahman.