Khawatir Psikologi Korban, Setop Viralkan Video 'Bullying'

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Minggu, 16 Jul 2017 15:47 WIB
Video 'bullying' terhadap seorang mahasiswa Perguruan Tinggi Jakarta viral di media sosial. Psikolog meminta masyarakat tidak membuat video itu semakin viral.
Video berisi aksi 'bullying' terhadap seorang mahasiswa di Jakarta viral di media sosial. Psikolog meminta masyarakat tidak membuat video itu semakin viral. (Thinkstock/gpointstudio)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kasus viralnya video berisi adegan bully atau perundungan yang terjadi pada seorang mahasiswa di sebuah kampus di Jakarta baru-baru ini disebut psikolog sebagai tindakan jahat. Psikolog mengimbau masyarakat tidak menyebarkan video tersebut demi keselamatan korban bully.

“Para pelaku yang mem-bully korban yang tampaknya punya kebutuhan khusus itu jahat banget dan kemudian disebar jadi viral, itu jahat. Korban bisa bunuh diri karena hal ini,” kata psikolog Livia Iskandar saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com, Minggu (16/7).

Psikolog yang berkecimpung di bidang kekerasan ini mengingatkan kepada masyarakat untuk tidak ikut menyebarkan video berisi kekerasan tersebut, meski berniat untuk mengecam aksi itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


“Jangan ikut menyebarkan video ini dan masyarakat harus mengatakan tindakan ini tidak boleh dilakukan. Bullying ini dampaknya jangka panjang, apalagi bila anak memiliki kasus khusus dan jadi bahan ejekan dari teman-temannya,” kata Livia.

“Media sosial dampaknya memang bisa sangat buruk dan orang tua perlu memberikan pendidikan kepada anak-anaknya tindakan yang benar dan salah dalam menggunakan media sosial,” lanjutnya.

Sebelumnya, media sosial dihebohkan dengan tersebarnya video berisi tindakan ejekan yang dilakukan sekelompok mahasiswa kepada seorang pemuda di sebuah kampus di Jakarta.


Pemuda berjaket abu-abu yang menjadi korban ejekan itu tampak memiliki kebutuhan khusus dan kesulitan menghindari ejekan yang dilakukan oleh teman-temannya. Setelah berhasil melepaskan diri, si korban meluapkan emosi dengan melempari para pelaku dengan tong sampah.

Ironisnya, tidak ada yang membantu korban. Sekelilingnya justru hanya menonton, tertawa, bertepuk tangan, bahkan merekamnya untuk diunggah ke media sosial.

Livia menyebut, tindakan perundungan yang dialami oleh si korban sudah menjadi peristiwa trauma tersendiri. Dengan tersebarnya video itu ke media sosial dan diketahui oleh masyarakat, beban trauma dan malu yang dirasakan oleh korban jadi berlipat ganda.

[Gambas:Instagram]

“Yang harus jadi perhatian adalah jangan sampai di kemudian hari, mungkin karena si korban tidak dapat mengekspresikan kemarahan, dia jadi melakukan sesuatu yang membalas para pelaku. Ibarat kata, dia yang sebenarnya korban justru menjadi pelaku,” kata Livia.

Kampus Harus Menjatuhi Sanksi

Livia juga meminta, pihak kampus tempat kejadian bullying terjadi agar memberikan hukuman tegas kepada para pelaku. Selain itu, pihak kampus juga dituntut memberikan perlindungan kepada korban.

“Yang saya khawatirkan, bila pihak kampus tidak memberikan hukuman kepada para pelaku, nanti si korban menganggap bahwa pihak kampus tidak dapat melindunginya,” tutur Livia.

“Korban perlu melaporkan hal ini. Mestinya, kampus dapat melindungi mahasiswanya, anak ini punya hak untuk dilindungi dari tindakan seperti itu.”


Hukuman tegas dianggap sangat diperlukan oleh Livia untuk mencegah pemahaman 'bullying adalah tindakan normal'. Tindakan ejekan yang dianggap lucu oleh pelaku atau penonton pada dasarnya dirasakan berbeda oleh sang korban.

Pihak sekolah atau kampus juga dianggap Livia mesti memberitahukan sikap atau hukuman dari mereka atas kasus seperti ini, guna mencegah kejadian serupa terjadi.

“Jangan sampai nanti jadi budaya dan 'cukup' dengan memaafkan saja, perlu diberi hukuman,” tegas Livia.


“Masyarakat juga perlu paham, bila ingin menyebarkan, bukan korbannya, tapi pelakunya. Supaya pelaku mendapatkan sanksi sosial. Namun, menurut saya, lebih baik jangan menyebarkan. Apalagi, ini konteksnya di dalam sekolah, harusnya kasus seperti ini sudah berhenti,” lanjutnya.

Livia mengingatkan kepada masyarakat untuk lebih bersikap empati terhadap orang dengan kebutuhan atau karakter khusus atau pun berbeda dari sebayanya.

“Apa sih gunanya mempermalukan orang seperti itu? Menurut saya, budaya saling menjatuhkan itu sudah harus dihentikan. Kalau ingin menyebarkan di media sosial, sebar tentang kebaikan orang, bukannya membuat malu orang lain,” imbuh Livia.

CNNIndonesia.com sudah meminta tanggapan dari pihak kampus yang ditengarai menjadi lokasi kejadian perundungan, namun pihak kampus belum memberikan respon. (end)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER