Jakarta, CNN Indonesia -- Euforia gerhana matahari ternyata sampai ke Indonesia, meski tak bisa dilihat di Indonesia. Jika euforia gerhana matahari ini membuat warga Indonesia penasaran, maka tak demikian dengan Lou Tomososki, seorang pria dari Oregon.
Bagi Tomososki, gerhana matahari justru membangkitkan kenangan buruk. Matanya rusak karena melihat gerhana tanpa perlindungan apapun.
Ceritanya berawal dari tahun 1962. Saat itu dia tengah berjalan dari Marshall High School di Bend, Oregon bersama temannya, Roger Duval.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di tengah jalan, keduanya berhenti karena ingin melihat gerhana matahari sebagian yang terlihat di langit. Namun keduanya melihat gerhana dengan mata telanjang selama beberapa detik. Namun detik-detik tersebut berubah jadi 'maut' untuk matanya.
Gerhana matahari meninggalkan luka permanen untuk Tomososki seumur hidupnya.
Mengutip Today, Tomososki mulai melihat cahaya terang di matanya. Cahaya terang ini mirip dengan kilatan cahaya saat mata terkena lampu flash kamera. Pria berusia 70 tahun ini pun mengalami masalah penglihatan sejak saat itu.
"Itu berlangsung sangat cepat, Anda bahkan tak punya kesempatan untuk berbuat apa-apa," katanya pada KGW.
Dia mengungkapkan bahwa sinar dari gerhana matahari ini 'membakar' retina mata sebelah kanannya. Ini menyebabkan matanya buta sebagian di bagian tengah. Penglihatannya tak pernah membaik.
"Ini (matanya) tidak memburuk dan tidak juga membaik," katanya dikutip dari
Health.
Dia berharap dia tahu sebelumnya tentang risiko melihat gerhana matahari dengan mata telanjang. Dia juga berharap bahwa orang lain akan memberi tahunya untuk memakai pelindung mata.
"Jutaan orang akan keluar rumah dan ingin melihatnya, Ada berapa banyak dari mereka yang akan berkata,'apakah sesuatu terjadi pada mata saya?' Itu membuat saya muak."
Penderitaan seumur hidup ini membuat dia buka suara untuk memberi peringatan pada orang yang ingin melihat gerhana matahari di Amerika pada 21 Agustus 2017. Dia mengingatkan pada penonton gerhana matahari untuk tak lupa menggunakan pelindung mata saat melihat peristiwa langka tersebut.
Meski demikian, Tomososki mengatakan bahwa dia akan tetap keluar rumah saat gerhana matahari terlihat. Tapi dia tak akan melihat ke langit.
"Saya akan keluar dan menikmatinya, tapi saya hanya akan berdiri dan melihatnya mulai jadi gelap."
Anjuran dokterDokter mengungkapkan bahwa melihat gerhana matahari dengan mata telanjang akan membuat mata rusak. Sekalipun cahaya terang matahari tertutup bulan, namun pancaran sinarnya tetap bisa merusak mata.
"Ketika matahari tertutup sempurna oleh bulan, cahayanya memang tidak terlalu terang dan tak terlalu menyakitkan untuk dilihat," kata G. Baker Hubbard dari dokter mata dari Emory Eye Center di Atlanta kepada Fox5.
"Tapi meski tak menyakitkan, cahaya yang merusak mata masih akan masuk ke mata dan langsung ke retina. Di situlah letak kerusakannya."
(chs)