Yogyakarta, CNN Indonesia --
Kunci sukses pariwisata ada di pelayanan yang berstandar internasional. Meskipun alam dan budayanya kuat, namun bila tidak disertai hospitality dan pelayanan yang prima, tidak akan ada dampak signifikan yang dirasakan dari sektor pariwisata.
Menteri Pariwisata Arief Yahya pun mencontohkan Bali. Masyarakat di Bali memang terkenal ramah. Pelayanan hotel dan destinasi pariwisatanya bagus, bahkan sudah berstandar internasional.
"Maka pariwisata Bali itu hidup dan terus berkembang. Daerah lain, bisa
benchmark dengan Bali untuk belajar
service excellent," kata Arief.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Pentingsari, Umbulharjo, Cangkringan, Kabupaten Sleman juga bisa mencontoh Bali untuk belajar meningkatkan layanan. Termasuk dalam pengelolaan
homestay seperti Desa Wisata Penglipuran, Bali yang sudah juara dunia.
Ketua Pokdarwis Pentingsari Doto Yogantoro mengatakan, layanan 55
homestay juga sedang dinaikkan keahlian dan servisnya agar berstandar dunia.
Salah satu langkahnya dengan mengikuti
workshop standardisasi layanan terkait
online marketing,
leadership, dan
team building yang difasilitasi Bank Central Asia (BCA) belum lama ini.
"Hal ini penting agar Pentingsari bisa menjadi wisata unggulan," terang Doto.
Dia menambahkan,
workshop itu tidak hanya berkutat dengan materi. Agenda itu juga dilakukan secara kontinu.
"Selama tiga bulan nanti ada tim yang menilai tanpa diketahui pengelola. Mereka akan menilai ada tidak peningkatan layanan usai workshop," sambungnya.
Hasil penilaian akan dibeber pada Desember mendatang. Penilaiannya meliputi beberapa aspek, mulai dari pelayanan, kebersihan, kerapian sarana dan prasarana, serta makanan yang disajikan.
"Jadi, penilaian tidak hanya fisiknya, tetapi juga pelayanannya. Bagaimana pengelola menghadapi tamu atau pemesan juga termasuk yang dinilai," katanya.
Di sisi lain, Kepala BCA Kantor Cabang Utama (KCU) Jogjakarta Saswito Tjoe mengatakan,
workshop tersebut dilakukan melalui corporate social responsibility (CSR) bagi desa binaan.
Workshop bertujuan memfasilitasi pembinaan dan pemberdayaan komunitas lokal, khususnya pengelola
homestay Desa Wisata Pentingsari.
"Kami ingin pembinaan ini menjadi pedoman dalam menghadirkan pelayanan yang unggul kepada wisatawan," kata Saswito.
Menurut Saswito,
homestay harus dikelola secara profesional karena Yogyakarta merupakan destinasi favorit wisatawan domestik dan mancanegara.
"Kunjungan wisata ke sini juga cukup banyak. Terbukti, pendapatan atau omzetnya tembus hingga Rp 2 miliar per tahunnya," ujar Saswito.
Sementara itu, Executive Vice President BCA Inge Setiawati mengungkapkan bila pengelola
homestay harus memberi layanan ekstramaksimal agar tamu bersedia menjadi
repeater.
"Fasilitas penunjang juga harus dibenahi agar keunggulan wisata alamnya sejalan dengan kelebihan layanan dari masyarakat. Dukungan ini juga agar pendapatan masyarakat bisa bertambah," kata Inge.
Inge melanjutkan, perseroan akan memberikan bantuan edukasi, pendampingan, dan evaluasi. Salah satu bank raksasa Indonesia itu juga akan memberikan apresiasi setelah penilaian. Tak hanya itu, pemilik
homestay juga mendapat bantuan alat kebersihan.
Sedangkan dana pengembangan Rp 2,5-10 juta tidak diberikan secara langsung kepada pemilik. Dana pengembangan akan diberikan sesuai rencana anggaran yang dibuat pemilik bersama para pengelola.
"Kami akan membentuk tim penilai yang menentukan pemilik homestay terbaik di setiap kategori. Tim juga akan memberi apresiasi bagi pemilik yang paling banyak melakukan perubahan," kata Inge.