Hokkaido, CNN Indonesia -- Awal Desember ini saya berkesempatan menikmati musim dingin di Hokkaido, Jepang, atas undangan ClubMed. Penerbangan dari Jakarta menuju Hokkaido via Tokyo disediakan oleh Japan Airlines, maskapai penerbangan yang juga bekerjasama dengan Badan Pariwisata Jepang.
Terbang dari Jakarta menuju Hokkaido dengan menggunakan Japan Airlines dikenakan harga tiket pergi Rp2,6 jutaan per orang. Jika ingin lebih murah, bisa pilih penerbangan paling pagi atau paling malam. Atau bisa juga terbang dari Singapura.
Bulan Juni kemarin, Japan Airlines baru saja mendapat tiga penghargaan bergengsi, yakni dari Skytrax World Airline Awards ('Best Economy Class Airlines Seats'), dari FlightStats Inc. ('Best Asia Pacific Major Airlines for On-time Performance'), serta dari situs TripAdvisor ('Best Airline in Japan', 'Top 10 World Best Airlines' dan 'Travelrs Choice Major Awards - Asia Pasific').
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penghargaan tersebut bukan hanya tempelan, karena saya merasakan sendiri layanan terbaik yang diberikan Japan Airlines selama penerbangan.
Tak hanya makanan dan minuman, maskapai ini juga sangat tepat waktu bahkan memberikan fasilitas Wi-Fi gratis untuk penerbangan domestiknya.
Tokyo memiliki dua bandara internasional, yakni Bandara Internasional Haneda dan Bandara Internasional Narita.
Sebelum mendarat di Bandara Internasional Chitose di Hokkaido, saya lebih dulu transit di Bandara Internasional Narita.
Total waktu perjalanan dari Jakarta ke Hokkaido sekitar delapan jam. Itu sudah termasuk transit di Tokyo selama dua jam.
Setelah enam jam terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, saya sampai di Bandara Internasional Narita pukul 4 sore. Usai berurusan dengan petugas transit, saya memilih untuk berkeliling bandara.
 Jangan takut berdesakan di Bandara Narita, karena ruangannya serba luas dan besar. (Wikimedia Commons (CC-BY-SA-3.0)) |
Melihat banyaknya toko di Bandara Internasional Narita hasrat belanja saya mendadak muncul.
Sebagai penggemar merk fesyen Uniqlo dan Muji, mata saya berbinar-binar ketika toko-toko tersebur memajang tanda diskon akhir tahun yang lumayan besar. Penjaga toko mengatakan kalau pembeli berhak mendapat pengembalian pajak jika berbelanja lebih dari 5.000 yeh (sekitarRp610 ribu).
Bagi yang ingin mengisi perut, ada minimarket,
vending machine, dan restoran yang bisa dikunjungi. Kalau makan harus mengeluarkan uang, tidak begitu dengan minum. Pengunjung bisa mengisi botol minum dari keran air bersih yang tersedia di setiap sudut bandara.
Untuk yang berhasil menahan hasrat belanja dan ingin langsung menunggu di gate, bisa juga bersantai sambil menikmati koneksi Wi-Fi gratis. Jangan khawatir telepon genggam bakal kehabisan baterai, karena ada colokan listrik di setiap sudutnya.
[Gambas:Instagram]Konsep pusat perbelanjaan di ruang tunggu bandara memang biasa terlihat di banyak bandara besar. Namun, saya tak mengira kalau Bandara Internasional Chitose juga demikian.
Di bandara "terpencil" ini, pusat perbelanjaan juga ada, bahkan bisa dibilang lebih besar dari Bandara Internasional Narita. Pemerintah Jepang seakan ingin menyaingi Korea Selatan dalam hal wisata belanja.
Pusat perbelanjaan yang dilengkapi dengan tempat parkir pesawat, begitulah pandangan saya mengenai Bandara Internasional Chitose.
Selain toko dan restoran, bandara ini juga memiliki ruang pameran. Saat saya berkunjung, sedang ada pameran karakter animasi Jepang seperti Doraemon dan Hello Kitty di sana.
 Bandara Chitose seakan berkonsep ruang tunggu penerbangan dalam pusat perbelanjaan. (t-konno via Wikimedia Commons (CC-BY-SA-3.0)) |
Setiap pusat perbelanjaan besar pasti memiliki ruang bisokop. Begitu juga dengan Bandara Internasional Chitose. Ada tiga ruangan menonton di sini dengan film-film keluaran terbaru.
Kalau transit lebih lama, bisa juga berendam di pemandian air panas yang menjadi fasilitas untuk tamu Air Terminal Hotel Chitose. Pemandangan kamarnya unik, yakni pesawat yang lepas landas dan mendarat. Tentu saja tanpa bising, karena ruangannya kedap suara.
Berkeliling di dua bandara ini jelas membuat saya jadi lupa dengan waktu menunggu yang biasanya terasa menyebalkan.
Tapi, saran saya, pengunjung yang baru datang jangan dulu menghabiskan uangnya, karena toko-toko di sana selalu memajang promosi baru setiap harinya.
(ard)