12.00 - Makan ramen di JepangDari Odori Park, saya berencana mengisi perut dengan Yoshiyama Shouten, salah satu restoran ramen yang populer di Sapporo. Ramen ini terletak di lantai 10 Gedung Esta. Saya memilih menggunakan kereta dengan tarif JPY200 (Rp24 ribuan) per orang ke sana.
Gedung Esta merupakan gedung yang sangat pas bagi para turis. Lantai satu sampai empat menjual beragam alat elektronik beserta aksesorisnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sedangkan di lantai lima sampai delapan ada pusat perbelanjaan merk lokal dan mancanegara.
Di lantai sembilan ada arena permainan yang bisa dinikmati anak-anak sampai orang dewasa.
Tujuan saya ialah lantai sepuluh, area makanan. Sebagian besar menjual menu ramen. Jadi, jika sudah punya restoran ramen incaran, jangan lupa menyimpan foto papan namanya untuk mencarinya.
Setelah berkeliling dua kali, ternyata restoran yang saya ingin coba terletak persis di dekat pintu masuk. Tulisannya nyaris tertutup dengan ramainya pengantre di depannya. Saya pun langsung mengantre dan tidak sabar mencoba ramennya.
Saat mengantre, saya sudah ditanya makanan yang dipilih. Saya meminta diberikan menu favorit mereka dan disarankan mencoba Miso Soup Ramen. Saya mengantre sekitar 10 menit sebelum akhirnya bisa duduk.
Penting untuk bertanya menu halal di sini, karena tak semua restoran menyediakannya. Sebaliknya, ada yang menyediakan ramen dengan daging ayam atau sapi.
Restorannya tidak begitu luas tapi cukup rapi dan nyaman. Begitu masuk, pelayan langsung memberikan segelas air es.
Penduduk Jepang tak suka lama-lama duduk untuk makan atau minum. Kecuali turis seperti saya, pengunjung restoran ini pesan, bayar, makan, minum, lalu pulang. Jauh berbeda dengan antrean di mal-mal Jakarta.
 Penampakan ramen yang sesuai gambarnya. (CNN Indonesia/Christie Stefanie) |
Tak lama, ramen pesanan saya datang. Saya senang melihatnya karena tampilan aslinya sama seperti yang terlihat di buku menu. Lima daging sapi dipotong dalam ukuran besar ditemani potongan telur rebus. Di atasnya dihiasi irisan bawang, rebung, dan wijen.
Seporsi ramen ini dijamin mengenyangkan. Menu yang saya pesan ini seharga JPY1000 (sekitar Rp122 ribuan).
Makan ramen di negara asalnya tentu saja membuat saya tersenyum senang selama mengunyah.
14.00 - Galeri seni tersembunyiTujuan saya berikutnya ialah Sapporo Odori 500-m Underground Walkway Gallery, yang saya datangi dengan menggunakan kereta bertarif JPY200 (Rp24 ribuan) per orang.
 Pameran di bawah tanah. (CNN Indonesia/Christie Stefanie) |
Terowongan ini menaungi jalan yang menghubungkan Stasiun Odori dengan Bus Center di sana.
Sejak diresmikan pada tahun 2002, dindingnya dihiasi oleh banyak karya seni seniman Sapporo. Berjalan jauh jadi tak terasa karena banyak pemandangan yang unik.
Setelah ramen, kini saya ingin menikmati bir khas Sapporo. Kongko di North Island Beer Bar jadi pilihannya.
Bar ini cukup sulit ditemui, karena berada di dalam rumah susun yang rapat. Saya sampai memutar rusun dua kali untuk menemukan lokasinya.
North Island Beer Bar berada di lantai atas, sementara di lantai dasarnya ada kedai kopi.
Tapi, saya gagal menikmati bir di sana karena barnya sedang tidak beroperasi.
16.00 - Berakhir di sushiMusim dingin membuat langit cepat gelap. Saya memutuskan ke Hanamaru Sushi yang terletak di lantai enam Stellar Palace dekat Stasiun Sapporo. Kereta menjadi opsi perjalanan saya lagi.
Lagi-lagi antrean panjang harus saya lewati. Turis yang datang ke Sapporo sepertinya memang ingin berwisata kuliner.
Antrean pun dilakukan dengan mengambil kartu melalui mesin berbahasa Jepang. Setelah memencet tanpa hasil, saya meminta tolong kepada pelayan yang berjaga.
Pelayan mengatakan ada dua area tempat duduk yang bisa dipilih, di meja atau di bar. Karena ingin lebih khusuk makan sushi, saya memilih duduk di bar.
Saya mengantre sekitar satu jam. Lelah terasa, namun saya bertekad untuk tak lagi kehilangan momen makan di restoran populer di Sapporo.
Saya memakan delapan piring, diantarnya berisi Tamago sushi, Inari sushi, Salmon sushi, Unagi sushi, Hamburg Burger sushi, serta Salmon Belly Aburi.
[Gambas:Instagram]Tak ada kata yang bisa menggambarkan kebahagiaan saya makan sushi di restoran ini. Selain enak, sushi yang saya makan memberi sensasi lumer di mulut, mungkin karena pilihan beras dan bahan lautnya yang terbaik.
Saya sudah siap merogoh kocek dalam setelah makan di restoran seenak dan sepopuler ini. Namun, total harga delapan piring atau sekitar 16 potongan sushi yang saya makan hanya JPY1.293 (Rp157 ribuan). Perut kenyang, dompet tenang, hati pun senang.
Karena sudah malam, Hanamaru Sushi benar-benar menjadi titik terakhir saya di Sapporo. Setelah makan, saya langsung jalan ke Stasiun Sapporo untuk pindah hotel bertemu rombongan ClubMed yang baru datang dari Jakarta.
Saya tak kembali ke hotel awal karena saya sudah menitipkan koper di tempat penitipan barang Stasiun Sapporo.
Koper berukuran 30 inch ternyata muat dalam loker terbesar bertarif JPY700 (Rp73 ribuan-Rp85 ribuan). Jangan khawatir bolak-balik, karena ada banyak tempat penitipan barang di setiap stasiun kereta Sapporo.
 Musim dingin "hangat" di Sapporo. (CNN Indonesia/Christie Stefanie) |
Sehari semalam berada di Sapporo cukup membuat saya ingin kembali ke sana.
Jika ada waktu, mungkin saya akan datang di musim panas untuk menikmati Odori Park saat bunganya yang sedang bermekaran.
Bagi yang bosan dengan Tokyo, Sapporo sangat menarik dikunjungi. Kalau datang pas di musim dingin, antisipasi menggigil dengan jaket atau pakaian berlapis. Kenakan juga sepatu yang nyaman, sarung tangan, dan syal karena akan banyak berjalan kaki sekaligus diterpa angin.
Untuk yang berkeliling sendirian seperti saya, aplikasi peta dan jadwal kereta jangan lupa diunduh di telepon genggam.
Selebihnya, selamat berlibur!
(ard)