London, CNN Indonesia -- Jika penduduk Eropa gemar mengunjungi Asia, maka sebaliknya, penduduk Asia juga senang datang ke Eropa. Dari data yang dikutip dari Badan Pariwisata PBB (UNWTO), diketahui kalau sepanjang tahun 2016 Eropa telah dikunjungi oleh 616 juta turis dari berbagai belahan dunia.
Lima negara Eropa favorit para turis ialah Perancis (52 juta turis), Spanyol (75,6 juta), Italia (52,4 juta), Inggris Raya (35,8 juta), dan Jerman (35,6 juta).
Selain Spanyol yang mengalami kenaikan jumlah kunjungan sebanyak 10,3 persen, negara yang juga mengalami peningkatan paling signifikan ialah Inggris, dengan kenaikan jumlah kunjungan sebanyak empat persen dari tahun 2015.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Inggris dianggap menarik terutama bagi anak muda penyuka musik, fesyen, dan sepakbola. Selain wisata sejarah—yang menjadi “barang dagangan” utama negara Eropa, kehidupan sosial di Inggris bisa dibilang lebih kekinian.
Ada banyak butik, restoran, kafe, bar, kelab malam, dan festival musik yang bisa didatangi. Beberapa bulan di London saya merasa tak pernah bosan, bahkan mungkin tidak akan pernah demikian. Mengutip pernyataan penulis dari Inggris, Samuel Johnson, "Saat pria itu bosan dengan London, dia bosan dengan kehidupan"
London, menjadi salah satu kota yang paling sering didatangi di Inggris. Sepanjang tahun 2016, sebanyak 33,2 juta turis berkunjung ke kota kelahiran genre musik Britpop ini.
Dalam rangka studi, saya berkesempatan tinggal selama dua tahun di London. Dan akhir pekan kemarin, saya menjajal pengalaman wisata selama seharian di sana.
Bagi yang tinggal di Indonesia, saat ini sudah banyak penerbangan langsung dari Jakarta ke London dengan jadwal terbang tiga kali seminggu. Durasi penerbangannya sekitar 15 jam sekali pergi.
Selain Garuda Indonesia, rute dan jadwal penerbangan yang sama juga ditawarkan oleh Singapore Airlines, Malaysia Airlines, Emirates, sampai Cathay Pacific. Pilihan transitnya di Singapura, Dubai, Doha, Istanbul, atau Amsterdam.
Pesawat biasanya mendarat di London City, Gatwick, Heathrow, Luton, Southend atau Stansted. Sebagian besar penerbangan dari Asia mendarat di Heathrow atau Gatwick.
 Hyde Park, taman luas yang menjadi lokasi rekreasi favorit warga London. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa) |
Sampai di bandara, jangan lupa untuk menukar mata uang yang dibawa dengan poundsterling, karena di sana biasanya nilai tukarnya jauh lebih baik ketimbang di luar bandara.
Untuk berkeliling kota, turis bisa menyewa mobil, menumpang taksi, bus, atau naik kereta. Turis yang berdana terbatas sangat bisa mengandalkan kereta yang beroperasi hingga tengah malam setiap harinya.
Turis tinggal membeli kartu Oyster untuk menumpang kereta dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Tarif sekali jalan di dalam kota seharga 2,40 poundsterling, atau sekitar Rp45 ribuan, per orang.
Jalur kereta di London juga meghubungkan kawasan yang terluarnya, seperti Skotlandia atau Paris. Namun, harga tiketnya berbeda.
Oyster Card juga bisa digunakan untuk naik bus, dengan tarif sekali jalan di dalam kota seharga 1,50 poundsterling, atau sekitar Rp28 ribuan, per orang.
 Beragam penampakan warga London bisa dilihat di tiap stasiun kereta. (AFP PHOTO / BEN STANSALL) |
Ada banyak pilihan tempat menginap di London, mulai dari yang bintang lima sampai hostel. Di mana pun tempat menginapnya, pastikan untuk berada di lokasi yang tak jauh dari stasiun kereta. Minimal bisa berjalan kaki dengan aman dan nyaman saat harus pulang di malam hari.
Pada musim panas, matahari terbit pukul 5 pagi dan tenggelam pukul 9 malam. Sebaliknya pada musim dingin, matahari terbit dan tenggelam lebih cepat, yaitu pukul 8 pagi dan 5 sore.
Selama musim semi (Maret-Mei) dan musim panas (Juni-Agustus), suhu di London mencapai sekitar 13-25 derajat Celcius. Sedangkan saat musim gugur (September-November) dan musim dingin (Desember-Februari), suhunya sekitar 2-5 derajat Celcius.
Musim panas merupakan musim turis di London. Tiket penerbangan dan hotel pasti jauh lebih mahal.
Hampir sama dengan Bogor, London juga kerap disebut Kota Hujan. Selain musim panas, minimal gerimis kecil bakal turun. Jadi, jangan lupa untuk membawa payung dan siap berbasah-basahan di jalan.
Bagi saya, berwisata selama 24 jam di London tidaklah cukup. Oleh karena itu, saya tak membuang waktu dan mulai melangkah sejak pagi hari.
Perlu diingat, saya memilih kegiatan wisata yang bertarif paling murah sampai gratis, karena banyak yang belum mengetahui kalau wisata di London tak melulu membuat dompet bolong.
Berlanjut ke halaman berikutnya...
08.00 - Sarapan di Terry's CafeEnglish Breakfast alias sarapan ala Inggris menjadi pilihan saya untuk memulai hari. Menunya telur (goreng atau orak arik), bacon (irisan tipis daging babi atau sapi yang digoreng garing), irisan sosis (babi, sapi atau ayam), serta saus kacang polong dan tomat.
Pelengkapnya disediakan teh hangat, karena minum teh sudah lama menjadi tradisi penduduk Inggris.
Dari hotel sampai restoran menyediakan menu English Breakfast. Saya memilih menyantapnya di Terry's Cafe di kawasan Great Suffolk.
 Menu English Breakfast. (Dok. Olivia Drost) |
Ruangan restoran ini tidak besar, tapi selalu ramai pengunjung. Kebanyakan datang karena merasa kalau rasa makanannya otentik. Dekorasinya khas rumah Inggris, lengkap dengan aksen kayu dan foto yang dipajang rapat.
Terry's Cafe juga memproduksi merk teh-nya sendiri berjenis earl gray, teh hijau, melati, dan chamomile.
Menu English Breakfast bernama The Standard seharga 8 poundsterling, atau sekitar Rp151 ribuan. Untuk teh earl gray seharga 2 poundsterling atau sekitar Rp37 ribuan per cangkir.
Terry's Cafe buka dari Senin sampai Sabtu, dengan jadwal 7 pagi-2 sore untuk Senin-Jumat dan 7.30 pagi-1 siang untuk Sabtu.
09.30 - Menatap Big Ben dalam "korset"Belum datang ke London jika belum selfie di depan ikon kotanya, jam Big Ben. Bangunan bersejarah yang masuk dalam komplek Gedung Parlemen Inggris ini berada di kawasan Westminster.
Dari Terry's Cafe, saya berjalan kaki menuju Stasiun Southwark untuk menumpang kereta menuju Stasiun Westminster, lalu dilanjutkan berjalan kaki menuju Big Ben. Durasi perjalanannya sekitar 13 menit.
 Big Ben dalam korset. (Dok. Olivia Drost) |
Sayangnya, jam yang telah berusia 159 tahun ini sedang mengalami renovasi hingga tiga tahun ke depan. Jika sebelumnya jam ini membunyikan bel-nya setiap jam, maka selama renovasi jam ini hanya berdentang di momen-momen nasional.
Renovasi Big Ben juga membuat pemandangan ke arah jam ini terhalang papan, pagar, dan jaring, yang mirip korset. Di kawasan Westminster ini turis juga bisa berfoto di depan London Eye dan Gedung Parlemen Inggris.
10.30 - Mengagumi Westminster Hall Puas melihat turis berfoto, saya menuju Westminster Hall, bangunan yang masih berada dalam komplek Gedung Parlemen Inggris. Bangunan ini juga masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.
Dibangun sejak tahun 1097, Westminster Hall berupa ruangan luas yang digunakan untuk acara-acara Kerajaan Inggris.
[Gambas:Instagram]Tahun 1834 terjadi kebakaran besar di Gedung Parlemen Inggris. Namun, bangunan ini selamat dari api. Begitu juga saat Jerman menyerbu Inggris pada tahun 1941.
Tak dikenakan biaya untuk masuk ke dalamnya. Tapi jika ingin mengikuti paket tur ke seluruh Gedung Parlemen Inggris dengan pemandu wisata, turis bisa membayar tarif mulai dari 25,50 poundsterling, atau sekitar Rp483 ribuan per orang.
12.00 - Camden TownPenggemar musik wajib datang ke Camden, salah satu kawasan yang dijadikan tempat kongko para musisi Inggris, seperti mendiang Amy Winehouse sampai Morrissey.
Dari Stasiun Westminster, saya menumpang kereka ke Stasiun Camden Town. Durasi perjalannya sekitar 23 menit.
Sejak puluhan tahun yang lalu, kawasan Camden identik dengan pasar. Yang dijual mulai dari sayuran sampai piringan hitam. Bagi anak muda yang ingin mencari pernak-pernik fesyen karya lokal bisa datang ke sini.
 Camden Town. (Dok. Olivia Drost) |
Berlanjut ke halaman berikutnya...
14.00 - Makan siang di Olley's Fish Experience Setelah English Breakfast, saya memilih fish and chips sebagai menu makan siang ala Inggris di restoran Olley's Fish Experience.
Dari Stasiun Camden Town, saya menumpang kereta menuju Stasiun Brixton, yang lalu dilanjutkan dengan naik bus nomor 3/196 ke kawasan Herne Hill. Durasi perjalanannya sekitar 40 menit.
Olley's Fish Experience telah beroperasi sejak tahun 1987. Nama restoran ini diambil dari buku karangan Charles Dickens berjudul ‘Oliver Twist’ yang menggambarkan menu ikan dan keripik kentang pertama kali dalam sejarah. Cod Fillet merupakan menu yang saya pesan.
[Gambas:Instagram]Disajikan dengan keripik kentang dan sayur serta perasan lemon dan saus asam, menu ini seharga 12,45 poundsterling, atau sekitar Rp235 ribuan.
Pengunjung juga bisa memilih ikan untuk digoreng atau dibakar. Yang hanya ingin kongko juga bisa memesan menu seafood yang lain seperti calamari.
Restoran ini buka setiap hari dengan jam normal.
15.30 - National Portrait GalleryUsai makan siang, saya beranjak menuju National Portrait Gallery di Saint. Martin, tak berada jauh dari Trafalgar Square.
Dari Stasiun Herne Hill, saya menumpang kereta menuju Stasiun Charing Cross. Durasi perjalanannya sekitar 36 menit. Galeri foto ini telah beroperasi sejak tahun 1856. Pamerannya berupa foto dan lukisan publik figur Inggris dan dunia. Kehidupan modern Inggris bisa dilihat dalam pameran bertema ‘Abad ke-20’ dan ‘Kontemporer’ yang berada di ruangan 30 sampai 32.
Suasana museum National Potrait Gallery di London. (CNN Indonesia/Ardita Mustafa) |
National Portrait Gallery buka setiap hari. Senin-Minggu buka pukul 10 pagi-6 sore, kecuali Kamis dan Jumat buka hingga pukul 9 malam.
Masuk ke tempat ini gratis, tapi disediakan juga kotak donasi. Jangan lupa berkunjung ke tokonya yang menjual beragam pernak-pernik foto.
17.00 - Sunset di Sky GardensSelain The Shard, London juga punya gedung pencakar langit untuk kongko, yakni Sky Gardens di kawasan Fenchurch.
Dari Stasiun Charing Cross, saya menumpang kereta menuju Stasiun Monument. Durasi perjalanannya sekitar 14 menit.
Tak ada tiket masuk ke gedung setinggi 35 lantai ini, hanya saja pengunjung harus memesan tempat di lima tempat makannya yakni Fenchurch Restaurant, Fenchurch Terrace, Darwin Brasserie, City Garden Bar, atau Sky Pod Bar.
[Gambas:Instagram]Jika tak ingin makan minum di restorannya, pengunjung tetap bisa menikmati pemandangan London dari ketinggian dengan memesan tiket kunjungan biasa, minimal tiga hari sebelumnya melalui situs resmi Sky Garden.
21.00 - Pesta bersama Kate Moss dan Rita Ora di SohoSetelah matahari turun, bar biasanya mulai dipadati pengunujung. Menjelang tengah malam, anak muda di London biasanya mulai berdatangan ke kelab malam.
Kelab malam yang populer di sini antara lain Fabric, Pacha, dan Egg LDN.
Tak hanya musik elektronik, kelab malam di London juga menyediakan pertunjukkan musik alternatif.
Kawasan SoHo memiliki lebih banyak pilihan kelab malam yang bisa dikunjungi. Jika beruntung, bisa bertemu dengan selebriti Inggris di sana, seperti Kate Moss atau Rita Ora. Sama seperti di Jakarta dan kota besar lainnya, kehidupan malam di London saat akhir pekan seakan tak pernah usai.
 Kelab malam Fabric di London. (AFP PHOTO / JUSTIN TALLIS) |