Jakarta, CNN Indonesia -- Data World Health Organization menemukan bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian pertama di seluruh dunia.
Sekitar 47 persen kematian yang disebabkan serangan jantung tiba-tiba juga terjadi di luar rumah sakit, berdasarkan laporan dari US Centers for Disease and Prevention. Hal ini berarti bahwa mayoritas orang dengan penyakit jantung tidak bergerak cepat untuk menangani gejala-gejala awal yang mereka alami.
Memang, pergi ke rumah sakit untuk menjalani tes-tes gejala-gejala penyakit jantung membuhtukan biaya yang sangat mahal dan waktu yang lama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sebuah alat yang dikembangkan di Israel baru-baru ini bisa mempermudah proses tersebut. Dilansir dari
CNN, alat penguji serangan jantung yang diberi nama SensAheart ini dikembangkan oleh Novamed, sebuah perusahaan yang merancang produk-produk teknologi kesehatan.
Pengujian serangan jantung ini dilakukan dengan cara meletakkan darah ke atas strip alat tersebut. Darah tersebut kemudian diberi suatu cairan khusus.
Kemudian, SensAheart akan menganalisis darah pasien. Darah uji inilah yang akan mendeteksi terjadinya serangan jantung pada seseorang. Ada dua hal yang mengindikasikan pasien mengalami serangan jantung.
Yang pertama adalah tanda-tanda terjadinya reaksi antara dua jenis protein, yakni protein HFABP dan troponin. Yang kedua adalah tanda-tanda antibodi yang diproduksi saat serangan jantung.
Jika alat tersebut menunjukkan dua garis, artinya pasien telah mengalami serangan jantung. Serangan jantung yang terdeteksi SensAheart ini bisa saja terjadi dalam jangka waktu satu jam hingga beberapa hari lalu.
Tes ini dapat memberikan hasil dalam beberapa menit, dibandingkan tes-tes gejala penyakit jantung lainnya yang memakan waktu hingga enam jam.
Direktur Institut Jantung dan Divisi Kardiovaskular di Rumah Sakit Hadassah dr. Chaim Lotan dan timnya telah menguji akurasi SensAheart. Lotan menyebut, alat ini merupakan bentuk tes yang paling akurat dibandingkan tes lainnya yang sudah ada saat ini.
Namun, Lotan mengingatkan, tidak ada alat tes kesehatan yang secara 100 persen akurat. Dalam sebuah penelitian, SensAheart memiliki tingkat kegagalan pengetesan sebanyak 23 persen.
"Pertama-tama, Anda harus mengombinasikan semua gejala-gejalanya. Tidak bisa hanya dari tes, Anda harus juga mempertimbangkan seluruh riwayat pasien," ujar Lotan.
Founder dan CEO Novamed Emil Katz mengatakan bahwa alat ini baru dapat ditemukan di Eropa dan Israel. Di masa mendatang, Katz berharap alat ini dapat dijual di berbagai belahan dunia dengan harga sekitar US$10 hingga US$20 per tesnya.
(ast/chs)