Buang Sampah ke Sungai, Menyumbang 'Beban' ke Lautan

Elise Dwi Ratnasari | CNN Indonesia
Rabu, 28 Feb 2018 20:07 WIB
Di zaman yang serba canggih ini, masih ada saja orang yang membuang sampah di aliran sungai. Semoga Anda bukan salah satu pelakunya.
Aksi pengangkutan sampah di Pantai Kuta, Bali. (AFP PHOTO / SONNY TUMBELAKA)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejak akhir tahun lalu, Bali sedang dirundung masalah sampah yang mampir ke pantai-pantainya. Padahal selama ini, Pulau Dewata menawarkan keindahan perairan sebagai magnet pariwisatanya.

Persoalan ini semakin rumit saat sampah dari daratan disebut "bocor" ke laut. Yang menjadi pertanyaan ialah; seberapa besar volume sampah di daratan Bali saat ini?

Menanggapi pertanyaan simpel itu, pendiri dan peneliti dari kelompok Sustainable Waste Indonesia (SWI), Dini Trisyanti, mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa memastikan dengan pasti volume sampah di Bali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dini menjelaskan, selama ini pengukuran volume sampah di Bali hanya berasal dari sampah rumah tangga. Padahal sampah juga banyak yang berasal dari pendatang.

"Kalau hanya dari populasi masyarakat di Bali, volume sampah sekitar 2.500 ton per hari. Tapi sampah di Bali enggak cuma dari warga, ada dari turis juga. Perkiraan kami jumlahnya jauh melebihi itu," tutur Dini pada CNNIndonesia.com usai diskusi publik di Bebek Bengil, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (28/2).

Sampah di daratan terbukti menyumbang volume sampah di lautan.

Kelompok Packaging and Recycling Association for Indonesia Sustainable Environment (PRAISE) bekerjasama dengan SWI telah melakukan riset terkait pernyataan tersebut.

"Tercemarnya laut itu penyebabnya 80 persen kiriman sampah dari darat. Sementara sampah bawaan dari laut hanya menyumbang 20 persen. Itu juga berasal dari sampah yang dibuang ke aliran air menuju laut," kata Dini.

"Sampah dari darat bisa ke laut karena terbatasnya jangkauan layanan pengangkutan sampah, lokasi tempat sampah di dekat aliran air, hingga pembuangan sampah secara sembarangan," lanjutnya.

Imbas "bocornya" sampah ke laut, dikatakan Dini, jelas membawa dampak pada berbagai sektor, antara lain, kesehatan, lingkungan, pertanian, serta pariwisata.

Untuk sektor pariwisata, Dini mengungkapkan kalau dalam sebuah forum diskusi pernah ada perbincangan kalau turis asing enggan datang ke Pulau Dewata jika masalah sampah tak juga usai.

PRAISE dan SWI turut memetakan konsep pengelolaan sampah di delapan kota dan satu kabupaten yakni; Denpasar, Badung, Tabanan, Gianyar, Buleleng, Klungkung, Karangasem, Bangli dan Jembrana.

Di sana, Dini menyebut ada lebih dari 50 titik "kebocoran" sampah.

Oleh karena itu, pihaknya bersama PRAISE merekomendasikan langkah-langkah yang perlu diambil demi menyelamatkan laut Bali dari "kebocoran" sampah.

Langkah itu antara lain sosialisasi program isu sampah di perkampungan, pendampingan bisnis daur ulang, kerja bakti, dan kampanye Save Bali Beach.

"Saya berharap Kementerian Lingkungan Hidup turut serta dalam program-program penyelamatan Bali dari masalah sampah. Karena banyak sekali aksi yang dilakukan di sini, namun masih kurang mendapat dukungan," pungkas Dini.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER