Novichok, Racun Saraf yang Diduga Serang Eks Mata-mata Rusia

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Rabu, 21 Mar 2018 08:50 WIB
Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa mantan mata-mata Sergei Skripal dan putrinya Yuliaterpapar racun saraf yang diduga bernama Novichok.
ilustrasi racun (Pixabay.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan mata-mata Rusia Sergei Skripal dan putrinya Yulia ditemukan pingsan di sebuah bangku taman di Inggris pada Minggu (4/3).

Mengutip US News and World Report, baik Skripal dan Yulia terlihat pucat dan kaku. Skripal sempat muntah sementara mulut putrinya berbusa dan matanya terbuka lebar.

Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa Skripal, putrinya Yulia, dan seorang detektif polisi Nick Bailey semuanya terpapar racun saraf yang diduga bernama Novichok.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Novichok sendiri dalam bahasa Rusia berarti pendatang baru (newcomer).

Mengutip Live Science, racun saraf ini adalah senjata paling beracun dan paling cepat bereaksi dibanding racun lainnya di dunia.

Secara garis besar, racun saraf akan menghentikan sistem saraf pusat untuk berkomunikasi dengan otot, organ, dan kelenjar yang seharusnya bekerja dalam tubuh dengan lancar.

Secara khusus, agen racun saraf ini akan menghentikan tubuh untuk memecahkan neurotransmiter yang disebut asetilkolin. Saat asetilkolin tak bisa dipecah untuk mengaktifkan kerja otot, termasuk jantung dan paru-paru, tubuh akan kejang tak terkontrol sampai akhirnya kelelahan dan menyebabkan kelumpuhan.

Korban akan mengalami gejala seperti mengeluarkan liur, muntah, dan buang air kecil.

Menurut CDC (Centres for Disease Control and Prevention) biasanya racun saraf ini bisa masuk melalui mulut atau hidung, tapi juga bisa menyerap langsung ke kulit.


Novichok, racun yang diduga menyerang Skripal

Perkembangan penelitian membuat Perdana Menteri Inggris Theresa May menuduh Moskow menjadi dalang penyerangannya. Hanya saja Rusia sendiri membantah keterlibatannya.

"Hanya Uni Soviet saja yang bisa mengembangkan dan membuat agen racun saraf (Novichok) ini," kata Jean Pascal Zanders, mantan peneliti snior di European Union Institute for Security Studies kepada Chemical & Engineering News dikutip dari The Verge.

Novichok yang kini menjadi pembicaraan internasional sebenarnya bukanlah racun jenis baru. Novichok sendiri merupakan keluarga dari hasil sintesis organofosfat. Diketahui bahwa organofosfat juga merupakan bahan pembuat racun saraf pertama dan kedua diciptakan di dunia, tabun dan sarin.

Racun dari keluarga organofosfat sendiri ketahui menjadi spektrum racun yang paling berbahaya.

Menurut mantan ilmuwan dan juga pembelot Soviet, Vil Mirzayanov, novichok sendiri jauh lebih beracun dan mematikan dari racun saraf lainnya. Dia mengklaim, novichok-5, misalnya, bisa menjadi 5-8 kali lebih mematikan dibanding racun saraf VX.

"Faktanya Skripal masih hidup sampai sekarang itu berarti racunnya dipakai dalam jumlah kecil, tidak murni, dan tidak bekerja efektif. Karena tidak butuh waktu lama bagi racun saraf untuk menyebabkan serangan fatal," kata Mark Bishop dari Middlebury Institute of International Studies di Monterey.

Mengutip The Conversation, novichok dan racun dari keluarga organofosfat sendiri bekerja dengan cara yang sama yaitu menghambar pembentukan enzim acetylcholinesterase (AChe).

Novichok sendiri dibuat dibawah program clandestine. Racun ini tetap dibuat meski ada negosiasi internasional untuk pelarangan senjata kimia.

Mirzayanov juga mengungkap bahwa agen saraf biner ini merupakan kumpulan senjata kimia yang mematikan setelah dua materi dua bahan kimia yang tak terlalu mematikan dicampur. Racun sarap novichok ini juga dianggap mudah untuk disembunyikan karena bisa disamarkan sebagai komponen pupuk atau pestisida.

Para peneliti pun terkejut karena melihat kemunculan novichok kembali di 2018. Pasalnya menurut organisasi internasional yang mengatur senjata kimia, Rusia seharusnya sudah menghancurkan 39.967 ton senjata kimia pada September 2017 lalu. (chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER