Sangat Pemalu, Jadi Alasan Badak Sulit Diamati

CNN Indonesia | CNN Indonesia
Rabu, 21 Mar 2018 15:40 WIB
Sebelum ada teknologi canggih, pengamatan Badak Jawa masih dilakukan dengan cara manual melalui pencarian jejak kaki.
Proses pengambilan cula badak. (REUTERS/Siphiwe Sibeko)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamatan dan inventarisasi Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) bukan lah perkara mudah. Hal tersebut dikarenakan sifat badak yang sangat pemalu.

Sebelum teknologi maju seperti sekarang, pengamatan masih dilakukan secara manual.

Dimulai tahun 1967, tim peneliti melakukan pengamatan dan inventarisasi secara manual dengan mengamati jejak kaki badak dan beberapa jenis temuan lainnya, seperti kotoran, urine, bekas tumbuhan yang dimakan, dan bekas gesekan pada batang pohon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dilakukan oleh 15 tim yang bergerak pada 15 jalur di bentara Ujung Kulon, dari arah selatan ke utara. Saat itu, taksiran populasi Badak Jawa hasil monitoring masih sangat bias dan seringkali menjadi perdebatan publik," kata Mamat Rahmat, Kepala Balai TNUK, pada Rabu (21/3).

Kemudian pada tahun 2011, seiring majunya teknologi, penelitian mulai menggunakan kamera trap, yang bisa mengambil foto dan video secara otomatis berdasarkan sensor gerak.

Kamera itu dipasang di area yang biasa dilintasi badak.

Berdasarkan hasil pengamatan melalui 40 kamera trap, di tahun 2012 diperoleh data terbaru populasi Badak Jawa yang mencapai 51 ekor, 29 jantan dan 22 betina.

Hingga tahun 2016, jumlah Badak Jawa yang berhasil dimonitoring melalui kamera trap sebanyak 67 ekor, yang terdiri dari 37 jantan dan 30 betina.

Pengamatan yang dilakukan pada tahun lalu juga telah menggunakan kamera video.

Dalam pengamatan tersebut, juga didapat video kegiatan pembalakan liar.

"Dari hasil identifikasi klip video badak jawa pada tahun 2017, badak jawa yang terekam kamera video trap sebanyak 57 ekor," kata Mamat.

Walau ada dalam pengamatan, namun jumlah Badak Jawa masih terancam punah.

Pada Februari kemarin, TNUK sempat geger karena ada sepuluh badak yang tak terekam oleh sekitar 100 kamera trap yang terpasang.

Mamat mengaku tidak menemukan adanya tanda-tanda kematian badak.

"Kemungkinan, dari sepuluh individu badak tersebut berpindah jalur, sehingga berada diluar jangkauan pengamatan kamera," kata Mamat.

Data yang dirilis oleh International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) mencatat Badak Jawa masuk dalam Zona Merah fauna langka di dunia karena hampir punah (critically endangered).

Merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar, Badak Jawa juga diklasifikasikan sebagai jenis satwa yang dilindungi.

Ada lima jenis badak di dunia, yakni Badak Putih, Badak Hitam, Badak Jawa, Badak Sumatera, dan Badak India. Dari sekian banyak jenis badak, tak ada yang benar-benar selamat dari kepunahan.

[Gambas:Video CNN]

(yan/ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER