
Kelompok Perlindungan Anak Desa, Garda Depan Lindungi Anak
Puput Tripeni Juniman, CNN Indonesia | Kamis, 22/03/2018 07:43 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Kekerasan pada anak dan anak perempuan masih jadi momok yang menakutkan di Indonesia. Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional bahkan mencatat satu dari tiga perempuan yang sudah berusia 15 tahun pernah menjadi korban kekerasan seksual oleh pasangan atau bukan pasangannya.
Beragam upaya kini tengah digencarkan untuk mengurangi angka kekerasan pada anak, termasuk dengan gerakan masyarakat dari desa untuk desa melalui Kelompok Perlindungan Anak Desa (KPAD).
Seperti yang dilakukan pria paruh baya Yakobus Kollo di tempat tinggalnya, Desa Faenake, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat Faenake percaya pada istilah 'di ujung rotan ada emas'. Kepercayaan ini membuat warga Faenake mendidik anak dengan keras. Kekerasan seolah halal di Faenake.
Yakobus yang akrab disapa Om Kobus itu lalu menginisiasi program KPAD bersama organisasi Plan Internasional pada 2009. Sejak saat itu, Om Kobus yang menjadi Ketua KPAD Faenake gencar mengedukasi warga desa tentang perlindungan anak.
"Kami melakukan kegiatan gerakan masyarakat untuk menanggapi tindak kekerasan terhadap anak yang tinggi. Mulai dari upaya pencegahan dengan membangun kesepahaman dan mengubah pola pikir," kata Om Kobus dalam diskusi peluncuran Yayasan Plan Internasional Indonesia di Jakarta, Rabu (21/3).
Sehari-hari Om Kobus berbincang dengan warga Faenake yang disebutnya berwatak keras seperti karang. Dia memberikan pemahaman untuk mengubah persepsi terhadap anak.
"Saya tidak gentar, saya selalu katakan 'anak itu adalah hasil dari kasih papa dan mama. Apakah hasil kasih itu harus menghadapi kekerasan?' Biasanya mereka luluh dengan kalimat saya," tutur Om Kobus.
Tak hanya mengubah pola pikir, Om Kobus juga memperkenalkan langkah advokasi untuk memberikan perlindungan bagi anak yang menghadapi kekerasan. KPAD menerima pengaduan kasus kekerasan, lalu merujuk dan mengawal kasus, serta melakukan rehabilitasi.
Menurut Om Kobus, langkah ini berhasil untuk memberantas kekerasan pada anak di Desa Faenake.
"Sejak keberadaan KPAD di desa terlihat ada perubahan signifikan pada perlindungan terhadap anak," ujar Om Kobus.
Om Kobus menyebut tingkat partisipasi anak di Desa Faenake semakin meningkat, sedangkan tingkat kekerasan terhadap anak terus menurun. Bahkan, beberapa waktu terakhir, kekerasan pada anak yang sudah membudaya tak lagi terjadi di Desa Faenake.
KPAD Desa Faenake merupakan salah satu kelompok perlindungan desa yang berhasil memberantas kekerasan. Sejauh ini berdasarkan data akhir 2017, Plan Internasional bekerja sama dengan pemerintah mengembangkan 942 KPAD di empat provinsi untuk mencegah kekerasan pada anak. (rah)
Beragam upaya kini tengah digencarkan untuk mengurangi angka kekerasan pada anak, termasuk dengan gerakan masyarakat dari desa untuk desa melalui Kelompok Perlindungan Anak Desa (KPAD).
Seperti yang dilakukan pria paruh baya Yakobus Kollo di tempat tinggalnya, Desa Faenake, Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur. Masyarakat Faenake percaya pada istilah 'di ujung rotan ada emas'. Kepercayaan ini membuat warga Faenake mendidik anak dengan keras. Kekerasan seolah halal di Faenake.
Lihat juga:Mendidik Anak Tak Perlu dengan Kekerasan |
Yakobus yang akrab disapa Om Kobus itu lalu menginisiasi program KPAD bersama organisasi Plan Internasional pada 2009. Sejak saat itu, Om Kobus yang menjadi Ketua KPAD Faenake gencar mengedukasi warga desa tentang perlindungan anak.
"Kami melakukan kegiatan gerakan masyarakat untuk menanggapi tindak kekerasan terhadap anak yang tinggi. Mulai dari upaya pencegahan dengan membangun kesepahaman dan mengubah pola pikir," kata Om Kobus dalam diskusi peluncuran Yayasan Plan Internasional Indonesia di Jakarta, Rabu (21/3).
Sehari-hari Om Kobus berbincang dengan warga Faenake yang disebutnya berwatak keras seperti karang. Dia memberikan pemahaman untuk mengubah persepsi terhadap anak.
"Saya tidak gentar, saya selalu katakan 'anak itu adalah hasil dari kasih papa dan mama. Apakah hasil kasih itu harus menghadapi kekerasan?' Biasanya mereka luluh dengan kalimat saya," tutur Om Kobus.
Tak hanya mengubah pola pikir, Om Kobus juga memperkenalkan langkah advokasi untuk memberikan perlindungan bagi anak yang menghadapi kekerasan. KPAD menerima pengaduan kasus kekerasan, lalu merujuk dan mengawal kasus, serta melakukan rehabilitasi.
Menurut Om Kobus, langkah ini berhasil untuk memberantas kekerasan pada anak di Desa Faenake.
"Sejak keberadaan KPAD di desa terlihat ada perubahan signifikan pada perlindungan terhadap anak," ujar Om Kobus.
Om Kobus menyebut tingkat partisipasi anak di Desa Faenake semakin meningkat, sedangkan tingkat kekerasan terhadap anak terus menurun. Bahkan, beberapa waktu terakhir, kekerasan pada anak yang sudah membudaya tak lagi terjadi di Desa Faenake.
KPAD Desa Faenake merupakan salah satu kelompok perlindungan desa yang berhasil memberantas kekerasan. Sejauh ini berdasarkan data akhir 2017, Plan Internasional bekerja sama dengan pemerintah mengembangkan 942 KPAD di empat provinsi untuk mencegah kekerasan pada anak. (rah)
ARTIKEL TERKAIT

Dampak Buruk Orang Tua Selingkuh terhadap Anak
Gaya Hidup 11 bulan yang lalu
Mabel van Oranje: Indonesia Bisa Akhiri 'Perkawinan Anak'
Gaya Hidup 11 bulan yang lalu
Praktik Perkawinan Anak, Diam-diam tapi Berbahaya
Gaya Hidup 11 bulan yang lalu
Jepang, Negara Paling Aman untuk Punya Bayi versi UNICEF
Gaya Hidup 11 bulan yang lalu
Alasan Orangtua Harus Pilih Mainan Sesuai Usia Anak
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
Resepsi Pernikahan Dini yang Belum Juga Usai di Indonesia
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
BACA JUGA

Dukung MK, MUI Sarankan Usia Ideal Wanita Menikah 20 Tahun
Nasional • 14 December 2018 12:35
Aturan Dispensasi Dinilai Masih Jadi Momok Perkawinan Anak
Nasional • 14 December 2018 05:20
MK: Batas Usia di UU Perkawinan Masih Berlaku Selama 3 Tahun
Nasional • 13 December 2018 16:36
MK Kabulkan Gugatan Batas Usia dalam UU Perkawinan
Nasional • 13 December 2018 11:24
TERPOPULER

TN Komodo Kantongi Rp33,16 Miliar dari Kunjungan Turis
Gaya Hidup • 3 jam yang lalu
Miss Jambi Menangkan Kontes Miss Indonesia 2019
Gaya Hidup 7 jam yang lalu
Beda Kanker Anak dengan Kanker Orang Dewasa
Gaya Hidup 9 jam yang lalu