
Cegah Kepunahan, Desa Bunga Edelweis Dikembangkan di Bromo
CNN Indonesia, CNN Indonesia | Senin, 16/04/2018 13:17 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) menyiapkan dua desa sebagai Desa Wisata Bunga Edelweis (Anaphalis javanica).
Kedua desa yang bakal dikembangkan itu adalah Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo Jawa Timur dan Desa Wonokitri, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.
Pengembangan wisata Desa Wisata Bunga Edelweis bertujuan untuk melestarikan keberadaan bunga di Gunung Bromo yang berketinggian 2.329 mdpl itu.
TNBTS menggandeng komunitas Bromo Lovers untuk pengembangan budidaya Edelweis di sana, karena sejak awal komunitas ini konsisten dalam pemberdayaan lingkungan hidup di kawasan wisata internasional itu.
John Kennedie, Kepala Balai Besar TNBTS mengatakan dua desa itu menjadi lokasi uji coba pengembangan Desa Wisata Bunga Edelweis.
"Pengembangan ini juga bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat sekitar akan pelestarian Bunga Edelweis," ujar John pada Senin (16/4).
Menurut Teguh Wibowo, Ketua Bromo Lovers, di Desa Wonokitri sudah siap sekitar 3.000 bibit Bunga Edelweis yang siap tanam.
Sementara di Desa Ngadisari, sebanyak 6.000 bibit sudah siap ditanam.
[Gambas:Instagram]
Bibit itu diambil dari tanaman Bunga Edelweis yang tumbuh rimbun di TNBTS. Bijinya didapat dari mengeringkan bunga selama kurang lebih tiga hari.
"Ide itu berawal dari peristiwa kebakaran tahun lalu dan erupsi Bromo, di mana banyak tanaman Bunga Edelweis yang mati. Komunitas kami lalu mempunyai gagasan untuk membudidayakan di rumah masing-masing anggota yang berdomisili di sekitar kawasan Bromo. Setelah cukup umur, lalu kami tanam kembali di habitat aslinya," ujar Teguh.
Dari upaya itulah, TNBTS dan Bromo Lovers punya ide untuk membangun Desa Wisata Bunga Edelweis.
"Kami juga sudah menyiapkan lahan untuk penanaman dengan membersihkan lahan di sekitar rumah adat Ngadisari. Bahkan kami sudah menanam sebanyak 150 bibit edelweis sebagai uji coba," kata Sunarip, Ketua Kelompok Desa Wisata Edelweis Ngadisari.
Pengembangan Desa Wisata Bunga Edelweis itu juga mendapat restu dari Camat Sukapura Yulius Christian.
Yulius mengaku sangat mendukung langkah Balai Besar TNBTS untuk mengembangkan Desa Ngadisari sebagai Desa Wisata Edelweis sebagai penunjang objek wisata Gunung Bromo.
"Semua pihak sangat mendukung pengembangan destinasi wisata Bunga Edelweis itu. Sehingga diharapkan wisatawan tidak hanya berkunjung ke kawasan wisata Gunung Bromo, namun juga menikmati keindahan Desa Wisata Bunga Edelweis," pungkas Yulius.
Bunga Edelweis disebut sebagai bunga abadi.
[Gambas:Instagram]
Bunga Edelweis pertama kali ditemukan oleh peneliti asal Jerman bernama Georg Carl Reinwardt di lereng Gunung Gede pada tahun 1819 silam.
Ada perbedaan antara Edelweis versi luar negeri dan versi Indonesia. Jika di luar negeri bunga ini berjenis Leontopodium alpinum.
Bunga Edelweis mendapat sebutan bunga abadi karena tumbuh sepanjang tahun.
Di Indonesia, keberadaan bunga abadi ini semakin menyusut, dikarenakan ulah pendaki nakal yang sering memetiknya.
Dua orang pendaki sempat tertangkap tangan mengantungi bunga ini saat turun gunung di Semeru. Pihak pengelola lalu menghukum mereka dengan tak memperbolehkannya naik ke gunung itu seumur hidup.
(dik/ard)
Kedua desa yang bakal dikembangkan itu adalah Desa Ngadisari, Kabupaten Probolinggo Jawa Timur dan Desa Wonokitri, Kabupaten Pasuruan Jawa Timur.
TNBTS menggandeng komunitas Bromo Lovers untuk pengembangan budidaya Edelweis di sana, karena sejak awal komunitas ini konsisten dalam pemberdayaan lingkungan hidup di kawasan wisata internasional itu.
John Kennedie, Kepala Balai Besar TNBTS mengatakan dua desa itu menjadi lokasi uji coba pengembangan Desa Wisata Bunga Edelweis.
"Pengembangan ini juga bertujuan meningkatkan dukungan masyarakat sekitar akan pelestarian Bunga Edelweis," ujar John pada Senin (16/4).
Menurut Teguh Wibowo, Ketua Bromo Lovers, di Desa Wonokitri sudah siap sekitar 3.000 bibit Bunga Edelweis yang siap tanam.
Sementara di Desa Ngadisari, sebanyak 6.000 bibit sudah siap ditanam.
[Gambas:Instagram]
Bibit itu diambil dari tanaman Bunga Edelweis yang tumbuh rimbun di TNBTS. Bijinya didapat dari mengeringkan bunga selama kurang lebih tiga hari.
"Ide itu berawal dari peristiwa kebakaran tahun lalu dan erupsi Bromo, di mana banyak tanaman Bunga Edelweis yang mati. Komunitas kami lalu mempunyai gagasan untuk membudidayakan di rumah masing-masing anggota yang berdomisili di sekitar kawasan Bromo. Setelah cukup umur, lalu kami tanam kembali di habitat aslinya," ujar Teguh.
Dari upaya itulah, TNBTS dan Bromo Lovers punya ide untuk membangun Desa Wisata Bunga Edelweis.
"Kami juga sudah menyiapkan lahan untuk penanaman dengan membersihkan lahan di sekitar rumah adat Ngadisari. Bahkan kami sudah menanam sebanyak 150 bibit edelweis sebagai uji coba," kata Sunarip, Ketua Kelompok Desa Wisata Edelweis Ngadisari.
Pengembangan Desa Wisata Bunga Edelweis itu juga mendapat restu dari Camat Sukapura Yulius Christian.
Yulius mengaku sangat mendukung langkah Balai Besar TNBTS untuk mengembangkan Desa Ngadisari sebagai Desa Wisata Edelweis sebagai penunjang objek wisata Gunung Bromo.
"Semua pihak sangat mendukung pengembangan destinasi wisata Bunga Edelweis itu. Sehingga diharapkan wisatawan tidak hanya berkunjung ke kawasan wisata Gunung Bromo, namun juga menikmati keindahan Desa Wisata Bunga Edelweis," pungkas Yulius.
Bunga Edelweis disebut sebagai bunga abadi.
[Gambas:Instagram]
Bunga Edelweis pertama kali ditemukan oleh peneliti asal Jerman bernama Georg Carl Reinwardt di lereng Gunung Gede pada tahun 1819 silam.
Ada perbedaan antara Edelweis versi luar negeri dan versi Indonesia. Jika di luar negeri bunga ini berjenis Leontopodium alpinum.
Bunga Edelweis mendapat sebutan bunga abadi karena tumbuh sepanjang tahun.
Di Indonesia, keberadaan bunga abadi ini semakin menyusut, dikarenakan ulah pendaki nakal yang sering memetiknya.
Dua orang pendaki sempat tertangkap tangan mengantungi bunga ini saat turun gunung di Semeru. Pihak pengelola lalu menghukum mereka dengan tak memperbolehkannya naik ke gunung itu seumur hidup.
(dik/ard)
ARTIKEL TERKAIT

Safe Travel, Aplikasi Wajib bagi WNI Selama di Luar Negeri
Gaya Hidup 10 bulan yang lalu
Gua Rancang Kencono Dikembangkan Jadi Objek Wisata Sejarah
Gaya Hidup 10 bulan yang lalu
Bermalam di Puncak Grand Massif
Gaya Hidup 10 bulan yang lalu
Kala Pamor Surga Ski Bertarung dengan Panasnya Dunia
Gaya Hidup 10 bulan yang lalu
Kemewahan di Tengah Salju Les-Avanchers Valmorel
Gaya Hidup 10 bulan yang lalu
Meluncur di Pegunungan Alpen
Gaya Hidup 10 bulan yang lalu
BACA JUGA

Tak Lagi Suram, Museum Pusaka Cirebon Bernuansa Mal
Hiburan • 12 October 2018 05:50
Bioskop Terapung Bakal Hadir di Purwakarta
Hiburan • 25 September 2018 17:25
Pria Inggris Ini Hobi Tamasya ke Wilayah Konflik
Internasional • 19 January 2016 06:10
'Ini Negriku,' Potret Indonesia yang Tak Biasa
Hiburan • 17 January 2016 15:10
TERPOPULER

Selebriti 'Berbaju Renang' di Brit Awards 2019
Gaya Hidup • 5 jam yang lalu
Maskapai Singapura Dikritik Soal Kamera 'Pengintai' Penumpang
Gaya Hidup 1 jam yang lalu
Ragam Mitos Kanker Serviks
Gaya Hidup 2 jam yang lalu