Kala Pamor Surga Ski Bertarung dengan Panasnya Dunia

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Minggu, 15 Apr 2018 14:19 WIB
Salju di Pegunungan Alpen menjadi daya tarik turis berdatangan. Sejak beberapa tahun lalu, pemanasan global kian mengancam selimut salju di sana.
Puncak Pegunungan Alpen. (Thinkstock/Velbon)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tumpukan salju menyelimuti pegunungan Alpen, sebuah barisan pegunungan yang terletak di Benua Eropa. Selama bertahun-tahun, lokasi ini menjadi tempat wisata yang populer bagi turis untuk melakukan olahraga musim dingin seperti ski hingga selancar salju.

Tak hanya itu, Alpen pun tersohor karena udaranya yang sejuk, sehingga banyak sekali turis Eropa memanjakan dirinya di sini.

Namun, nilai pegunungan Alpen tak berhenti sampai situ. Sejak dulu, Alpen menopang kehidupan bagi penduduk negara-negara Eropa. Itu lantaran seluruh sungai yang menghidupi benua biru ini bermuara dari barisan pegunungan sepanjang 1.200 kilometer ini.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebut saja sungai Rhine yang mengalir ke Swiss dan Jerman, bahkan lembah sekitar sungai Rhine tersohor sebagai pusat manufaktur Jerman.

Sebagian sumber sungai Danube pun berasal dari Alpen, sungai yang menjadi jalur pelayaran logistik utama bagi negara-negara Eropa yang tak punya pesisir seperti Hungaria dan Serbia.

Selain itu, pegunungan Alpen juga menjadi rumah bagi flora dan fauna seperti rubah salju dan ibex Alpen, sebuah spesies endemik di dataran tinggi ini.

Hanya saja, kondisi Alpen kian terancam seiring pemanasan global yang berlangsung dalam beberapa dekade terakhir.

Komisi Internasional bagi Perlindungan Alpen (CIPRA) pernah merilis laporan bahwa rata-rata suhu di pegunungan Alpen telah meningkat 2 derajat celsius selama 120 tahun terakhir. Bahkan, suhunya bisa kembali naik 2 derajat celsius dalam 40 tahun ke depan.

Tebal gleser di pegunungan Alpen bahkan menyusut menjadi setengah di awal abad ini dan diprediksi gleser Alpen akan lenyap dalam kurun satu abad kemudian.

CIPRA juga melansir bahwa pariwisata dan transportasi sebagai biang keladi dalam perubahan iklim di Alpen. Rata-rata penggunaan bahan bakar di pegunungan Alpen juga 10 persen lebih banyak ketimbang wilayah lain di Eropa.

Maka, jangan heran jika seluruh es di Alpen meleleh, maka resor ski yang bertaburan tak akan bisa beroperasi lagi. Pamor Alpen sebagai destinasi wisata akan semakin melorot.

Salju Alpen Terdera Pemanasan GlobalPemandangan Pegunungan Alpen dari Austria. REUTERS/Leonhard Foeger

Yannick, seorang instruktur ski yang mengajar di Les-Avanchers Valmorel, Prancis mengaku cuaca di pegunungan Alpen agak berfluktuasi dalam beberapa tahun terakhir.

Masih terpatri di ingatannya betapa cuaca dingin yang ekstrem kerap melanda wilayahnya di akhir tahun lalu, padahal sebelumnya kondisi itu jarang terjadi.

Meski demikian, ia mengatakan tidak melihat banyak perubahan akan lapisan es yang berada di pegunungan tersebut.

"Kalau memang nantinya Alpen berubah, tidak bisa digunakan lagi untuk ski, saya akan sangat sedih. Sedari kecil saya habiskan waktu di sini," ungkap pria berusia 42 tahun ini.

Ia cukup senang dengan beberapa wisatawan yang sering main ski di pegunungan Alpen. Namun, dia juga khawatir mengenai dampak pemanasan global yang terjadi kala resor dan hotel ski makin menjamur.

"Saya percaya, jika memang pelaku usaha pariwisata sangat mencintai Alpen, pasti ia akan melaksanakan hal-hal yang bersifat berkesinambungan," tutur dia.

Untungnya, kesadaran akan pariwisata berbasis lingkungan sudah mulai diterapkan.

Salju Alpen Terdera Pemanasan GlobalImbauan hemat energi. (CNN Indonesia/Galih Gumelar)

Marco, seorang pegawai di Club Med Grand Massif Perancis mengatakan, hotelnya sudah dibangun sesuai standar kelestarian lingkungan yang berlaku.

Hotel tempat ia bekerja memang berada di puncak gunung, namun Club Med Grand Massif tidak meratakan lahan bangunannya dulu sebelum membangun resor ini. Justru, Club Med Grand Massif dibangun mengikuti alur gunungnya, agar tetap menciptakan wilayah resapan air yang mumpuni setelah es mencair di musim semi dan musim panas.

"Selain itu, kami melihat bahwa bangunan konsep ekologi dan lingkungan kini tengah ngetren. Rancangan bangunan ini tentu inisiatif kami sendiri, bukan imbauan dari pemerintah setempat," tutur dia.

Hal serupa juga terlihat di Club Med Valmorel. Di setiap kamar mandinya terpampang imbauan untuk menghemat air karena desa di dekatnya sangat menggantungkan hidup dari aliran air dari pegunungan ini.

Tak hanya itu, Club Med Valmorel juga sudah memiliki sertifikasi High Environmental Quality (HEQ), di mana sebanyak 65 persen dari tenaga listriknya diperoleh dari energi baru dan terbarukan dan 90 persen penerangannya menggunakan lampu hemat energi.

Di Les-Avanchers Valmorel, kotak sampah pun dibedakan menjadi tiga jenis sampah, yakni sampah susah terurai, sampah basah, dan sampah organik. Ini dibuat agar pengelolaan sampahnya menjadi mudah dan efisien.

Kesadaran untuk melestarikan pegunungan Alpen kini sudah menjadi inisiatif bagi warga sekitar. Jika tidak, tinggal menunggu waktu saja sebelum pamor Alpen sebagai surga ski kian sirna.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER