LAPORAN DARI PERANCIS

Memanjakan Lidah Usai Berseluncur di Pegunungan Alpen

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 17 Apr 2018 15:10 WIB
Bermain ski di lereng pegunungan Alpen bisa menjadi saat-saat yang paling melelahkan, ini tandanya untuk memanjakan lidah dan mengenyangkan perut.
Aneka kuliner di Cosy Mountain. (CNN Indonesia/Galih Gumelar)
Samoëns Morillon, CNN Indonesia -- Bermain ski bisa menjadi saat-saat yang paling melelahkan. Selain menenteng peralatan yang tidak ringan, bergerak sambil menggunakan peralatan ski juga butuh upaya keras. Apalagi jika memang tidak terbiasa dengan olahraga musim dingin ini.

Harvard Medical School pernah mengungkapkan fakta bahwa bermain ski menuruni bukit bisa membakar 360 kalori hingga 532 kalori per hari. Setelah membakar energi, tentu dibutuhkan asupan dengan santapan yang bisa mengenyangkan perut dan memanjakan lidah.

Pada pekan lalu, atas undangan dari Club Med dan HIS Travel, saya berkesempatan untuk bermalam dan bermain ski di dua resor Club Med di Perancis, yakni Club Med Valmorel dan Club Med Grand Massif Samoëns Morillon.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya pengalaman ski yang ditawarkan, namun mereka juga memiliki berbagai kuliner menarik yang patut dicicipi.

Sayang, ketika sampai di Club Med Grand Massif Samoëns Morillon, saya merasa sedih karena tidak bisa merasakan restoran ala carte yang tersedia di hotel ini. Adapun, restoran bernama Skyline Gourmet Lounge ini ditutup dari hari Kamis dan Sabtu, atau tepat ketika saya mengunjungi Club Med Grand Massif Samoëns Morillon.

Yang buat saya lebih sedih lagi, seluruh menu yang ada di restoran ini diciptakan dari tangan Edouard Loubet, seorang juru masak dengan predikat dua bintang Michelin.

Apa boleh buat, saya pun mencicipi makanan lain dari hotel ini, restoran buffet Cosy Mountain. Harapannya, semoga makanan lain ini bisa mengobati kesedihan saya sekaligus memanjakan lidah.

Club Med Samoëns MorillonFoto: CNN Indonesia/Galih Gumelar
Club Med Samoëns Morillon

Tak ingin membunuh suasana indah berselimut salju pegunungan Alpen, saya langsung menuju stand seafood untuk mencicipi bouillabaisse.

Sedari awal berkunjung ke Club Med Valmorel, makanan ini menarik perhatian saya lantaran warna udang yang pink menggoda.

aneka seafoodFoto: CNN Indonesia/Galih Gumelar
aneka seafood

Bouillabaisse sendiri merupakan makanan khas kota Marseille, sebuah kota di Perancis di tepian laut Mediterrania. Boulabaisse ini berisikan makanan laut dari mulai udang, kerang, hingga ikan yang direbus bersamaan dengan bumbu utama yakni jeruk dan saffron. Makanya, warna kaldunya pun kuning dengan aroma herba yang kuat. Meski begitu, cita rasa asli seafood itu sendiri masih terasa.

Chefnya patut diacungi jempol karena punya teknik memasak seafood yang baik dan tak overcooked.

Sejujurnya, saya bukan penggemar seafood kelas berat. Tapi, ternyata makanan ini berhasil memikat saya karena teksturnya sangat lembut. Pasalnya, memasak seafood itu gampang-gampang susah.

Sedikit terlalu lama, daging seafood bisa alot dan kenyal seperti permen karet. Sebaliknya salah cara masak atau terlalu cepat memasaknya malah jadi amis dan undercooked.

Selain itu, untuk mendapatkan rasa asli seafood, chef tersebut bisa menghadirkan cita rasa asli boga baharinya tanpa bumbu yang macam-macam.

Rasanya memang sedikit hambar untuk lidah Indonesia, tapi ini malah membawa suasana segar. Cocok untuk mengisi perut di tengah cuaca Valmorel yang tengah bersuhu nol derajat celsius itu.

Usai menyantap seafood, perut masih terasa keroncongan. Saya pun memutuskan untuk menyantap roasted lamb with mashed potatoes.

Memang makanan ini termasuk umum di Eropa, daging domba sebagai sumber protein dan kentang tumbuk sebagai sumber karbohidratnya.

Kali ini, makanan saya agak "menyimpang" dari kebiasaan Perancis. Sebab, alih-alih menggunakan kentang tumbuk, daging bakar di Perancis seringnya disajikan dengan kentang boulangere, yakni kentang yang diiris, ditumpuk, lalu kemudian dipanggang dalam oven bersamaan dengan bawang bombai dan thyme.

Foto: CNN Indonesia/Galih Gumelar

Namun, meski agak menyimpang sedikit jalur dari biasanya, rasa daging bakar ini begitu nikmat. Dengan tingkat kematangan yang medium rare, daging ini cukup empuk dan tidak alot di mulut.

Tak lupa, saus jamur juga disajikan di sisi piring yang sedikit menyiratkan aroma merica. Makanan ini sangat cocok ditemani dengan minuman seperti anggur merah atau anggur mawar.

Surga karnivora

Menyantap daging di Club Med ternyata bikin ketagihan, saya pun berubah menjadi karnivora untuk sekejap. Setelah puas dengan domba, saya lalu memesan daging bakar dengan saus anggur merah.

Perpaduan rasanya pun cukup unik, di mana nuansa asap yang berasal dari daging beradu dengan gurihnya rasa bawang putih yang terdapat di sausnya. Meski bertitel anggur merah, saus ini justru tidak menyisakan sengitnya aroma wine pada umumnya. Tentu saja, kandungan alkohol pada wine akan menguap dan hilang ketika dimasak. Malahan, rasanya cukup asin.

Tapi, perut saya tak bisa bohong. Saya tak puas hanya makan daging. Saya butuh nasi.

Karbohidrat satu ini memang bikin benci tapi rindu. Sebagai orang yang punya lidah tropis, saya tentu kangen makan nasi setelah sekian malam tidur di negara Eiffel. Namun di sisi lain, saya kesal jika terlalu banyak makan nasi karena bikin perut begah. Begitulah, nasi dan perut saya tak punya hubungan yang cukup mesra. 

Foto: CNN Indonesia/Galih Gumelar

Tapi saya tak kuasa memendam rindu, saya menyantap Nasi Thai karena porsinya cukup pas, setidaknya buat saya.

Biasanya, nasi Thai disajikan dalam bentuk Khao Mok Gai, atau nasi berwarna kuning yang berisikan lauk di dalamnya. Hampir seperti nasi briyani, hanya saja beras yang dipakai berasal dari Thailand.

Namun, nasi Thailand yang disajikan di di sini cukup berbeda. Mereka menyajikan nasi putih yang ditambahkan kari ayam dan telur mata sapi setengah matang.

Mungkin nasi ini sudah dimodifikasi agar sesuai dengan lidah orang Barat.

Modifikasi makin terasa ketika saya menyantap kari ayam yang disuguhkan. Alih-alih merasakan santan, saya malah merasakan susu sapi di dalam kuahnya. Ini sangat terasa dari tekstur kuah kari tersebut. Meski begitu, dagingnya cukup empuk dan rasanya tetap gurih. Bikin saya kangen dengan suasana Asia Tenggara. (chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER