Asal Muasal Bunga Tulip Sebelum 'Hijrah' ke Belanda

ANADOLU | CNN Indonesia
Minggu, 29 Apr 2018 08:31 WIB
Walau saat ini Belanda yang dikenal sebagai Negara Tulip, tapi sudah sejak lama penduduk Turki menjadikan bunga tersebut sebagai inspirasi hidup.
Ilustrasi. (Sylvia_I/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Dibawa dari tempat asalnya dari Pegunungan Pamir Asia Tengah dan Anatolia lalu disebar ke seluruh dunia, Bunga Tulip kini menjadi simbol abadi datangnya musim semi.

Dari catatan sejarah Turki, Bunga Tulip dibawa oleh imigran Turki ke Asia Tengah sampai Anatolia. Mereka juga yang mengenalkan cara merangkai bunga itu sebagai hiasan di rumah.

Walau saat ini Belanda yang dikenal sebagai Negara Tulip, tapi sudah sejak lama penduduk Turki menjadikan bunga tersebut sebagai inspirasi hidup, mulai dari karya sastra, kerajinan tangan sampai hiasan di mata uangnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepopuleran "Tulip Turki" lalu berembus ke Eropa pada pertengahan abad ke-15.

Bibit bunga yang pertama dikirim oleh Duta Besar Kekaisaran Austro-Hungaria Ogier Ghislain de Busbecq dari Istanbul ke Wina hingga sampai ke Belanda.

Di Belanda, bunga itu menjaid sangat populer. Bibitnya lalu dibawa ke Kanada dan Jepang hingga kemudian menyebar ke seluruh dunia.

Setiap musim semi, negara-negara yang menjadi habitat Bunga Tulip pasti menyelenggarakan festival musim mekar bunga berwarna cerah itu.

"Kehadiran tulip di Anatoli dimulai dari migrasi leluhur kami dari Asia Tengah," kata anggota Yayasan Tulip Istanbul, Ismail Hakki Gulal, seperti yang dilansir dari Anadolu pada Minggu (29/4).

Gulal juga mengatakan bunga itu dibawa ke Belanda karena penduduk di sana sangat terkesan dengan estetika sang bunga.

Pada masa itu, Bunga Tulip menjadi simbol kemakmuran karena berhubungan erat dengan kerajaan Belanda dan Ottoman yang kaya raya.

"Di Belanda bunga ini memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Sedangkan di Turki memiliki nilai budaya yang juga sama tingginya," lanjutnya.

[Gambas:Instagram]

Harga selangit

Profesor Ekrem Bugra Ekinci, akademisi di Marmara University, mengatakan publik mulai menggandrungi Bunga Tulip di era Kaisar Ottoman Kanuni Sultan Suleyman.

"Pada saat itu, ratusan jenis Tulip diproduksi. Taman-taman Tulip menjadi sangat populer. Banyak penyair menuliskan puisi-puisi tentang bunga itu," kata Ekinci.

"Tulip menyebar dari Anatolia ke Belanda. Mereka menyukai Tulip yang beraneka warna. Di Amsterdam, bunga itu bisa terjual dengan harga setara dengan rumah," lanjutnya.

Fenomena Tulip Mania sempat mengguncang Eropa antara tahun 1634 dan 1637, dan penulis Prancis Alexandre Dumas bahkan menuliskan novel 'The Black Tulip' yang terinspirasi dari bunga itu.

Yasar Yenigun, sutradara film dokumenter 'Tulip: Light of East' mengatakan motif bunga itu bisa ditemukan di semua jenis karya seni era Ottoman.

Bunga Tulip, kata Yenigun, juga menjadi komoditas perdagangan yang penting.

"Saat ini, Belanda bisa meraup EUR1,5 milyar (sekitar Rp25,2 triliun) per tahun dari penjualan Tulip - yang menjadi simbol nasional negara itu - ke seluruh dunia," pungkasnya.

[Gambas:Instagram]
(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER