Hujan Abu Pengaruhi Status Objek Wisata Alam Gunung Merapi

agr | CNN Indonesia
Senin, 21 Mei 2018 14:25 WIB
Balai Taman Nasional Gunung Merapi belum menerbitkan kebijakan untuk menutup objek wisata di kawasan Gunung Merapi.
Ilustrasi Gunung Merapi. (Foto: Crisco 1492 via wikimedia commons (CC-BY-SA-3.0))
Jakarta, CNN Indonesia -- Gunung Merapi yang berada di perbatasan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, kembali mengalami dua kali letusan freatik, hari ini Senin (21/5).

Letusan pertama terjadi pada pukul 01.25 WIB dengan tinggi kolom 700 meter berdurasi 19 menit, kemudian letusan selanjutnya terjadi pada pukul 09.38 WIB dengan tinggi kolom 1.200 meter berdurasi enam menit.

Terkait hal tersebut seorang petugas Taman Nasional Gunung Merapi, Hamdani, mengatakan status kegunungapian Merapi masih normal berdasarkan rilis yang ia terima dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG). Ia menambahkan saat ini pihaknya lebih mengantisipasi hujan abu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sekitar pukul 11 hujan abu sudah sampai Resort Srumbung Magelang," ujar Hamdani saat dihubungi CNNIndonesia.com via aplikasi pesan singkat, Senin (21/5).

Saat ditanya perihal kemungkinan penutupan objek wisata di kawasan Taman Nasional terkait letusan freatik, ia mengatakan masih menunggu kebijakan dari Balai Taman Nasional Gunung Merapi (BTNGM). Namun ia menegaskan kawasan Gunung Merapi masih tertutup untuk kegiatan pendakian.

"Saat ini masih memantau apakah abu ke arah selatan atau tidak. Sejauh ini, masih ke arah barat," katanya.

Sementara itu Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi Yogyakarta, Hanik Humaida, mengatakan letusan freatik merupakan karakter Merapi. Letusan freatik biasanya terjadi setelah terjadi erupsi besar.

"Sejak 2010 hingga saat ini, sudah terjadi sembilan kali letusan freatik," ujar Hanik seperti yang dikutip dari Antara, Senin (22/5).

Ia menuturkan letusan freatik di Gunung Merapi hingga saat ini tidak disertai maupun diikuti dengan perubahan gejala seismik apapun sehingga dapat dipastikan bahwa letusan yang terjadi murni disebabkan akumulasi uap air dan gas hingga menyebabkan embusan.

Seperti yang diberitakan sebelumnya, saat letusan freatik yang terjadi dini hari tadi kamera thermal merekam terjadi kenaikan suhu hingga 200 derajat celcius secara mendadak. Begitu pula dengan letusan kedua juga terjadi perubahan suhu secara mendadak meskipun tidak setinggi saat letusan pertama. (ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER