Jakarta, CNN Indonesia -- Martin Khan nampak antusias menyambut kami di cafe miliknya di pusat perbelanjaan Shun Tak Center, Connaught Road Central, Hong Kong. Ia senang lantaran rombongan yang mendatangi cafenya siang itu adalah rombongan dari Indonesia, negara dengan penduduk muslim terbanyak.
Baru kali ini ia tahu persis bahwa pengunjungnya adalah muslim yang memang bertujuan mencari makanan halal.
Martin adalah pemilik Cafe Chrisly Inn, sebuah tempat makan dengan menu-menu halal. Ia membuka cafe ini dengan konsep bakery atau toko roti sejak 2016 lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Roti dan menu-menu yang dihidangkannya halal karena tidak menggunakan lemak babi dalam bahan bakunya.
Pria keturunan India ini mengaku, menyediakan menu halal seperti sebuah panggilan jiwa. Meski sebagai muslim, namun selama ini bidang usaha yang digeluti Martin tak ada yang khusus terkait dengan agama yang dianutnya. Hingga tercetuslah membuka cafe halal.
"Dari situlah, akhirnya saya memulainya dari bakery, karena ada permintaan untuk itu (makanan halal), banyak orang yang mencari makanan halal," " kata Martin.
Sertifikat halal dari majelis ulama setempat sudah dikantonginya. Meski begitu, berbeda dengan restoran atau produk makanan di Indonesia yang memajang cap halal sebagai salah satu bahan promosi, Martin justru tidak.
Menurutnya, disediakannya menu halal adalah sebuah panggilan jiwanya sebagai muslim, bukan untuk promosi atau menarik minat golongan Muslim.
Lagipula, kata Martin, siapa yang tahu agama pelanggan yang datang makan ke kafenya. Tak mungkin pula ia betanya satu persatu soal keyakinan yang dianut. Namun menurutnya, ia akan menjelaskan detil soal menu halal yang disediakannya.
Martin jujur mengatakan, membuka restoran menu makanan halal, sebenarnya kurang menguntungkan dari segi bisnis. Bahan pengganti lemak babi untuk membuat roti menurutnya jauh lebih mahal.
Mau tak mau ia harus mematok harga lebih mahal roti dan kue yang dijualnya. Meski begitu, Martin mengklaim pengunjung cafenya tetap ramai.
 Cafe Chrisly Inn milik Martin Khan yang menjual aneka menu halal. (CNN Indonesia/Suriyanto) |
Terbukti saat saya mengunjungi Chrisly Inn, hanya beberapa bangku yang kosong.
"Harga roti di restoran kami memang agak mahal, karena kami memiliki biaya lebih untuk mentega. Lebih 20 persen lebih mahal ketimbang menu non halal yang menggunakan minyak babi," kata Martin.
Martin punya beberapa menu andalan seperi scrambled egg, wife cake, milk tea, dan beberapa menu roti tradisional Tionghoa.
Untuk membuat menu roti yang memanjakan lidah, Martin mengandalkan seorang chef senior bernama panggilan Shifu. Sudah 39 tahun Shifu bergelut di dunia bakery. Namun untuk membuat menu halal, bersama Martin adalah pengalaman pertamanya.
Saat ditanya bahan pengganti lemak babi untuk membuat roti, Shifu mengatakan ia mengandalkan minyak nabati ditambah dengan dengan mentega. Meski cita rasa yang dihasilkan sedikit berbeda, namun Martin tak mempermasalahkan karena kehalalan jadi tujuan utamanya.
"Kami berpatokan pada integritas dan agama selalu menjadi yang paling utama," kata Martin.
Bagi ayah empat anak ini, soal kehalalan makanan adalah perkara kepercayaan. Bisa saja ia mengatakan bahwa menu di restorannya halal meski sebenarnya tidak.
"Uang bisa dipalsukan, tapi kalau halal yang dipalsukan, suatu saat akan ditanggung akibatnya," kata Martin.
 Cafe milik Martin Khan di pusat perbelanjaan Shun Tak Center, Connaught Road Central, Hong Kong. (CNN Indonesia/Suriyanto) |
(rah)