Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai salah seorang penduduk bumi yang melek teknologi, grup musik The Beatles laksana 'bumbu' yang memberikan rasa dalam kehidupan seseorang. Beruntung, saya bisa merasakan lebih dari bumbu itu karena saat ini saya sedang berada di tanah kelahiran The Beatles untuk sebuah misi pendidikan.
Liverpool adalah sebuah kota pelabuhan di Inggris, tak heran jika beragam kultur bertemu di tempat ini. Belum lagi kultur kecintaan warganya terhadap sepakbola yang cukup mengakar. Hal itu bisa dilihat dari klub kebangaannya yakni Liverpool Football Club.
Tahun ini Inggris berhasil lolos ke babak perempat final dalam ajang piala dunia, tak heran jika antuasime warga Inggris khususnya kota Liverpool sangat tinggi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan beberapa rumah tinggal di sini selalu mengibarkan bendera Inggris di jendela rumah mereka sebagai bentuk dukungan.
Intinya, setiap timnas Inggris tanding bisa dipastikan jalanan ramai dengan pendukungnya, seakan timnas Inggris bermain di Liverpool bukan di Rusia.
Saat ini Liverpool juga terkenal sebagai kota pelajar, sehingga orang-orang yang bernasib seperti saya kerap diuntungkan dengan beragam diskon khusus pelajar.
Misalnya di toko bahan makanan, tempat perbelanjaan, hingga restoran dan bar.
Salah satu tempat favorit untuk menghabiskan waktu di Liverpool adalah Albert Dock.
Tempat itu semacam area dock di pinggir sungai Mersey, yang wajib dikunjungi oleh setiap orang terlebih wisatawan.
Ruang publik di Albert Doc terbilang luas, kemudian banyak tempat hang out, dan yang terpenting adalah banyak marka tanah kota Liverpool di area ini, seperti: museum The Beatles, patung The Beatles, Liver Building, dan lainnya.
Tidak ada yang menjadi penghalang untuk beradaptasi dengan kota ini kecuali suhu udaranya yang dingin. Namun seiring berjalannya waktu, masalah itu bisa teratasi dengan sendirinya.
Sialnya hal itu tidak berlaku untuk lidah saya yang terlalu dimanjakan oleh bumbu-bumbu khas nusantara.
Pesan saya, jangan mudah percaya masakan Indonesia yang dijual di restoran di sini, karena itu hanya akan berujung pada kekecewaan.
Saya berkata demikian karena saya pernah mengalaminya. Alih-alih mengobati rasa rindu akan rendang, saya malah mendapatkan semur danging yang rasanya manis dan penuh kuah. Salah kaprah!
---Surat dari Rantau adalah rubrik terbaru di CNNIndonesia.com. Rubrik ini berupa "curahan hati" dari WNI yang sedang menetap di luar negeri. Bisa mengenai kisah keseharian, pengalaman wisata, sampai pandangan atas isu sosial yang sedang terjadi di negara yang ditinggali. Jika Anda ingin mengirimkan cerita, sila hubungi surel berikut: [email protected], [email protected], [email protected].Kami tunggu! (agr/ard)