Jakarta, CNN Indonesia -- Siluet Gunung Rinjani dan Bukit Pengasingan terlihat samar seusai hujan sepanjang Selasa (21/8) sore hingga malam. Panorama ini menambah nuansa sendu Sembalun yang kini senyap pasca Lombok diguncang gempa.
Sembalun adalah sebuah kawasan di Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sembalun merupakan pintu masuk menuju jalur pendakian ke Gunung Rinjani, yang memiliki ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut (Mdpl).
Biasanya pada setiap Juli dan Agustus, yang merupakan musim pendakian, Sembalun selalu dipenuhi para pendaki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan tidak jarang para pendaki harus tidur di jalanan dengan menggunakan matras atau tenda, akibat kamar hotel atau penginapan sudah habis dipesan tamu sebelum mereka mendaki ke Gunung Rinjani.
Namun pasca gempa 6,4 Skala Richter (SR) pada 29 Juli 2018 yang berujung evakuasi ratusan pendaki dari gunung tersebut, pesona Desa Sembalun itu berbalik 180 derajat.
Sembalun kini sunyi senyap layaknya kota hantu.
Terlebih lagi dengan berulang kali gempa susulan di antaranya gempa terbesar pada 5 Agustus 2018 dengan kekuatan 7 SR, dan 19 Agustus 2018 dengan 6,9 SR.
Jalan aspal mulus yang menyambung dari Kecamatan Sambalia, Lombok Timur, kini ikut sepi.
Hanya sesekali terlihat motor milik warga atau mobil pengangkut logistik dari relawan yang melintasi jalan tersebut.
Hotel dan penginapan lumpuh sama sekali, karena ketiadaan pengunjung ditambah dengan kondisi bangunan yang sudah retak.
Petani juga tidak berani ke ladang mengingat tanah masih labil setelah perbukitan di daerah itu juga longsor.
Sebagian warga yang semula bekerja sebagai pembawa barang sekaligus pemandu menuju Taman Nasional Gunung Rinjani juga kehilangan nafkah.
"Tidak ada pengunjung, sekarang kita pun jadi pengungsi. Biasanya Juli dan Agustus ini puncak pendakian. Banyak turis lokal dan asing," kata Fia, pedagang makanan di Sembalun, seprti yang dikutip dari Antara, Rabu (22/8).
Siklus Gunung Rinjani sudah terjadwal setiap tahunnya. Pendakian ke gunung yang masuk dalam golongan 'seven summits Indonesia' itu ditutup sejak bulan Januari hingga Maret, kemudian dibuka pada 1 April sampai Desember.
Banyaknya pendaki, berarti menambah denyut nadi kehidupan masyarakat setempat. Warga mengandalkan kehidupan dari dunia pariwisata minat khusus itu.
 Para pendaki melewati Sembalun. (Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay) |
Untuk mengisi ditutupnya pendakian ke Rinjani pada Januari sampai Maret, para warga menawarkan paket pendakian ke Bukit Pengasingan, Bukit Anak Dara dan Bukit Selong serta Bukit Telaga.
Namun kembali lagi, harapan mendapatkan sampingan terkubur setelah terjadinya longsoran di kedua bukit itu pasca gempa. Beras atau sembako, menjadi kebutuhan penting juga karena mereka sudah tidak memiliki uang.
"Kami sekarang butuh bantuan terpal dan beras atau sembilan bahan pokok lainnya," kata Mumuh, salah seorang pemandu di Gunung Rinjani.
"Sudah sebulan tidak mengantar turis ke Rinjani, uang sama sekali tidak ada."
Warga Sembalun tetap optimisKoordinator Publikasi Sembalun Community Development Centre (SCDC), Rosidin Sembahulun, menyebutkan keluhan warga atas berkurangnya pendapatan sudah dirasakan sejak gempa 6,4 SR pada 29 Juli 2018.
Menurutnya banyak warga yang menggantungkan hidup dari Gunung Rinjani. Semuanya saling berkaitan dengan pemilik hotel, restoran, warung makanan, sampai petani.
Dengan adanya bencana alam seperti ini, Rosidin melanjutkan, banyak yang menjadi pengangguran dan lebih sibuk menyelamatkan keluarganya masing-masing.
"Rekan-rekan paling-paling saat ini membantu relawan yang akan menyumbangkan bantuan kepada korban bencana," katanya.
Dirinya menceritakan bagaimana jatuh bangun membangun dunia pariwisata pendakian gunung Rinjani bersama tokoh pemuda setempat yang menjadi Ketua SCDC, Royal Sembahulun.
 Kondisi rumah warga di Sembalun. (Foto: CNN Indonesia/Yuliyanna Fauzi) |
"Setelah Gunung Rinjani mendapatkan award sekitar 2002 atau 2003 sebagai gunung terbersih dan terindah dari lembaga dunia, jumlah pengunjung ke Gunung Rinjani meningkat.
Boomingnya terjadi pada 2008 hingga Bang Royal mendirikan SCDC itu," katanya.
Pada 2007, dirinya bersama Ketua SCDC mengantarkan salah seorang pemilik LSM/NGO di Amerika Serikat yang kemudian berlanjut menawarkan apa keinginan dari warga Sembalun untuk pengembangan wisata daerah tersebut.
Keinginan dari tokoh pemuda itu, yakni, ingin mengembangkan masyarakat Sembalun dari sektor pariwisata terutama pemandu wisata karena sebelumnya kebanyakan pemandu wisata berasal dari luar Sembalun.
Untuk merealisasikan hal tersebut, upaya membangun sumber daya masyarakat setempat melalui pelatihan Bahasa Inggris dan bidang Teknologi Informasi pun ditingkatkan.
"Awalnya yang ikut pelatihan bahasa Inggris saja ada 15 guide, sekarang sudah tumbuh sampai ratusan orang," katanya.
[Gambas:Instagram]Bahkan warga pun berinisiatif membuka paket pendakian di luar Gunung Rinjani jika ditutup oleh pengelola TNGR, yakni pendakian Bukit Pegasingan, Bukit Anak Dara, Bukit Selong, dan Bukit Telaga.
Kini, warga yang menggantungkan hidup dari Gunung Rinjani menunggu berakhirnya guncangan gempa.
Mereka tetap optimistis bahwa pariwisata di daerahnya tidak akan mati, dan mereka akan bangkit menata kembali potensi alam yang bisa ditawarkan sebagai obyek wisata untuk menghidupi keluarganya.
(ard)