Bio Farma: Vaksin MR Halal Ditargetkan Produksi Pada 2024

Antara | CNN Indonesia
Jumat, 24 Agu 2018 19:46 WIB
PT Bio Farma mengungkapkan bahwa mereka sedang melakukan riset pembuatan vaksin MR halal dan ditargetkan mulai produksi pada 2024.
ilustrasi vaksin MR (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bio Farma sebagai produsen dan penyedia vaksin di Indonesia mengungkapkan bahwa mereka sedang melakukan riset terkait dengan pembuatan vaksin MR halal.

Perusahaan tersebut menargetkan vaksin pencegah penyakit measless dan rubella ini bisa diproduksi pada 2024 mendatang.

"Untuk vaksin MR sendiri kita masih dalam tahap pengembangan, kalau target ya cita-cita di 2024 sudah punya juga kemandirian untuk rubella. Kalau measles kita sudah ada, sudah produksi sendiri, hanya memang rubella-nya kita masih terus kembangkan," kata Sekretaris Perusahaan Bio Farma Bambang Heriyanto kepada Antara, Jakarta, Jumat (24/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dia mengungkapkan tak mudah untuk mencari bahan-bahan pembuat vaksin yang halal dan sesuai tuntutan masyarakat Indonesia.

"Karena memang di Indonesia, tuntutan dari masyarakat kan faktor halal jadi pertimbangan," katanya.

"Memang tidak mudah untuk mengganti itu perlu penelitian dan terus dilakukan di kami juga," ujarnya.

Untuk pembuatan vaksin ini, Bambang mengungkapkan ada tiga hal yang paling mendasar yaitu kualitas, efikasi atau khasiat, dan keamanan. Ketiga syarat ini menjadi komponen penting untuk standar kualifikasi Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Dua cara buat vaksin MR

Ada dua strategi yang dilakukan oleh Bio Farma untuk membuat vaksin MR. Strategi pertama adalah dengan
kerja sama transfer teknologi dengan institusi lain untuk mendapatkan calon bibit virus rubella yang bisa dijadikan vaksin.

Strategi kedua adalah dengan mengembangkan bibit virus rubella sendiri, mengingat mereka sudah bisa membuat vaksin measles sendiri. Hanya saja ini butuh waktu yang sangat lama, sekitar 15-20 tahun.

Hal ini disebabkan karena vaksin baru ini harus berbagai tahapan uji coba, antara lain tahapan penemuan kandidat vaksin yang sesuai, berbagai uji laboratorium, uji pre klinis, dan uji klinis hingga empat fase serta evaluasi klinis untuk menghasilkan vaksin yang sesuai standar kualitas, efikasi, dan keamanan.


"Karena tidak semua virus itu bisa dijadikan kandidat vaksin harus dilakukan adapatasi kembali," ujarnya.

Jika telah terbukti berkhasiat dan aman, maka vaksin akan diajukan untuk registrasi ke Badan Pengawasan Obat Dan Makanan (BPOM). Selanjutnya, akan dilakukan serangkaian verifikasi termasuk audit yang untuk memastikan keamanan dan kualitas produk.

(chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER