Jakarta, CNN Indonesia -- Beragam pilihan
metode kontrasepsi tersedia dan dapat digunakan oleh setiap keluarga. Alat
kontrasepsi untuk pencegah kehamilan atau
keluarga berencana (KB) itu menawarkan beberapa keunggulan yang berbeda, mulai dari cara penggunaan hingga jangka waktu yang ditawarkan.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Uf Bagazi membagikan panduan memilih alat kontrasepsi yang tepat untuk perempuan berdasarkan beberapa pertimbangan.
Saat ini, ada beberapa metode kontrasepsi yang tersedia bagi perempuan. Metode kontrasepsi itu di antaranya sterilisasi, pil KB, IUD, suntik KB, susuk, intravag, diagfrahma, kontrasepsi darurat, dan metode amenorrhea laktasi (MAL).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebetulnya, semua efektif. Memilihnya itu tergantung kasus, mesti dilihat untuk jangka panjang atau pendek," kata Uf kepada
CNNIndonesia.com yang ditemui usai peringatan
Hari Kontrasepsi Sedunia di Jakarta, Selasa (25/9).
Uf menjelaskan, pil KB bisa menjadi pilihan bagi pasangan yang baru menikah dan ingin menunda momongan selama 1-2 tahun. Namun, penggunaannya juga mengharuskan tak memiliki kontraindikasi berupa penyakit penyerta yang melarang konsumsi pil KB.
Sementara bagi keluarga yang baru memiliki anak dan ingin mengatur kelahiran anak berikutnya dalam jangka waktu lebih dari dua tahun disarankan menggunakan metode jangka panjang seperti IUD dan implan. Cara ini lebih efektif dari segi keberhasilan dan dana yang dikeluarkan.
"Untuk jangka waktu lama, pil KB takutnya lupa diminum dan biaya yang dikeluarkan sekian tahun akan banyak. Lebih baik IUD dan bisa dipertimbangkan implan," ujar dokter yang berpraktik di RSIA Brawijaya ini.
Jika sudah mantap untuk tidak lagi ingin memiliki anak, Uf menyarankan untuk memilih metode steril atau operasi tubektomi.
Selain itu, Uf meminta untuk tidak mengkhawatirkan efek samping yang timbul karena hanya bersifat sementara dan bisa diatasi.
"Semua ada efek sampingnya, tapi berdasarkan penelitian itu semua aman asalkan tidak ada kontraindikasi seperti penyakit diabetes atau kanker," jelas Uf.
Uf juga menyarankan untuk berdiskusi lebih lanjut dengan paramedis di layanan kesehatan seperti puskesmas atau rumah sakit untuk mendapatkan metode yang pas sesuai dengan kondisi.
(ptj/asr)