
Mata Minus Kian Mengintai Kesehatan Anak di Era Digital
CNN Indonesia | Rabu, 31/10/2018 09:41 WIB

Jakarta, CNN Indonesia -- Gangguan penglihatan berupa mata minus semakin mengintai anak-anak di era digital. Anak-anak yang sering melihat layar visual seperti laptop, ponsel pintar, dan televisi berisiko terkena mata minus.
"Mata minus sudah banyak menyerang anak-anak sekarang," ujar ahli kesehatan mata, Rina La Distia Nora dalam temu media yang digelar oleh Signify di Jakarta, Selasa (30/10).
Rina menjelaskan, usia anak merupakan usia yang sangat krusial untuk perkembangan mata. Proses itu berlangsung cepat pada enam bulan pertama dan terus berlanjut hingga satu dekade pertama.
Pada masa ini, anak-anak cenderung lebih peka terhadap situasi yang mengganggu penglihatan seperti trauma, infeksi, nutrisi, dan kebiasaan.
Gangguan refraksi seperti rabun jauh, rabun dekat, dan silinder merupakan salah satu yang paling banyak ditemui. Selain itu, terdapat juga gangguan strabismus, kelainan kongenital, dan mata malas.
Anak yang sering melihat layar cenderung dapat mengalami rabun jauh atau miopia yang menyebabkan mata minus. Kondisi terjadi karena refraksi cahaya jatuh di depan retina.
Menurut Rina, gangguan ini muncul karena anak terbiasa melihat dekat sehingga otot bekerja lebih keras. Lensa mata dipaksa bekerja dan terus mencembung sehingga lebih berisiko mengalami mata minus.
"Jadi, benar makin banyak anak yang minus karena melihat layar terlalu lama," ujar Rina.
Selain itu, faktor keturunan juga ikut memengaruhi mata minus. Orang tua yang memiliki mata minus membuat anak lebih mungkin mempunyai mata minus.
Untuk mencegah gangguan mata, Rina merekomendasikan untuk memeriksakan kondisi mata anak setidaknya tiga kali sebelum usia sekolah. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada usia 6 bulan, 2 atau 3 tahun, dan sebelum mulai sekolah.
Rina juga menyarankan untuk membiasakan anak mengistirahatkan mata setiap menatap layar. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan 20-20-20 yaitu setiap 20 menit menatap layar, istirahatkan mata selama 20 detik dengan melihat jarak jauh minimal 20 feet atau setara 6 meter.
"Edukasi anak untuk membiasakan mengistirahatkan mata," ujar Rina. (ptj/asr)
"Mata minus sudah banyak menyerang anak-anak sekarang," ujar ahli kesehatan mata, Rina La Distia Nora dalam temu media yang digelar oleh Signify di Jakarta, Selasa (30/10).
Rina menjelaskan, usia anak merupakan usia yang sangat krusial untuk perkembangan mata. Proses itu berlangsung cepat pada enam bulan pertama dan terus berlanjut hingga satu dekade pertama.
Pada masa ini, anak-anak cenderung lebih peka terhadap situasi yang mengganggu penglihatan seperti trauma, infeksi, nutrisi, dan kebiasaan.
Gangguan refraksi seperti rabun jauh, rabun dekat, dan silinder merupakan salah satu yang paling banyak ditemui. Selain itu, terdapat juga gangguan strabismus, kelainan kongenital, dan mata malas.
Anak yang sering melihat layar cenderung dapat mengalami rabun jauh atau miopia yang menyebabkan mata minus. Kondisi terjadi karena refraksi cahaya jatuh di depan retina.
Menurut Rina, gangguan ini muncul karena anak terbiasa melihat dekat sehingga otot bekerja lebih keras. Lensa mata dipaksa bekerja dan terus mencembung sehingga lebih berisiko mengalami mata minus.
"Jadi, benar makin banyak anak yang minus karena melihat layar terlalu lama," ujar Rina.
Selain itu, faktor keturunan juga ikut memengaruhi mata minus. Orang tua yang memiliki mata minus membuat anak lebih mungkin mempunyai mata minus.
Untuk mencegah gangguan mata, Rina merekomendasikan untuk memeriksakan kondisi mata anak setidaknya tiga kali sebelum usia sekolah. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada usia 6 bulan, 2 atau 3 tahun, dan sebelum mulai sekolah.
Rina juga menyarankan untuk membiasakan anak mengistirahatkan mata setiap menatap layar. Hal ini dapat dilakukan dengan menerapkan 20-20-20 yaitu setiap 20 menit menatap layar, istirahatkan mata selama 20 detik dengan melihat jarak jauh minimal 20 feet atau setara 6 meter.
"Edukasi anak untuk membiasakan mengistirahatkan mata," ujar Rina. (ptj/asr)
ARTIKEL TERKAIT

Kondisi Kaki Ungkap Status Kesehatan Tubuh
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
Astenopia, Saat Mata Mulai Merasa Lelah
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
Pentingnya Posisi Brace Saat Hadapi Kondisi Darurat Pesawat
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
WHO: Lebih dari 90 Persen Anak di Dunia Hirup Udara Beracun
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
Seminggu Main Game Ponsel, Jari Wanita China 'Lumpuh' Sesaat
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
Eksotropia, Gangguan Mata 'Ajaib' Leonardo Da Vinci
Gaya Hidup 1 tahun yang lalu
BACA JUGA

UFC Tak Akan Gelar Pertandingan Anak-anak
Olahraga • 12 November 2019 14:46
Jokowi Tambah 'Subsidi' Iuran BPJS Kesehatan Pejabat dan PNS
Ekonomi • 29 October 2019 21:34
Jokowi Resmi Naikkan Iuran BPJS Kesehatan 100 Persen
Ekonomi • 29 October 2019 20:46
Murid SD di Thailand Lepas Sepatu Sebelum Masuk Minimarket
Internasional • 19 October 2019 04:40
TERPOPULER