Jakarta, CNN Indonesia -- Alih-alih menampilkan benda-benda langka yang bernilai,
museum anyar di Swedia justru memamerkan
makanan-makanan paling menjijikkan di dunia.
Berlokasi di Kota Malmo, Disgusting Food Museum atau Museum Makanan Menjijikkan baru saja di buka pada Kamis (1/11) waktu setempat.
Ide museum ini datang dari psikolog Samuel West. Sehari-harinya, dia menjalankan profesinya sebagai seorang psikolog di siang hari, sementara pada malam hari dia berkutat dengan hobinya sebagai seorang kurator. Disgusting Food Museum ini merupakan proyek keduanya setelah Museum of Failure.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
West terinspirasi dari sebuah artikel tentang konsumsi daging dan pengaruhnya terhadap lingkungan. Artikel itu membawanya menemui banyak sumber protein alternatif seperti aneka jenis serangga yang menjijikkan.
Lewat museum ini, West ingin agar orang-orang dapat mengenali dan bahkan mengubah pikirannya mengenai makanan menjijikkan itu.
"Jika Anda bertanya kepada orang-orang apakah mereka akan memakan serangga, mereka mengatakan 'itu menjijikkan'. Itulah hambatannya. Tapi mungkin saya bisa membuat mereka mempertimbangkannya kembali," kata West dikutip dari
CNN.
West menerjemahkan idenya itu dalam ruangan museum seluas 400 meter persegi. Di ruangan itu, pengunjung dapat mencium, menyentuh, dan merasakan berbagai makanan yang menjijikkan dari seluruh dunia mulai dari
foie gras atau hati angsa hingga hiu fermentasi.
"Apa yang kami temukan soal menjijikkan itu murni soal budaya," ucap West.
West mencontohkan beberapa makanan itu. Misalnya,
root beer yang merupakan favorit orang Amerika, justru bakal terasa menjijikkan oleh orang Swedia karena dianggap seperti pasta gigi.
Begitu pun dengan
jell-O salad, tarantula goreng, dan bayi babi, bisa jadi diterima di satu tempat tapi dianggap memuakkan di daerah lain. Durian dan
bull penis juga masuk jadi koleksi di museum ini.
Setiap makanan menjijikkan di museum ini dilengkapi dengan penjelasan yang lengkap. West mengaku tak ingin museumnya sekadar jadi tempat swafoto. Dia ingin agar pengunjung juga bisa berpikir kritis.
(ptj/asr)