Gagal Lelang Pemerintah dan Ancaman Putus Obat untuk ODHA

CNN Indonesia
Senin, 14 Jan 2019 14:37 WIB
Pengadaan obat ARV untuk tahun 2019 gagal tender. Akibatnya, puluhan ribu orang dengan HIV/AIDS (ODHA) terancam putus obat.
Ilustrasi HIV/AIDS (ANTARA FOTO/Abriawan Abhe)

Akibat pengadaan ARV kombinasi yang gagal ini, puluhan ribu ODHA terancam putus obat bahkan mengalami kematian. Risiko penularan HIV/AIDS pun dapat meningkat.

Berdasarkan data Kemenkes, sampai dengan Agustus 2018, terdapat 43 ribu ODHA yang mengonsumsi ARV regimen kombinasi Tenofovir, Lamivudin dan Efaverens (TLE). Jumlah ini mencapai 42 persen dari total keseluruhan ODHA yang mengonsumsi ARV.

TLE merupakan jenis ARV yang paling direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pasalnya, TLE menggabungkan tiga regimen obat yang harus diminum oleh ODHA dalam satu pil saja. Obat ini memberi banyak kemudahan pada ODHA dibandingkan ARV jenis lama yang harus diminum terpisah dengan dosis yang berbeda-beda.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Obat ini paling efektif dan juga praktis. ARV ini seakan memberi harapan jika ODHA meminumnya dengan patuh, tidak ada bedanya dengan orang lain," kata Aditya.

Seperti Baby, yang getol mengonsumsi ARV sejak 10 tahun lalu. Sekilas dia tak tampak seperti ODHA sebagaimana yang kerap distigmakan orang. Dia tak kurus atau terlihat tak bertenaga. Baby justru memiliki badan yang kuat dan berisi. Dia bahkan melahirkan buah hati yang negatif HIV. 'Kenormalan' itu semua bisa Baby dapatkan akibat obat ARV yang berhasil menekan virus dalam tubuh.

Jika obat ARV tak ada, kondisi perempuan yang juga merupakan Koordinator Nasional Ikatan Perempuan Positif Indonesia ini bisa berubah drastis. ARV kombinasi TLE sebenarnya bisa diganti dengan mengonsumsi ARV jenis pecahan yang terdiri dari tiga atau lebih pil. Namun, ini bukan solusi yang terbaik karena akan berpengaruh pada psikologis pasien.

"Efek samping obat tiga pil lebih keras dibandingkan yang kombinasi TLE," ujar ARV Community Support IAC, Ria Pangayow. Belum lagi aturan dosis dan ketentuan waktu mengonsumsi pada saat pagi, siang, dan malam yang membikin sulit ODHA. "Rawan lupa," tambahnya.

Jika ODHA lupa untuk mengonsumsi obat, mereka bisa saja mengalami resistensi obat. Dan jika resistensi menyerang, ODHA harus menggantinya dengan obat lain yang sulit didapatkan dengan harga yang cenderung lebih mahal.

Baby berharap, pemerintah bisa mengambil langkah tegas untuk kembali menyediakan obat ARV bagi penderita HIV/AIDS di Indonesia.

Baby berharap pemerintah bisa mengambil langkah tegas untuk kembali menyediakan obat ARV bagi penderita HIV/AIDS di Indonesia.

"Ini bagaimana pemerintah bertanggung jawab terhadap nyawa kami," ujar Baby penuh asa.

(ptj/ims/asr)

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER