Jakarta, CNN Indonesia -- Rencana penutupan sementara
Taman Nasional (TN)
Komodo di Provinsi
Nusa Tenggara Timur, mengundang perhatian banyak pihak. Pelaku industri pariwisata pun 'terpecah' suaranya menjadi dua bagian, pro dan kontra. Meskipun tujuan utamanya adalah melakukan perbaikan tata kelola di TN Komodo, khususnya untuk mendukung tujuan konservasi.
Menanggapi hal tersebut Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Wiratno, mengatakan rencana penutupan Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT) masih dalam tahap pembahasan lebih lanjut.
"Wacana penutupan sementara TN Komodo perlu segera dibahas antara Pemerintah Provinsi NTT, Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat, Direktorat Jenderal KSDAE KLHK, Kementerian Pariwisata, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Keuangan," kata Wiratno seperti yang dikutip dari Antara, Selasa (29/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia mengatakan pengelolaan Taman Nasional Komodo berada di bawah Direktorat Jenderal KSDAE KLHK, sebagaimana diatur dalam peraturan perundangan bidang lingkungan hidup dan Kehutanan.
Menurutnya pihaknya memiliki kewenangan untuk menutup atau membuka kembali suatu taman nasional, berdasarkan pertimbangan ilmiah, fakta lapangan, kondisi sosial ekonomi, dan masukan dari pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten serta para pihak lainnya.
"Dengan demikian penutupan kawasan taman nasional menjadi kewenangan Direktorat Jenderal KSDAE KLHK."
Ia juga mencontohkan kasus penutupan pendakian sementara di TN Gunung Rinjani, TN Gunung Merapi, TN Bromo Tengger Semeru, karena terjadi erupsi gunung berapi dan kondisi cuaca ekstrim.
"Dapat juga disebabkan adanya kerusakan habitat, atau gangguan terhadap satwa liar yang dilindungi, akibat dari aktivitas pengunjung, bencana alam, dan mewabahnya hama dan penyakit seperti di TN Way Kambas," ujarnya.
Berdasarkan monitoring Balai Taman Nasional Komodo dan Komodo Survival Programme, pada 2017, jumlah populasi komodo sebanyak 2.762 ekor yang tersebar di Pulau Rinca (1.410 ekor), Pulau Komodo (1.226 ekor), Pulau Padar (dua ekor), Pulau Gili Motang (54 ekor) dan Pulau Nusa Kode (70 ekor). Sedangkan populasi rusa adalah sebanyak 3.900 ekor dan kerbau sebanyak 200 ekor.
Ancaman terhadap spesies reptil purba ini adalah aktivitas perburuan rusa. Namun saat ini program
breeding rusa telah dibangun di Kecamatan Sape Kabupaten Bima, dalam rangka untuk mengurangi tingkat perburuan rusa di TN Komodo.
(agr)