Jakarta, CNN Indonesia --
Dynand Fariz, presiden sekaligus pendiri ajang
Jember Fashion Carnaval meninggal dunia pada Rabu (17/4).
Mengutip informasi dari akun resmi Jakarta Fashion Carnaval, Dynand meninggal dunia pada dini hari pukul 03.46 WIB setelah dirawat di RS Jember Klinik selama tiga hari. Jenazah Dynand akan dimakamkan di tanah kelahirannya di Garahan, Jember hari ini.
Semasa hidupnya, pria kelahiran asli Jember, Jawa Timur pada 23 Mei 1963 ini memang berkecimpung di dunia seni dan kostum. Dynand adalah sosok pria yang membuat Jember Fashion Carnaval.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Foto: Screenshot via Instagram/@Jember Fashion Carnaval |
Kesuksesan Jember Fashion Carnaval (JFC) sebagai salah satu ikon dan daya tarik wisata Indonesia dan event yang wajib dikunjungi versi Wonderful Indonesia membuat pria berusia 55 tahun ini identik dengan karya kostum megah, spektakuler, dan ke-Indonesiaan.
Dynand menghabiskan masa sekolahnya di IKIP Surabaya, Esmod Jakarta, dan juga Esmod Paris. Mengutip berbagai sumber, kecintaan Dynand pada karnaval dan kostum karnaval ini dimulai sejak Lebaran di masa kecilnya.
Upaya Dynand membangun JFC juga bukan hal yang mudah. Beragam gunjingan sampai pelecehan pernah dialaminya saat akan menggelar ajang yang disebut-sebut sebagai catwalk terpanjang di dunia ini.
"Karnaval kami dinilai kontroversial. Karnaval kami tidak langsung diterima di masyarakat. Waktu itu kami juga disidang anggota dewan (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah)," kata Dynand kala itu, raut wajahnya berubah sedih.
Hal ini dikaitkan dengan slogan Jember sebagai kota Santri.
"Tidak bisa kamu bikin ini di Jember. Kamu merusak anak Jember. JFC adalah budaya luar, bukan budaya Jember. Hentikan," kata Dynand menirukan ucapan salah satu anggota dewan daerah Jember sambil menahan emosinya.
Hasil keputusan bersama pun membuatnya bisa melangsungkan JFC untuk yang pertama kalinya. Koran pagi yang memberitakan acaranya pun bermunculan dan mengungkapkan keberhasilannya.
JFC pun akhirnya disetujui untuk digelar, Pada tahun ketiga pelaksanaan JFC, Dynand merasa bangga. Namanya dielu-elukan oleh banyak orang. Sosoknya banyak ditunggu masyarakat. Namun, di tengah kebahagiaan itu, tiba-tiba Dynand mengalami situasi yang tidak mengenakkan.
 Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru Jember Fashion Carnaval |
"Saat aku bersalaman dengan mereka, ada yang bersalaman sama aku dan aku diludahin. Aku tidak tahu aku ini salah apa. Aku tidak mencuri, aku tidak merusak," katanya sambil menitikkan air mata.
Namun keringat dan air mata Dynand bersama timnya akhirnya terjawab.
"Aku sekarang ingin menjadikan Jember sebagai asetnya Indonesia. aku ingin Jember menjadi kebanggaan Indonesia. Indonesia layak memimpin karnaval dunia. Indonesia layak bersaing dengan negara karnaval di dunia," kata Dynand.
Harapan Dynand terkabul, setelah meneguhkan posisinya sebagai karnaval terbaik di Indonesia, JFC kini sudah diakui sebagai karnaval terbesar nomor tiga di dunia.
Kostum Puteri IndonesiaKesuksesan dan kreativitas Dynand akhirnya membuat dia didapuk menjadi desainer kostum nasional untuk Yayasan Puteri Indonesia (YPI). Dynand 'bertugas' untuk mempersiapkan busana-busana Nasional para Puteri Indonesia di kancah ajang kecantikan dunia.
Beberapa kali kostum-kostum buatannya berhasil mengharumkan nama Indonesia di mata dunia dengan menyabet posisi terbaik Best National Costume di beberapa kontes kecantikan dunia.
"Semua berawal dari 2014 YPI bekerjasama dengan Dynand Fariz sebagai official designer National Costume YPI. Sampai 2018 lalu, dia sudah menghasilkan enam best national costume," kata Mega Angkasa, Corporate Communication YPI saat dihubungi
CNNIndonesia.com, Rabu (17/4).
 Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/Asf/Spt/15. Best National Costume Elvira Devinamira |
Beberapa kostum karya Dynand Fariz yang berhasil menyabet best national costume dipakai Elvira Devinamira di Miss Universe 2014, Elfin Pertiwi di Miss International 2014, Lily (Estelita Liana) di Miss Supranational 2014, Gresya Amanda di Miss Supranational 2015, Ariska Putri di Las Vegas (Miss Grand International 2016), dan Wilda Situngkir di Miss Supranational 2018 lalu.
"Kami sangat mengapresiasi cara kerja Dynand dan timnya. Dedikasi dan kreativitas yang tiada henti untuk Indonesia. Kami berharap ini akan terus berlanjut pada generasi penerus JFC."
(chs/chs)