Jakarta, CNN Indonesia -- Banyaknya isu dan kejadian
rasial yang melibatkan produk-produk dari berbagai rumah mode menengah sampai mewah akhirnya membuat
Chanel mengubah struktur perusahaannya.
Chanel mengambil langkah untuk meningkatkan upaya keragaman perusahaan. Rumah mode mewah Perancis ini mengumumkan akan mengadakan posisi kepala diversitas dan inklusi untuk pertama kalinya.
Hal ini dilakukan untuk mencegah adanya ketidakpekaan produk berdasarkan suku ras dan agama yang dibuat oleh sebuah label.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip
Business of Fashion, Chanel menyewa Fiona Pargeter untuk menempati posisi tersebut. Pargeter sebelumnya adalah kepala diversitas dan inklusi untuk UBS Bank Swiss di seluruh Eropa, Timur Tengah, dan Afrika.
Ini bukanlah posisi baru di Chanel, namun sebelumnya ini berada di bawah People & Organization departement. Kali ini divisi ini dipisahkan dan memiliki kepalanya sendiri.
Dikutip dari
Hypebeast, Chanel bukan satu-satunya merek mewah Eropa yang mengumumkan perubahan struktural untuk meningkatkan inklusivitas perusahaan. Gucci mengumumkan pada bulan Maret bahwa mereka akan menerapkan inisiasi keanekaragaman ras dalam departemennya. Departemen ini akan dipimpin oleh legenda mode Harlem Dapper Dan.
Langkah ini diambil Gucci karena kasus rasial yang pernah menyeret nama mereka. Salah satunya adalah karena sweater turtleneck hitam yang sempat heboh beberapa waktu lalu.
Bukan cuma
Gucci yang pernah menghadapi masalah rasial ini. Rumah mode mewah
Prada juga sempat dikecam karena produk rasial berupa gantungan kuncinya. Mereka menarik gantungan kunci itu pada Desember 2018.
Kasus yang lebih besar terjadi saat
Dolce & Gabbana diserang karena dianggap rasial dengan iklan yang menggambarkan seorang model China yang makan makanan Italia dengan sumpit.
(chs)