Jakarta, CNN Indonesia -- Hari-hari masuk sekolah sudah dimulai. Orang tua pun mulai berjuang untuk membantu anak-anaknya menerima kenyataan untuk kembali ke sekolah.
Di saat seperti ini, orang tua berperan besar untuk menumbuhkan semangat anak untuk memulai hari-harinya di sekolah.
Psikolog anak Monica Sulistyawati mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan orang tua.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Masuk dengan tampilan 'baru'"Sebelum mulai [bersekolah], tentu persiapan dilakukan sebaik mungkin, pakaian dia, penampilan, upayakan masuk dengan tampilan baru," kata Monica saat dihubungi melalui sambungan telepon, Selasa (16/7).
Monica menekankan baru di sini bukan berarti pakaian baru atau potongan rambut baru. Namun anak dalam kondisi bersih, pakaian rapi sehingga terpancar aura atau energi positif.
2. Sugesti positifOrang tua perlu memberikan sugesti positif buat anak. Sugesti positif bisa menimbulkan suasana hati senang sehingga anak semangat. Monica memberikan contoh, 'Kamu nanti pasti akan mendapat banyak teman' , 'Pasti bisa kok ngikutin pelajaran' dan lainnya. Semua ini untuk meyakinkan bahwa sekolah itu menyenangkan.
3. Wejangan seperlunyaRasa cemas, khawatir biasanya diwujudkan dalam nasihat atau wejangan orang tua buat anak sebelum berangkat atau saat orang tua melepas anak di sekolah. Menurut Monica wejangan baik saja disampaikan ke anak asal tdak berlebihan.
Wejangan berlebihan malah bisa membuat anak cemas, menumbuhkan rasa tidak percaya diri. "Namanya juga anak belum tahu mana yang benar mana yang salah. Tetapi jangan tekankan yang salah, pakai kalimat secukupnya, nadanya juga netral, enggak panik, enggak cemas atau takut," jelasnya.
" '
Mama yakin kamu bisa milih mau jajan apa, tahu kan mana yang boleh dimakan?', 'Kalau belum mama jemput, kira-kira adik ngapain? Iya, betul nunggunya di sekolah saja ya' ."
4. Bahas yang menyenangkanPulang sekolah biasanya orang tua penasaran dengan kegiatan anak di sekolah. Pertanyaan-pertanyaan 'template' pun berseliweran seperti 'Belajar apa tadi di sekolah?', 'Ada PR apa enggak?', atau 'Gurunya galak enggak?' dan lain sebagainya.
"Saya sangat yakin bahwa sebenarnya anak jarang suka belajar. Belajar, PR, pengalaman-pengalaman ini asosiasinya itu sesuatu yang enggak enak. Anak bisa malas ngomong, malas ke sekolah, mungkin bisa malas belajar," jelas Monica.
Pertanyaan yang berkaitan dengan belajar tergolong pertanyaan sensitif, apalagi situasinya pascalibur panjang. Untuk itu, orang tua perlu mengajukan pertanyaan yang bisa menumbuhkan emosi positif. Orang tua, misal, bisa bertanya permainan yang dilakukan saat di sekolah, hal-hal yang membuatnya senang, bermain dengan siapa saja.
"Sembari itu orang tua bisa menyediakan sesuatu seperti makanan atau minuman kesukaan, menyambut dia, diajak melakukan sesuatu yang menyenangkan, mungkin setelah dijemput enggak langsung pulang tapi belanja dulu. Anak pun merasa diperhatikan," imbuhnya.
(els/chs)