Jakarta, CNN Indonesia -- Mona Lisa bisa dikatakan sebagai lukisan paling dikenal di dunia. Namun seperti banyak karya
Leonardo da Vinci lainnya, lukisan ini juga dianggap belum selesai.
Ada alasan mengapa karya-karya da Vinci tak pernah usai. Setengah milenium setelah kepergiannya, peneliti menemukan penjelasan potensial di balik seni yang belum selesai ini. Da Vinci dianggap mengidap attention
deficit hyperactiby disorder atau
ADHD.
Mengutip CNN, para peneliti dari King's College London dan University of Pavia di Italia mengungkapkan bukti sejarah, termasuk data-data sejarah dari orang-orang sezaman Da Vinci. Dia menyimpulkan bahwa masalah-masalahnya terkait dengan manajemen waktu, konsentrasi, dan penundaan pekerjaan dikaitkan dengan ADHD.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Marco Catani, profesor neuroanatomi dan psikiatri di King's College dan Paolo Mazzarello seorang profesor di departemen ilmu otak dan perilaku Universitas Pavia mengatakan bahwa adanya gangguan itu menjelaskan aspek temperamennya dan juga bentuk aneh dari kejeniusannya yang disipatif.
"Secara historis tidak benar untuk menerima kisah biografi yang diuraikan oleh penulis Romantik yang menggambarkan Leonardo sebagai seorang jenius soliter yang tak dihargai olhe orang-orang di zamannya karena idenya yang dianggap terlalu maju." tulis mereka.
"Para penulis biografi selalu menunjukkan bahwa Leonardo selalu berusaha keras untuk menyenangkan pelanggan. Dan yang tak terhindarkan bahwa ada kekecewaan tentang tak ada ekspresi konkret pada bakatnya. Orang di zamannya tak akan penah bisa memahami atu memafkan kekurangnnya akan disiplin, bukan krena pikiran visionernya."
Para peneliti ini menyoroti kecenderungan da Vici untuk beralih dari satu tugas ke tugas lainnya. Selain itu juag kebiasaannya bekerja terus-menerus sepanjang malam, harang tidur, dan jam tidur siang pendek dan cepat bangun.
Da Vinci juga kidal dab selamat dari stroke di belahan otak kiri pada usia 65 tahun dengan kemampuan bahasa yang masih sempurna. Kedua faktor itu menunjukkan adanya dominasi belahan otak kanan terbaik untuk bahasa.
Sebelumnya, penelitu sempat mengdiagnosa Da Vinci mengalami disleksia, kesulitan belajar yang sering didiagnosis bersama ADHD.
Louise Theodosiou, juru bicara Royal College of Psychiatrists mengatakan bahwa penelitian sebelumnya juga mengaitkan ADHD dengan peningkatan kreativitas.
"Sementara gejala ADHD sulit berkonsentrasi, tapi mereka juga bisa fokus dengan intens di area yang sempit."
"Ini dikombonasikan dengan fakta bahwa orang dengan ADHD bisa mengambil risiko atau berpikir di luar kebiasaan dan kreatif serta produktif."
(chs)