Kenali Terapi Lintah dan Efek Sampingnya

dir | CNN Indonesia
Selasa, 20 Agu 2019 14:55 WIB
Terapi lintah telah dikenal sejak sama. Meski diklaim ampuh, namun bukan berarti tak ada risiko yang mengintai.
Ilustrasi lintah (EllWi/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Terapi lintah telah dikenal sejak lama sebagai salah satu jenis pengobatan alternatif masyarakat. Orang Mesir Kuno, India, Arab, dan Yunani telah menggunakan lintah sebagai pengobatan terapi untuk menyembuhkan sejumlah penyakit.

Mengutip Healthline, lintah dipercaya dapat mengobati kelainan sistem saraf, masalah pada gigi, penyakit kulit, dan infeksi. Khasiat lintah ditemukan dalam peptida dan protein yang ada di dalamnya. Kedua zat itu mampu mencegah pembekuan darah.

Terapi ini juga populer untuk penggunaan kosmetik. Lintah akan menjaga jaringan lunak dan membantu penyembuhan selepas operasi plastik pada wajah.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lintah memiliki tiga rahang dengan gigi-gigi kecil. Melalui giginya, lintah menusuk kulit manusia dan memasukkan antikoagulan melalui air liurnya. Antikoagulan merupakan zat yang menghambat pembekuan darah.

Air liur lintah diketahui memiliki kandungan zat hirudin untuk mengencerkan darah. Zat digunakan untuk menyembuhkan hipertensi, wasir, masalah kulit, dan radang sendi. Sifat antiinflamasi pada air liur dapat mengurangi rasa sakit pada sendi.

Umumnya lintah dibiarkan menempel di area target selama 20-45 menit untuk menghisap darah manusia.

Namun, gigitan lintah juga akan meninggalkan luka kecil berbentuk Y. Luka akan hilang dengan sendirinya tanpa meninggalkan bekas.

Namun, di balik manfaatnya sebagai pengobatan alternatif, terapi lintah juga memiliki risiko efek samping. Mengutip situs RnCeus, berikut beberapa masalah kesehatan yang mungkin timbul akibat terapi lintah.

1. Infeksi
Sebanyak 2,4-20 persen tindakan terapi lintah berujung pada infeksi. Aeromonas hydrophila adalah bakteri yang terkait dengan infeksi. Beberapa infeksi berupa septikimia (keracunan darah), selulitis (infeksi pada kulit), dan meningitis.

Diyakini bahwa infeksi terjadi saat lintah secara tidak sengaja memuntahkan isi usus ke dalam luka. Umumnya, hal ini terjadi akibat kebiasaan terapis saat menempelkan lintah ke kulit pasien dengan tangan. Saat jari terlalu kuat memegang lintah, tak menutup kemungkinan hewan vertebrata itu akan memuntahkan isi ususnya.

2. Anemia
Terapi lintah mungkin akan mengurangi jumlah pasokan darah dalam tubuh.

Kulit yang tebal membutuhkan 200 atau lebih lintah selama sekitar 10 hari. Lintah berukuran besar dapat mengekstraksi darah sebanyak 15 mililiter. Akibatnya, 50 persen pasien akan memerlukan transfusi darah untuk menggantikan sel darah merah.

3. Reaksi alergi
Reaksi alergi umumnya berupa rasa gatal ringan di area target. Lintah yang biasa digunakan sebagai obat umumnya lebih sedikit menimbulkan reaksi daripada lintah jenis lain. Namun, reaksi alergi tetap mungkin terjadi.

Reaksi bisa berupa bercak merah dan gatal pada bagian kulit di area target. Seseorang juga akan mengalami pusing dan kesulitan bernapas.

Meski jarang terjadi, namun reaksi alergi parah harus mendapatkan perhatian sesegera mungkin.

[Gambas:Video CNN] (asr)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER