Jakarta, CNN Indonesia -- Dihiasi gaun 1920-an, topi berbulu dan jas tiga potong, turis dari seluruh dunia berbondong-bondong ke Kastel Highclere di Inggris, lokasi adegan serial televisi 'Downton Abbey' yang sekarang diangkat ke layar lebar.
Film 'Downton Abbey' ditayangkan perdana di Inggris pada pekan ini, sebelum ke seluruh dunia pada akhir bulan ini.
Drama tentang kehidupan aristokrat awal abad ke-20 telah memikat Yifan Gao, seorang mahasiswa asal Tiongkok yang kuliah di salah satu universitas di Skotlandia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagian besar orang yang berusia 25 tahun di China tahu tentang serial Downtown Abbey," kata Gao (25) yang datang dengan gaun klasik untuk pemotretan.
"Sangat mempesona," ujarnya mengenai pemandangan di sekitar kastel. Ia naik kereta api enam jam dari Edinburgh dengan dua teman untuk menghadiri acara istimewa di kastel yang diselenggarakan oleh tim produksi film.
"Saya menonton serial itu untuk melatih bahasa Inggris saya."
Menawarkan 200 kamar, empat koki dan empat tukang kebun, perkebunan abad ke-19 ini menjadi rumah bagi George Herbert, Earl of Carnarvon ke-8, dan Lady Fiona Carnarvon, istrinya.
Biaya operasional perkebunan, yang juga mencakup 3.000 domba, sangat besar, katanya kepada AFP, tanpa menyebutkan jumlah yang yang dikeluarkannya.
Sebelum serial TV yang diproduksi sejak 2005 berhenti dikerjakan pada 2015, "ada lebih banyak orang yang bekerja di sana, 20 tukang kebun, 16 orang di dapur," katanya.
Terobsesi dengan Bahasa InggrisJumlah pengunjung ke kastel ini telah berlipat ganda menjadi 90 ribu orang per tahun berkat serial 'Downtown Abbey', yang kisahnya dimulai dengan tenggelamnya Titanic pada 1912 dan berakhir pada 1925.
Film tersebut, yang secara resmi tayang perdana di Leicester Square London pada hari Senin, mengambil plot pada tahun 1927, dengan keluarga Crawley dengan cemas menunggu kunjungan dari Raja George V dan Ratu Mary.
Saat penayangan perdana, kastel membuka pintunya untuk para penggemar dan pengunjung yang datang dengan mobil-mobil antik.
Tangga kayunya yang besar dan kamar-kamarnya yang lapang didekorasi dengan lukisan, dihangatkan oleh perapian dan diisi oleh pelayan-pelayan dengan pakaian tradisional, kastil itu hampir terasa seperti rumah bagi para pengagum 'Downtown Abbey'.
"Rasanya sangat akrab, seperti saya pernah ke sana sebelumnya," Daniel Bissler, seorang warga California berusia 70 tahun yang mengenakan jas bergaris-garis biru langit dan putih serta dasi kupu-kupu warna Union Jack.
"Ini benar-benar menangkap waktu yang sangat istimewa di Inggris, ketika kelas pekerja, wanita, berjuang untuk hak-hak mereka," tambah Shayane Lacey, seorang warga London berusia 24 tahun yang datang bersama ibunya, Roya (54).
Emily Dickmann dari Chicago mengatakan dia merasa "hampir emosional" setelah masuk ke dalam kamar Lady Sybil, salah satu tokoh utama serial 'Downtown Abbey'.
"Saya pikir orang Amerika terobsesi dengan bahasa Inggris. Kami tidak memiliki bangsawan dan sejarah kerajaan. Saya rasa serial ini sangat menarik," katanya.
(afp/ard)